"Anak-anak?" Alexander tertegun saat dirinya mendengar cerita dari Monner dan Aquasye tentang anak-anak hilang yang dijadikan persembahan Ömėchůs.
Ömėchůs adalah mahluk dengan tidak berwujud yang suka meminum darah anak-anak.
"Ömėchůs itu kenapa menginginkan darah anak-anak,"
"Maaf Tuanku namun, hal itu tidak diketahui. Akan tetapi, dari informasi yang saya dengar ada kisah antara Azharu dan Ömėchůs. Dulu bahkan sang Ommathius hampir mati saat melindungi Ömėchůs dari Azharu...." terang Monner.
"Monster dengan tujuan tidak jelas ya....." guman Alexander merenung.
"Mengapa, bagaimana bisa Ommathius hampir mati. Bukankah Ommathius anti terhadap sihir?" tanya Alexander.
"Itu empat puluh lima ribu tahun yang lalu... sebelum aku menjadi anti sihir. Kalau bisa dibilang itu adalah moment dimana kamu memberikannya padaku," jawab Hagai.
Alexander langsung berpikir jika Ömėchůs pernah melawannnya sebelum Hagai menjadi anti sihir. Itu artinya Ömėchůs adalah utasan Raja terdahulu.
"Ah, tunggu itu artinya Ömėchůs adalah..."
"Ya, itu benar sekali Tuan Azharu, Ömėchůsadalah mahluk astral buatan Raja Azthari yang dibuat dari kekuatanmu. Namun, mereka banyak melakukan modifikasi sihir sehingga mereka bisa membunuhmu...." terang Hagai.
"Luar biasa, Hagai kali ini aku yang akan melindungimu...." Alexander menatap serius mata temannya itu.
"Aku yang akan melindungimu, tugasku adalah melindungi Azthariland dan kamu adalah bagian dan sumber dari kehidupan pulau ini. Jadi melindungimu adalah tugasku!" unjuk Hagai.
"Keras kepala," gerutu Alexander kesal, karena sejak dulu dia melihat langsung bagaimana Hagai selalu mengabdikan hidup untuknya.
"Begitulah aku," ujar Hagai tersenyum.
Alexander melirikan mata ke arah Hagai, dia sangat pernasaran dengan wajah yang selalu sendu itu. Alexander sangat pernasaran apakah setelah semua yang terjadi pada hagai kerenanya. Perlindungan itu adalah ketulusan atau perasaan terpaksa karena kewajiban.
"Jadi tentang Ömėchůs ini seperti apa kemunculannya ada tanda-tanda atau sesuatu kan tidak mungkin tiba-tiba mereka datang kan?" tanya Alexander mengalihkan pikirannya.
"Maaf Tuanku, tidak hamba tidak mendengar informasi lebih lanjut tentang itu..." jawab Monner.
"Menurut kitab ini, Ömėchůs muncul saat 3 pentang dalam dua belas purnama yaitu jika dengan waktu dunia sama dengan 3 hari dalam setahun dalam jarak pagi dan siang sejauh 2 matahari. itu artinya mereka muncul 3 bulan sekali selama 3 hari dalam tahun. Itu artinya kita memiliki 5 kesempatan untuk menangkapannya...." sela Hagai.
"Jadi enam hari selama satu tahun?" tanya Hagai.
"Iya, benar Xander hahaha..." jawab Hagai mengelus kepala Alexander dengan tawa semeringannya.
Melihat wajah sendu Hagai yang tertawa mengingatkan dia pada saat dirinya dimasa lalu. Saat Hagai datang dari perjalanannya untuk mencari obat untunya yang sedang sakit. Dan ketika Hagai kembali, dia melihat putranya terkapat tidak bernyawa dengan tangan Azharu yang penuh dengan darah putranya.
Dan saat itu dirinya hanya mengatakan "Dialah yang musuh jahat itu, dia yang ingin membunuhku. Aku hanya menghukumnya tapi dia tidak mennurut lalu menyerang. Dan aku membalasnya.." Yang membuat Alexander merasa bersalah adalah saat Hagai mengahampirinya dan dengan mata yang berkaca-kaca dia mengatakan "Resiko dari melayanimu adalah kehilangan dan aku sudah siap untuk itu..." Dan saat itu untuk pertama kali Alexander kembali memiliki perasaan setelah kehilangan Renaya.
