Hidup ini sangat berat dan kejam.
Sudah tiga tahun sejak aku bekerja sebagai pegawai kantoran.
Walaupun atasanku mengomel sana sini dan hanya memperalatku sambil menikmati hasil yang sudah kukerjakan dengan susah payah, aku masih bisa bersabar dan menerimanya. Kalau bukan karena aku butuh uang untuk memenuhi kebutuhan hidup, aku tidak akan mau menjadi babu yang terus-terusan di peralat seperti ini.
Namun sekarang aku merasa usaha keras yang sudah kujalani dengan susah payah tidak ada artinya lagi untukku.
Bagaimana tidak, seorang junior yang baru saja bekerja selama dua bulan sudah dinaikkan pangkatnya menjadi seorang manajer di divisi lain. Padahal yang dilakukan junior itu hanyalah bergosip, berdandan dan tebar pesona, lalu selalu pulang tepat waktu disaat tugas kantor masih menumpuk di atas meja kerjanya.
Aku rasa benar gosip-gosip yang beredar di sekitarku kalau junior tersebut menjual dirinya demi mendapatkan jabatan dengan cara menggoda atasan kami.
Sungguh, hidup sangat tidak adil untukku.
"Huft... Aku lelah. Tidak bisakah aku menikah saja dengan seorang pria kaya raya dan menikmati harta kekayaan yang dia miliki?"
Aku tersenyum miris.
"Tidak. Tidak mungkin ada pria kaya yang akan meminangku. Semua itu hanyalah khayalan belaka yang hanya ada di dalam sebuah novel."
Aku berjalan dengan lesu dan lunglai memasuki kawasan dimana kontrakanku berada.
Saat tiba di belokan, tiba-tiba ada sebuah motor melaju kencang yang dikendarai oleh seorang bocah SMP menerjang ke arahku. Tidak sempat menghindar, akupun tertabrak dan tubuhku terpental entah kemana.
Kepalaku berdenging dan pusing, tubuhku terasa amat sakit dengan darah yang membasahi tubuhku.
Aku belum ingin mati. Berikan aku kesempatan untuk menikmati kekayaan di dunia ini dengan santai sekali saja.
Seketika pandanganku berubah menjadi gelap.