Sam bisa kembali ke rumahnya dengan keadaan yang tidak basah berkat payung gadis kecil itu.
Sam melihat kembali payung ditangannya, perasaan aneh yang melandanya belum juga hilang.
Kemana perginya si gadis kecil? Mengapa begitu cepat dirinya menghilang di derasnya hujan yang mengguyur.
Pertanyaan itu yang sedari tadi ada di benaknya. Pertanyaan yang Sam sendiri tak dapat menemukan jawabannya.
Sam melipat payung itu, lalu meletakkannya di tempat khusus payung.
Mungkinkah gadis kecil itu memberinya payung ini dengan percuma sebagai rasa terima kasihnya karena sudah memberinya makanan?
Sam menduga-duga mengapa gadis kecil itu memberikan begitu saja payungnya. Tapi bagaimana jika payung ini adalah sumber mata pencahariannya, maksudnya saat ini musim sedang tak menentu. Kadang hujan tiba-tiba kadang juga begitu panas menyengat. Bukankah jika hujan datang Ia bisa menggunakan payung ini untuk mencari uang, seperti pekerjaan ojek payung.
"Ahhhh sial" teriak Sam frustasi. Sedari tadi dirinya hanya memikirkan gadis kecil itu. Sam mengacak-ngacak rambutnya, lebih baik dirinya segera mandi dan tidur.
***
Sam sudah memaksakan matanya untuk tertidur tapi tetap saja tak bisa, pikirannya masih terbayang-bayang akan gadis kecil yang memberinya payung.
Sam memutuskan untuk bangun dari ranjangnya dan pergi ke dapur, menuangkan air dan meneguknya hingga habis.
Lalu Sam duduk di kursi kesayangan kakeknya yang terletak di ruang tamu rumah itu.
Sam mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah peninggalan kakeknya itu. 'Sepi sekali. Seperti tak ada kehidupan' lirih Sam.
Sam yang sedari kecil sudah berada di panti asuhan dan tak pernah mengenal siapa kedua orangtuanya, namun yang Sam dengar dari petugas panti jika kedua orangtuanya telah meninggal.
Sam kemudian diangkat sebagai cucu seorang kakek yang mana kakek itu tak lain dan tak bukan adalah ayah dari ayahnya Sam. Dengan kata lain, adalah kakek kandung Sam sendiri.
Ketika diadopsi itu, Sam tak mengerti mengapa dirinya harus berada di panti asuhan jika ternyata masih memiliki anggota keluarga.
Namun, Sam tak terlalu memikirkan hal itu. Jelas saja bagi anak umur 12 tahun, mengetahui dirinya akan diadopsi oleh orang yang memiliki banyak uang, tentulah menjadi sangat bahagia. Hingga tak ada lagi dipikirannya tentang kesulitan hidup dan kesengsaraan.
Setelah tau bahwa dirinya ternyata memiliki kekayaan yang luar biasa, membuat Sam begitu mudah mendapatkan apa yang diinginkannya.
Dengan semua kekayaan itu, bukan berarti Sam harus berfoya-foya dan melakukan hal-hal tidak bertanggung jawab.
Sam lebih memilih menggunakan semua uang kekayaannya itu untuk membantu yang lebih membutuhkan bahkan terkadang Sam kembali ke tempat dimana dirinya dulu tinggal.
Namun ketika beranjak dewasa, seiring pemikirannya yang juga terbuka luas membuat dirinya sering berselisih paham dengan kakeknya.
Kakek, yang meminta Sam untuk meneruskan perusahaan karena Sam adalah pewaris satu-satunya. Sedangkan Sam tak ingin terlibat dengan semua itu.
Sam lebih memilih menjadi seorang petugas pemadam kebakaran, yang entah bagaimana membuatnya merasa lebih nyaman dan tentram.
Benar-benar menjadi dirinya. Untuk itu, Sam tak bisa melepaskan pekerjaannya.
Tapi Sam juga tau, tak selamanya dirinya bisa melakukan hal itu. Sam tau harus melakukan sesuatu sebagai rasa terima kasihnya pada kakeknya.
Sam juga tau, kalau kakek berharap banyak pada Sam. Tapi Sam hanya ingin sebentar saja menikmati menjadi dirinya sendiri.
Hal itulah yang membuat hubungan Sam dengan kakeknya sempat renggang. Dan saat Kakeknya sudah tak ada lagi di dunia ini, Sam tak bisa memberikan apa yang kakek inginkan darinya.
Pada akhirnya, hanya membuat Sam menyesali keegoisannya.
Waktu tak dapat di putar kembali, jika saja bisa, Sam akan menuruti semua permintaan kakeknya.
Sam menghela napas berat dan panjang. Kini dirinya benar-benar tinggal sendiri, dengan tanggung jawab yang sangat besar.
Rasa-rasanya dirinya tak sanggup. Saat ini, Sam membutuhkan seseorang yang bisa membuatnya kembali bersemangat saat menjalani hari.
Membuatnya bisa melupakan sejenak keletihannya, keputusasaannya dan kegelisahan yang melanda dirinya.
Ingin melebur dalam pelukan hangatnya dan ciuman manis bibirnya.
Hentikan. Sam bergumam pada dirinya sendiri. Sam tak lagi percaya pada apa yang namanya cinta. Cukup sudah sekali saja dirinya merasa dihianati oleh orang yang dicintainya.
Sam pernah membayangkan bagaimana suatu saat nanti dirinya mengarungi bahtera rumah tangga dengan begitu harmonis dan penuh cinta.
