Chereads / Mencintaimu Dalam Diam / Chapter 21 - Chapter 20

Chapter 21 - Chapter 20

Sudah tiga bulan Aiza menekuri pekerjaannya sebagai mahasiswi yang sedang menjalani program kuliah kerja nyata atau KKN di sebuah instansi pemerintah kota Samarinda.

Ibu Dina sekaligus Ibu kepala bagian Tata Usaha di kantor tersebut sedang menyusun beberapa berkas penting yang sudah menumpuk karena pekerjaannya yang tertunda setelah cutinya keluar kota selama seminggu. 

Suara ketukan pintu dan ucapan salam dari Aiza membuat ibu Dina menoleh keambang pintu dan mendapati Aiza berdiri disana sambil membawa nampan yang berisi secangkir teh hangat.

"Anak magang ya?"

Aiza mengangguk dan berusaha bersikap sopan kemudian hanya mendapat respon senyuman dari Bu Dina sambil menyuruh Aiza memasuki ruangan tersebut.

"Terima kasih ya." ucap Bu Dina setelah melihat Aiza meletakan secangkir Teh hangat dimeja kerjanya.

"Sama-sama Bu. Em ada yang bisa saya bantu disini?" Aiza tidak ingin berbasa-basi dan berniat ingin membantu Bu Dina yang terlihat memiliki banyak pekerjaan saat ini.

"Tidak perlu Dek. Kamu balik saja ke ruangan kamu, tapi sekali lagi terima kasih ya teh hangatnya. Maklumlah, tadi pagi saya belum sempat sarapan."

Aiza mengangguk dan mencoba kembali menawarkan diri lagi untuk membantu Bu Dina. "Tidak apa-apa Bu. Kebetulan saya tidak memilik pekerjaan diruangan saya."

Suara kertas yang baru saja tercetak dari sebuah printer yang berada diatas meja terdengar, dengan segera Bu Dina meraihnya kemudian mengeceknya sesaat.

"Emang kamu diposisikan diruangan mana? Apa benar kamu tidak memiliki tugas saat ini?"

"Benar Bu. Em saya dari ruangan arsip."

"Oh bagian arsip ya?" tanya Bu Dina yang kini mulai mengetahui hal itu. "Disana mah memang tidak ada kerjaan. Kenapa tidak minta dipindahkan keruangan lain?"

"Maaf Bu saya sudah menanyakan hal ini tapi ruangan lain sudah penuh dengan tugas-tugas yang ditempati oleh mahasiwa lain seperti saya."

"Saya tidak masalah Bu." jawab Aiza dengan sopan dan tersenyum tipis. "Saya ikhlas membantu Ibu dan setidaknya pekerjaan Ibu cepat terselesaikan."

Bu Dina menimbang-nimbang sejenak dan itu benar. Jika ia dibantu setidaknya pekerjaan itu akan cepat terselesaikan. "Yakin nih tidak apa-apa?"

Aiza mengangguk sekali lagi dan Bu Dina bisa melihat Aiza yang begitu antusias untuk membantunya. "Yaudah deh kalau begitu. Em ini.."

Aiza pun menerima beberapa lembar berkas dari Bu Dina yang baru saja di cetaknya melalui printer. "Ini data keuangan bulan ini. Halaman pertama dan kedua kamu ketik ya di komputer. Tidak banyak kok."

"Baik Bu."

Aiza segera menjalankan perintah Bu Dina yang hanya di timpali senyuman oleh beliau dan menganggap Aiza adalah tipe mahasiswi yang tidak suka membuang-buang waktu dan suka mencari kesibukan yang lebih berfaedah disaat jam bekerja.

🖤🖤🖤🖤

Jam istirahat pun tiba ketika para pegawai dinas mulai keluar dari tempat bekerjanya dan mulai mendatangi warung nasi Padang yang terletak disamping kantor tersebut.

Lokasinya yang strategis dan sangat dekat dengan beberapa penjual makanan dari kualitas harga restoran hingga pedagang warung di pinggir jalan membuat para pegawai sangat mudah untuk memilih menu makan siang mereka sesuai isi budgetnya.

Dan Aiza, gadis itu memilih menu makan semangkuk bakso untuk mengisi perutnya yang lapar dengan tambahan segelas eh teh manis. 

Suara-suara para pembeli dengan segala obrolan yang mereka perbincangkan begitu terdengar di pendengaran Aiza tanpa harus memperdulikannya seperti biasa.

"Eh tuh lihat!" tunjuk seorang pria menggunakan dagunya. "Sudah seminggu aku dengar omongan rekan-rekan kita diruangan katanya tuh cewek rajin."

