Chereads / My Hot Daddy & I / Chapter 7 - Aku Janji

Chapter 7 - Aku Janji

"Baiklah. Aku sudah cukup berada disini. Sekarang aku harus pergi" ujar Sam mengusap lembut puncak kepala Gadis Payung.

Gadis Payung tampak menggigit bibirnya, ragu.

"Ada apa?" tanya Sam yang melihat gelagat ragu pada diri Gadis Payung.

"Hei, ada apa?" Sam jadi tak sabar karena Gadis Payung tak kunjung menjawab pertanyaannya.

Sam berjongkok untuk menatap mata Gadis Payung. Sejujurnya Sam terkesan melihat warna bola mata Gadis Payung, begitu cantik hingga membuatnya terlena.

"Apa besok kita bisa bertemu lagi?" tanya Gadis Payung takut-takut.

Sam tertawa kencang. Sam pikir ada apa, ternyata hal itu yang membuat Gadis Payung khawatir.

"Tentu" jawab Sam disela-sela tawanya.

Gadis Payung tersenyum senang dan mengacungkan jari kelingkingnya.

"Janji" katanya.

Sam meraih kelingking itu dan menautkan jari kelingkingnya, "Janji"

Gadis Payung lalu melepaskan jari kelingkingnya.

"Terima kasih karena sudah membelikan ku makanan, menemani ku hingga malam dan berjanji akan bertemu lagi dengan ku besok"

Gadis Payung tampak malu-malu, lalu mencium pipi Sam.

Sam tersenyum cerah, seketika semangat Sam kembali bangkit dan darah di tubuhnya seperti menggebu-gebu.

"Sama-sama. Aku juga senang bisa menemani mu, membelikan mu makanan, dan berjanji akan menemui mu besok"

Gadis Payung tertawa, semburat rona merah di pipinya yang putih tak bisa disembunyikan walaupun penerangan di posko tidak begitu terang.

Sam mengeluarkan sebuah kalung yang dipakainya. Sam menyebutnya sebagai jimat keberuntungannya. Karena Sam memang benar-benar selalu beruntung.

Sebenarnya tidak juga, itu hanya sugesti kepada dirinya saja. Sam pikir semua yang terjadi dalam hidupnya bukan karena keberuntungan dirinya, bukan karena Dewi Fortuna berpihak padanya. Namun karena semua ini sudah menjadi bagian dari rencana-Nya.

"Pakailah ini" katanya lalu memasang kalung itu di leher Gadis Payung.

"Kenapa memberikannya pada ku? Bukankah ini berharga untuk mu?" Gadis Payung mengernyitkan dahinya, heran. Raut wajahnya bertanya-tanya.

"Justru karena ini berharga, aku ingin kau menjaganya" ujar Sam.

"Aku tau kau akan menjaganya dengan baik. Aku benar kan?"

Gadis Payung mengangguk

"Aku janji akan menjaganya. Terima kasih" ucap Gadis Payung dengan mata yang berkaca-kaca.

Gadis Payung memegang erat kalung itu.

"Sam" bacanya

"Nama Om Payung itu Sam?"

Sam tertegun. Ternyata Gadis Payung bisa membaca

"Ada apa dengan raut wajah itu? Terkejut karena aku bisa membaca?" katanya tepat sasaran.

Sam jadi merasa tak enak dan salah tingkah, menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Apakah raut wajahnya tadi melukai Gadis Payung.

"Tenang saja. Aku tidak marah. Aku memang pandai membaca, hanya saja aku sudah putus sekolah" katanya riang dan santai seolah-olah itu bukan masalah besar baginya.

"Maafkan aku" ujar Sam merasa sedih dan gundah. Sedih karena apa yang menimpa Gadis Payung.

"Tidak apa, Om Payung"

Gadis Payung tiba-tiba tertawa sendiri dan terlihat salah tingkah

"Aku sudah terbiasa memanggil mu dengan sebutan Om Payung. Jadi sulit bagi ku untuk mengubahnya dan memanggil mu dengan nama"

Sam tertawa lagi, "Aku sama sekali tidak masalah. Selama kau senang, itu sudah cukup bagiku. Senyaman kau saja."