Tapi ternyata Sam terlalu berharap banyak hingga saat mengetahui bahwa semua itu hanyalah omong kosong membuat dirinya hancur berkeping-keping.
Dering ponsel membangunkan Sam dari lamunan panjangnya. Padahal sudah pukul 11 malam, namun entah siapa yang menghubunginya.
Sam mengambil ponsel itu dan segera mengangkat panggilan masuk tanpa melihat lagi siapa yang menghubunginya.
"Ya?" suara Sam seketika serak.
"Sam, aku tau kau saat ini tengah memulihkan dirimu. Tapi aku saat ini butuh bantuan mu, salah satu anggota divisi juru padam dan penyelamat, Kris sedang ambil cuti karena istrinya melahirkan. Tak ada siapapun lagi yang bisa melakukannya selain dirimu. Aku ingin kau sampai disini dalam waktu 10 menit"
Ternyata komandan regu, yang menghubunginya. Setelah mengatakan dimana lokasi kebakaran, Sam segera memutuskan panggilan.
Dirinya yang berada di divisi juru padam dan penyelamat membuatnya harus siap siaga setiap waktu, seperti hari ini. Walaupun sedang libur, jika ada sesuatu yang mendesak dan membutuhkan pertolongannya, Sam akan segera datang ketempat.
Mendengar itupun, Sam segera bersiap-siap menuju Fire Station, memacu mobilnya dengan kecepatan sangat tinggi. Dirinya sudah tak memperdulikan lagi luka di punggungnya.
Setelah sampai, Sam memakai perlengkapannya dan langsung menuju ke lokasi kejadian.
Kebakaran kali ini juga melanda daerah pinggiran Jakarta.
Komandan Regu menjelaskan situasinya secara singkat, yang mana dapat Sam tangkap jika kebakaran disebabkan oleh tabung gas yang bocor.
Anggota divisi lainnya sudah melakukan evakuasi korban di beberapa rumah. Namun mereka juga masih mencari apakah ada korban lainnya atau tidak. Beberapa lainnya sedang mencoba memadamkan api dengan menyemprotkan air dari tangki mobil kebakaran.
Api melahap dengan cepat rumah-rumah yang hanya terbuat dari kayu dan papan itu.
Para ibu-ibu, bapak-bapak hingga anak-anak menangis melihat rumah mereka yang hangus terbakar, tak sedikit dari mereka yang menangis dengan histerisnya.
Tiba-tiba salah satu dari ibu-ibu itu mendekati Sam sambil menangis.
"Di rumah itu, di rumah itu ada seorang gadis kecil. Sepertinya Ia terjebak di dalam.Tolong selamatkan dia" Si ibu yang menangis itu meminta Sam bahkan memohon sambil berlutut kepada Sam untuk menyelamatkan gadis kecil yang dimaksud itu.
Tanpa pikir panjang lagi, Sam langsung menuju rumah yang dimaksud si Ibu.
Sam langsung mendobrak rumah yang sudah separuh hangus. Dalam keadaan seperti ini, Sam tak berharap banyak jika si gadis kecil yang dimaksud dapat bertahan hidup.
Asap menyelimuti rumah itu sangat tebal dan hitam, Sam tak dapat melihat sekitarnya dengan jelas.
Sam pun memutuskan untuk berteriak, berharap mendapatkan jawaban.
"Hei. Aku datang menolong mu. Tolong jawab aku, jika kau mendengarnya"
Sam berteriak sampai tenggorokannya sakit, tapi tetap tak mendapatkan jawaban apapun.
Akhirnya Sam memutuskan untuk mencari ke semua bagian rumah kecil itu, dengan sisa-sisa udara yang dimilikinya pada tabung gas pernapasannya atau Breathing Apparatus.
Sam mengangkat balok-balok kayu dan papan yang menghalangi jalannya, hingga tibalah Ia di depan sebuah kamar.
Sam langsung saja mendobrak pintu kamar itu. Beruntung kali ini dirinya memakai lapisan baju tahan api. Tidak seperti sebelumnya, yang hanya memakai baju tahan panas.
Betapa terkejutnya Sam melihat ada seorang gadis kecil tergeletak dengan asap tebal yang sudah menempel pada tubuhnya kecilnya.
Sam ingin membawa gadis itu, namun saat Sam melangkah, balok kayu di atas jatuh dan kalau Sam tak menahannya. Balok kayu itu sudah mengenai tubuh si gadis.
Sam melemparkan balok itu ke sembarang arah dan segera mengangkat gadis itu keluar dari rumah itu.
Tepat setelah Sam keluar, rumah itu ambruk di lalap api.
Sam menghela napas lega dan membawa gadis itu ke tempat ambulans. Sam panik melihat gadis itu yang tak sadarkan diri.
Sam mencoba mendekatkan telinganya pada hidung gadis itu untuk memastikan bahwa dirinya masih ada di dunia ini. Namun Sam mendengar si gadis dengan pelan menarik napasnya, seperti orang yang sesak napas.
Entah mengapa Sam begitu bodoh, jelas saja gadis itu sudah kehabisan napas karena menghirup asap terlalu banyak.
Petugas ambulans pun memasangkan tabung oksigen pada gadis itu.
Saat itulah Sam baru bisa bernapas lega melihat gadis di depannya ini bernapas dengan normal.
Tapi mengapa Sam merasa familiar melihatnya. Sam meminta kain basah pada petugas ambulans untuk menghapus sisa-sisa asap tebal yang menempel di wajahnya.
Setelah Sam selesai membersihkan wajah gadis itu. Barulah Sam sadari jika gadis itu adalah gadis yang ditemuinya tadi.