"Siapa?"

"Ituloh yang pakai hijab berwarna hitam."

Pria itupun menoleh kebelakang ketika temannya yang bernama Rio menyuruhnya melihat kearah sosok gadis yang posisinya tengah memunggungi mereka sambil menikmati makan siangnya.

"Yang pakai hijab berwarna hitam itu banyak."

"Ck!" decak Rio. "Iya tahu. Maksudku yang dipojokan. Yang posisinya lagi munggungin kita."

Dan tatapan pria yang saat ini tengah mencari sosok gadis tersebut kini menemukannya. Pria tersebut bernama Alex. Alex hanya menatap gadis itu sejenak kemudian memilih melanjutkan makannya tanpa peduli ocehan Rio.

"Lex!"

"Apa'an sih? Tidak tahu ya aku lagi sibuk makan! Jam istirahat kita cuma satu jam."

"Iya iya aku tahu!" jengah Rio. "Kan aku cuma kasih tahu doang kalau gadis itu adalah mahasiswi yang rajin."

"Biasalah. Namanya juga mahasiswa magang. Wajar, Tidak perlu heran, toh yang mereka harapkan cuma nilai doang." lontar Alex dengan santai.

"Tapi ini kelewat rajin Lex." ucap Rio dengan antusias. "Dia benar-benar beda dari beberapa mahasiswi lainnya yang magang di kantor kita. Menurut dari cerita yang aku dengar, gadis itu datang pagi-pagi dan tepat waktu. Bahkan selama tiga bulan tidak terlambat. Terus itu ya, temen-temennya pada santai diruangan lah dia? malah banyak kerja apalagi bantu rekan-rekan kita. Ya secara tidak langsung, orangnya cekatan gitu."

Posisi Alex sebagai pimpinan teratas di kantor pemerintah yang ia pimpin selama setahun lebih itu membuatnya sering mendengar percakapan hal itu melalui beberapa rekan yang menjadi bawahannya.

"Aku sudah selesai." ucap Alex setelah meminum segelas air putih sebagai penutup menyelesaikan aktivitas makan siangnya. "Mau barengan balik atau kamu ngerokok disini dulu?"

"Duluan saja deh." Rio mengeluarkan sebatang rokok dari dalam kotaknya. "Aku mau ngerokok dulu."

Alex hanya mengangguk dan segera beranjak dari duduknya kemudian kembali menuju kantornya dengan berjalan kaki mengingat lokasinya yang sangat dekat dan hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit untuk tiba di tujuan. 

Alex sudah tiba di halaman lokasi kantornya. Dari kejauhan, Alex melihat seorang mahasiswi magang yang sedang berjalan dengan posisi memunggunginya dan mulai memasuki pintu utama kantor tersebut.

Alex tidak begitu memperhatikan secara jelas penampilan dan fisik mahasiswi tersebut hingga akhirnya, tanpa diduga mahasiswi itu membalikkan badannya dan Alex terdiam ditempatnya saat matanya menatap sosok gadis itu secara jelas.

Waktu seolah-olah berhenti. Segala sesuatu yang ada disekitarnya ia abaikan bahkan tidak diperdulikannya. Bayangan masalalu dan hal-hal mengenai gadis itu kembali terbuka dan merasuk ke jiwa dan pikiran Alex.

Sebuah masalalu yang indah, namun sangat sulit untuk dilupakan meskipun ia sudah berusaha semaksimal mungkin tapi sayangnya kehadiran gadis itu benar-benar diluar dugaannya. 

Ternyata, kesibukkannya selama tiga bulan serta perjalanannya keluar kota tidak menjamin dengan isi hati dan pemikirannya yang berusaha ia hilangkan sejak dulu terlebih saat ini, ia kembali dipertemukan oleh gadis itu. Siapa lagi kalau bukan Aiza.

Dengan jantung yang masih berdetak kencang serta segala masalalunya yang hadir meskipun sudah terlewati beberapa tahun silam

"Kamu.. kamu tidak berubah. Kamu masih sama seperti dulu. Kamu gadis cantik bagaikan langit yang bisa aku lihat, tapi tidak bisa aku jangkau."

🖤🖤🖤🖤

Nah loh, Aiza punya sosok pria di masalalu 🙄

Terimakasih sudah membaca. Sehat terus buat kalian ya. Jangan lupa

berikan vote dan komentar kalian ya )

With Love

LiaRezaVahlefi

Instagram: lia_rezaa_vahlefii 🖤