Gadis Payung tersenyum lebar, dan mengangguk mengerti.

Sam pun kemudian berdiri dan merasakan kebas pada kakinya.

"Sial. Aku terlalu lama dalam posisi jongkok, kaki ku sampai kebas" lirihnya mengumpat pelan.

"Ya sudah, kalau begitu aku akan pulang sekarang" ujarnya pada Gadis Payung

"Ya, hati-hati di jalan"

Sam berjalan tertatih karena kakinya yang masih terasa kebas. Seketika langkahnya terhenti karena ponselnya berdering. Sam segera mengangkat panggilan itu ketika nama Via tertera di layar.

"Hai, Via. Ada apa?" sambut Sam duluan menyapa panggilan itu

"Sam, kau dimana? Bisakah kau membantuku? suara Via terdengar panik di seberang sana

"Apa yang terjadi?"

Sam ikut panik saat Via berteriak di telepon itu. Seketika firasatnya mengatakan bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi. Lalu sambungan telepon itu terputus begitu saja. Rasanya jantung Sam berhenti berdetak. Apa yang sebenarnya terjadi pada Via.

"Ada apa, Om Payung?" tanya Gadis Payung saat mendapati Sam terdiam mematung dengan raut wajah tegang

Sam tersenyum paksa, dirinya harus terlihat baik-baik saja di depan Gadis Payung

"Tidak ada apa-apa. Kau harus istirahat, sampai ketemu besok" ujar Sam lalu berjalan cepat menuju mobilnya.

Gadis Payung hendak mengejar Sam namun langkahnya tak sanggup menyeimbangi langkah Sam.

Sam sudah meninggalkan posko begitu cepat dan terburu-buru, seolah-olah sesuatu yang buruk telah terjadi. Dan dirinya tak lagi bisa menunggu lebih lama.

Mengapa perasaan Gadis Payung jadi sesak seperti ini. Siapa yang menghubungi Sam tadi. Apa yang dibicarakan hingga Sam menunjukkan raut wajah seperti itu. Pikiran itu terus berputar-putar di pikiran Gadis Payung, namun dirinya sudah terlambat untuk menanyakannya karena Sam sudah pergi jauh.

Sam melihat kembali ponselnya, dan melacak panggilan dari Via tadi, untuk mengetahui dimana lokasi Via saat ini.

Saat Via berteriak tadi, maka Sam bisa simpulkan bahwa Via sedang diganggu oleh para preman jalanan. Hal itu entah bagaimana membuat Sam marah dan menginjak pedal gas dalam-dalam.

Sam tak akan membiarkan siapapun menyakiti salah satu temannya dan Sam tak akan melepaskan orang itu.

Setelah Sam selesai melacak alamat IP ponsel Via, Sam menemukan dimana dirinya berada. Ternyata di sebuah hotel terbengkalai yang tak jauh dari posko pengungsian Gadis Payung tadi.

Sam kembali menginjak pedal gas dalam-dalam dan segera meluncur ke hotel itu.

Saat sampai Sam langsung turun dari mobilnya. Hotel terbengkalai itu gelap dan hampir tidak ada penerangan sama sekali.

Bahkan daerah sekitarnya juga sepi. Sam mencoba menghubungi Via, memastikan apakah wanita itu memang benar ada disini.

Awalnya Sam pikir, ponsel Via pasti sudah dibuang oleh para preman itu atau setidaknya dinonaktifkan. Namun ternyata panggilan itu tersambung. Tapi ya tidak ada jawaban.

Sam juga tak mendengar suara ponsel. Sepertinya Via memasang mode getar atau bahkan mode diam di ponselnya.

Ah begitu bodoh Sam. Walaupun Via memasang mode dering di ponselnya tetap saja tidak akan terdengar suara dering ponsel. Via saja tidak tau ada di lantai berapa, sedangkan saat ini Sam ada di lantai 1. Apakah mungkin akan terdengar suara ponsel berdering walaupun keadaannya sepi dan sunyi. Tidak mungkin kan.

