Chereads / Mencintaimu Dalam Diam / Chapter 22 - Chapter 21

Chapter 22 - Chapter 21

Flashback beberapa tahun silam :

Seorang pria paruh baya sedang duduk didepan rumah sambil membaca koran hariannya. Dia adalah Wiratno, Bapak dari Aiza Shakila yang saat ini sedang santai. Waktu belum menunjukkan pukul sepuluh pagi ketika pintu pagar terbuka dan mendapati seorang pria muda tengah berjalan kearah Wiratno dengan ucapan salam serta senyuman ramahnya.

"Assalamualaikum Pak."

"Wa'alaikumusallam." Wiratno menutup halaman korannya kemudian meletakkannya diatas meja kecil yang berada disampingnya kemudian berdiri menyambut kedatangan pria muda itu sambil mengulurkan tangannya. "Alex Apa kabar nak? Sudah lama kamu gak main-main kerumah sini."

Alex menerima uluran tangan Wiratno kemudian mencium punggung tangannya. "Alhamdulillah baik Pak. Maafkan saya beberapa hari ini saya sibuk berada diluar kota."

"Oh begitu." Wiratno hanya manggut-manggut mengerti."Sekolah kamu bagaimana? Sudah mutuskan mau lanjut kuliah dimana?"

Alex hanya tersenyum sambil berkata dengan yakin. "Sudah. Papah sama mamah mau kuliahin saya di Malaysia Pak."

Wiratno hanya tersenyum. Hingga raut sedih kembali terpancar dari raut wajah beliau. Mendapati hal itu, Alex pun bertanya dengan ragu.

"Em, ada apa pak? Apakah terjadi sesuatu?"

Wiratno menatap Alex yang kini begitu perduli dengannya. Sudah tidak ada waktu lagi untuk memendam rasa kesedihannya selama ini. Dengan yakin, Wiratno pun mulai bercerita semuanya pada Alex.

"Seminggu yang lalu, Aiza tertimpa musibah. Kecelakaan ditabrak motor Kepala Aiza terbentur dan.." Wira sudah tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena musibah itu benar-benar membuatnya terpukul.

Alex memegang punggung tangan Wira. "Bapak yang sabar ya. Ini sudah menjadi Takdir dari Allah." ucap Alex yang berusaha mengurangi kesedihan Wira

"Saya tau nak." Wira berusaha memaksakan senyumnya. "Saya tau ini semua sudah menjadi jalan takdir dari Allah untuk Aiza. Termasuk amnesianya. Benturan keras yang terjadi dikepalanya akibat terkena trotoar dijalanan membuat Aiza tidak bisa mengingat apapun. Saat ini, Aiza sedang mengalami masa pemulihan dari semua ingatannya meskipun membutuhkannya waktu secara perlahan."

Kenyataan mendapati Aiza mengalami amnesia membuat Alex merasakan kesedihan teramat dalam hingga beberapa bulan kemudian saat sehari sebelum ia berangkat ke negeri Jiran, ia sempat menjenguk Aiza yang ternyata tidak mengenalinya sama sekali.

Waktu itu, Aiza masih duduk dibangku sekolah dasar. Awalnya Alex menganggap Aiza hanya seorang adik kecil yang ia sayangi meskipun Alex sendiri terlahir sebagai anak semata wayang yang tidak memiliki saudara kandung.

Alex dan Aiza, hidup bertetangga sejak mereka lahir meskipun perbedaan usia dan tingkat pendidikan tidak menjadi masalah bagi keduanya dan membuat Aiza dan Alex sering menghabiskan waktu bersama untuk sekedar bermain game, menonton TV diruang tamu, makan bersama dengan keluarganya dan keluarga Aiza dalam satu meja yang sama bahkan dengan senang hati Alex pun membantu Aiza dalam mengerjakan tugas-tugas dari sekolah jika gadis itu mengalami kesulitan.

Kepergiannya dalam menempuh pendidikan kuliah di Malaysia membuat Alex harus mengubur perasaannya dalam-dalam keinginannya hanya untuk bertemu Aiza atau sekedar menghubungi keluarga Aizaย  untuk menanyakan kabar gadis itu. Selama waktu berjalan, ia mulai menyadari jika rasa sayangnya pada Aiza bukan hanya sekedar hal yang biasa. Ia menginginkan hal lebih dari itu semua.

Alex tidak bisa menepis hal tersebut yang sudah tertanam dihatinya sejak dulu dan dengan berat hati setelah menyelesaikan pendidikan kuliahnya di Malaysia, ia merantau bekerja di kota Samarinda sebagai kepala pimpinan di instansi pemerintah tersebut. Terlalu banyak kenangan yang ia miliki bersama Aiza meskipun hanya kenangan bersama waktu kecil sehingga kepindahannya ke kota rantauan saat ini adalah hal yang terbaik baginya.

๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค

Aiza lupa jika ia harus kembali ke tempatย  penjual bakso ketika dirinya belum menerima uang kembalian setelah membayarnya. Dengan terpaksa, ia pun harus segera kembali ke sana sebelum jam istirahatnya berakhir. Aiza membalikkan badannya bertepatan saat dari kejauhan, seorang pria yang begitu familiar dimatanya itu sedang menatapnya.