Sam tak ada pilihan lain selain memeriksa hotel itu.

Dengan penerangan dari flash ponselnya, Sam menyusuri gedung itu. Sam sesekali mengumpat saat sarang laba-laba mengenai dirinya.

Dengan perasaan was-was, Sam terus menyusuri hotel, naik ke tangga hingga entah ke lantai berapa namun tidak juga menemukan keberadaan Via. Bahkan keberadaan preman itu saja tak ada kelihatan.

Sam mulai putus asa. Dirinya sedang memutuskan apakah sebaiknya dirinya pergi atau tetap mencari Via di hotel ini.

Akhirnya Sam memutuskan untuk tetap melanjutkan pencariannya.

Sam membuka kamar itu satu-persatu namun tetap tidak menemukan jejak apapun.

Suasananya semakin mencekam saat Sam tiba-tiba terlintas dipikirannya tentang adegan-adegan film horor yang dilihatnya. Apalagi tempatnya sangat mendukung untuk perkembangbiakan hantu.

Sam menggelengkan kepalanya. Tidak ada hantu di dunia ini. Itulah yang Sam pikirkan. Dan itulah yang Sam yakini.

Seketika angin malam berhembus melewati tengkuknya dan itu membuat Sam merinding dari ujung kepala hingga ujung kakinya. Rasanya jantungnya berhenti berdetak untuk beberapa detik, sebelum berpacu kembali begitu cepat.

'Astaga. Apa aku ada salah bicara' batinnya lalu berdoa-doa agar dirinya tak perlu bertemu sesosok yang disebut hantu itu.

Sepertinya Sam harus merubah pola pikirnya terkait keberadaan hantu. Mungkin tadi bisa saja itu peringatan dari Sang Hantu untuk membuktikan bahwa dia memang ada.

Belum sempat Sam berpikir lebih lanjut tentang merubah pola pikirnya terhadap hantu. Tiba-tiba terdengar suara teriakan seseorang tepat di lantai atas dari lantainya berdiri saat ini.

Jantung Sam semakin berdetak cepat. Saat Sam yakini bahwa suara teriakan itu adalah milik Via.

Sam dengan sigap menaiki anak tangga hingga sampailah dirinya di lantai yang terdengar suara teriakan tadi.

Sam menyusuri koridor di sepanjang kamar itu, lalu mengumpat tertahan saat dirinya melihat seekor tikus berjalan melewati koridor dengan santainya seraya mengeluarkan suara 'Cit-cit' khas suara tikus.

Sam mengelus dadanya untuk menenangkan jantungnya agar bisa mengurangi sedikit detakannya.

Saat Sam kembali berjalan, seketika pandangan matanya menatap satu kamar yang mengeluarkan cahaya samar-samar.

Sam dengan langkah sepelan mungkin berjalan ke kamar itu dan beruntungnya dirinya melihat kamar itu tidak tertutup sepenuhnya.

Sam mengintip untuk memeriksa situasi di dalam kamar, agar dirinya tidak melakukan tindakan ceroboh dan bisa menyusun rencana dengan matang.

Dari penerangan yang seadanya itu, setidaknya Sam melihat ada tiga orang preman dengan tubuh yang kurus karena terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan dan juga alkohol. Lalu seorang wanita yang sedang diikat.

Dan ternyata wanita itu benar adalah Via.

Seketika darah Sam mendidih dan dirinya rasakan kemarahannya sudah berada di titik tertinggi atau sudah berada di puncaknya.

Namun naas Sam begitu sibuk mengintip hingga tidak menyadari bahwa ada seseorang di belakang Sam yang sudah siap mengayunkan tongkat kayu di punggungnya.

"Sudah selesai mengintipnya?" serunya tertawa tertahan

Sam melihat ke belakang namun terlambat menyadari apa yang sedang terjadi.

Bukk. Suara pukulan keras di punggung Sam dilanjutkan dengan suara tubuhnya yang jatuh terkapar.

Begitulah Sam kehilangan kesadarannya.

'Sial' Sam mengumpat dalam hatinya sebelum dirinya benar-benar kehilangan kesadaran.