Aiza terdiam sesaat. Sekelebat pemikiran tentang sosok pria yang saat ini sedang menatapnya itu berputar di benaknya dan mendadak Aiza merasakan kepalanya pusing kemudian memilih hanya untuk mengabaikannya.

Aiza seperti merasakan ada sesuatu yang pernah terjadi dengan pria itu namun sebisa mungkin ia menepisnya. Mungkin ini hanya perasaanya saja. Aiza pun merasa bingung harus merespon bagaimana saat ini. Apakah ia harus menegurnya atau tidak apalagi saat ini ia sedang berada di wilayah tempat ia magang? Berbasa basi bukanlah keahlian Aiza sejak dulu.

Berusaha untuk tidak memperdulikannya, Aiza pun memilih melangkahkan kakinya bertepatan saat Alex yang juga melangkah kearah berlawanan arah untuk memasuki kantor tersebut.

Aiza memilih menundukan wajahnya. Tapi tidak dengan Alex. Pria itu berharap Aiza menegurnya namun sungguh disayangkan jika gadis itu hanya diam saat melaluinya tanpa berbasa basi atau sekedar menegurnya.

Aiza sudah berlalu beberapa detik yang lalu. Alex menghentikkan langkahnya dan membalikkan badannya hanya untuk melihat kepergian Aiza.

"Apakah ada secercah kenangan yang dia ingat bersamaku?" gumam Alex. Alex menghela napasnya dan tersenyum miris sambil berucap. "Mungkin dia tidak mengingatnya. Tapi aku akan berusaha mengingat terus meskipun hanya Allah dan aku yang tahu."

๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค

Waktu terus berjalan. Siang berganti sore ketika saat ini cuaca di kota Samarinda sedang mengalami cuaca mendung dan berakhir dengan turunnya hujan yang sangat lebat.

Aiza menyesal telah melupakan powerbank yang biasanya ia bawa untuk mencharge baterai ponselnya agar tidak mati total sehingga memudahkan baginya untuk menghubungi aplikasi antar jemput menggunakan taksi online di ponselnya.

Aiza memilih duduk di lobby yang sudah disediakan tempat duduk oleh pihak kantor. Sekelebat bayangan tentang sosok pria tadi membuatnya melamun hingga tanpa ia sadari, dari kejauhan sebuah mobil memasuki parkiran halaman kantor tersebut.

Arvino menatap Aiza dari dalam mobil dan bersiap untuk meraih payung dikursi belakangnya hanya untuk berniat menjemput Aiza meskipun tanpa diminta. Namun, semuanya terhenti saat tanpa diduga seorang pria datang menghampiri Aiza kemudian duduk disebelahnya. Siapa lagi kalau bukan Alex.

Arvino melihat Aiza yang bertatapan dengan Alex kemudian pria itu duduk disebelah Aiza dan membuat gadis itu memilih menghindar untuk duduk di bangku sebelahnya.

Arvino menatapnya sinis. "Ck! Belum tau dia kalau Aiza tidak mau berdekatan dengan pria lain selain mahramnya."

Bermenit-menit berlalu, Arvino tetap mempertahankan posisinya untuk menunggu Aiza didalam mobil melihat Alex yang sejak tadi terlihat serius berbicara dengan Aiza.

Dilihatnya, Aiza hanya merespon Alex sambil menundukan wajahnya tanpa berbicara dan sesekali menatap pria itu kemudian kembali menundukan wajahnya.

Sepertinya ada pembicaraan yang begitu serius diantara mereka hingga memakan waktu hampir tiga puluh menit. Ingin rasanya Arvino keluar dari dalam mobilnya dan mencegah obrolan mereka yang sudah membuat hatinya panas karena tidak suka melihat pria itu berdekatan dengan Aiza walaupun hanya sekedar mengobrol. Tapi ia siapa? Pasangan bukan, suami juga bukan.

Arvino hanya mencelos dan berusaha menahan amarahnya sambil mencengkram kuat kemudi stirnya seolah-olah hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini sebagai pelampiasannya.

"Dulu aku gak pernah seperti ini pada wanita lain. Cemburu itu ternyata gak enak. Tapi aku bisa apa? Cemburu saat ini bukanlah hakku apalagi Aiza bukan siapa-siapaku." Arvino menyenderkan dahinya di kemudi stir karena rasa frustasi menyergap di dirinya hingga beberapa menit kemudian, ia kembali mengangkat wajahnya seraya berucap dengan sombong.

"Kalau mau cemburu itu menjadi hak ku, aku harus cepat-cepat menjadikan Aiza milikku seutuhnya. Aku harus berjuang mendapatkannya. Cih! Saingan pria macam kayak dia itu gak ada apa-apanya dibanding diriku yang lebih tampan ini."

๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค๐Ÿ–ค

Arvino pede nya akut banget ๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜‚

Terimakasih sudah membaca. Sehat terus buat kalian ya.

Terimakasih.

With Love

LiaRezaVahlefi

Instagram: lia_rezaa_vahlefii ๐Ÿ–ค