"Baik, jadi sepertinya aku dan Shallman harus mencari jam purnama dan bola kristal, ramalan dan barang waktu lainnya. Xander kamu ingin ikut..." Hagai menegur Alexander namun, Alexander yang masih tegenang oleh pikirannya tidak menjawab dan menyadari panggilan Hagai.
"Xander," panggil Hagai, Alexander pun tersadar dari lamunannya itu. Dan langsung menatap Hagai dengan mata berkaca-kaca.
"Xander! Ada apa?" tanya Hagai panik.
"Hagai," ucap Alexander.
"Ya," jawab Hagai.
Alexander bangkit dari tempat duduknya dan memeluk pria hipster itu. Alexander lalu melepas pelukan dan mengatakan semua kata-jata yang ingin dia katakan 1000 tahun yang lalu.
"Maaf, untuk kata-kataku seribu tahun lalu. Maaf putramu harus kubunuh, maaf istrimu juga harus mati. Dan aku minta maaf karena tidak mengijinkanmu untul marah dan langsung memberi alasan sebagai perlindungan diri.... maaf Hagai, menyakitimu adalah penyelasanku..." ujar Alexander mengeluarkan semua kata-katanya.
"Terlamabat seri....."
"Sudah ku katakan padamu Azharu, resiko dari melayanimu adalah kehilangan dan untuk itu aku sudah siap. Namun, karena sekarang kau sahabatku maka akan ku katakan padamu. Bagaimana kamu di masa lalu adalah yang membentukmu. Sebagai sosok yang sangat kusayangi hari ini. Jadi aku sudah melupakannya..." sela Hagai menepuk pundak Shallman.
"Kau terlalu baik dasar sialan," ujar Shallman kesal.
"Hahaha..., aku tidak sebaik hati yang mulia Azharu sampai dia terbodohi oleh para 4 penjaga itu selama ya cukup lamalah..." bela Hagai menyindir Alexander.
"Huh! Hoi... kalau kau sadar mengapa tidak beritahu aku hah! Kalau diberi tahu aku pasti bisa bertindak," bela Alexander.
"Aku tidak mau menyakitimu, Mereka kuat begitu kau tahu mereka akan melakukan cara yang sama dan menghancurkanmu. Mereka terlihat santai dan mungkin lebih lemah darimu. Tapi mereka punya kelicikan untuk membunuhmu secara tidak langsung..." ujar Hagai.
"Sudah berkali-kali kau tahu Xander, Dan akhir hidupmu selalu berakhir tragis. Karena mereka selalu mengutus banyak monster utnuk melindungi mereka. Semua Monster sialan ini adalah buatan mereka!" lanjut Hagai.
"Terserah, mengapa kau tidak melindungi aku! Kau kan anti sihir?" tanya Alexander.
"Jika kau sampai harus bertarung dengan mereka. Itu artinya Hagai sudah mati, dan saat kau mati manna dari tubuhmu terpecah dan membias kepada hagai. Lalu saat kau bereikarnasi kembali manaa itu akan kembali keluar dari tubuh Hagai dan kembali padamu..." terang Shallman.
"Hagai selalu melindingumu Alexander,dan dia tidak pernah menyerah..." tambahnya.
"Aku tidak ingin mendnega ritu dari mulutmu Nyonya Shall..." gerutu Alexander meninggalkan rumah makan itu dan berjalan sendirian.
Alexander berjalan sendirian meninggalkan rumah makan itu. Dan tidak ada satu pun yang menghampirinya atau terdengar suara jejak kaki yang berusaha untuk mengejarnya. Namun, tiba-tiba saja seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Dan itu membuat tangis Alexander pecah.
"Ha... Hagai," tangis Alexander.
"Aku disini, Hwane ýûyŕėne moerAzharu..." Hagai memeluk Alexander.
"Aku akan menjagamu, mulai hari ini bukan hanya tubuhmu. Namun, juga hatimu meskipun aku akan terluka bukan karena melayanimu. Sekarang aku sadar, aku melakukannya karena aku takut. Aku takut kau akan terluka dan jika kau pergi maka manis kebahagiaanpun akan terasa asam....." ujar Hagai.
Mendengar kata-kata Hagai Alexander merasakan sebuah perasaan yang luarbiasa dalam tubuhnya. Dan ingatannya pun kembali saat dirinya lahir ke dunia ini. Saat dia masih bayi, seorang dokter yang menangani persalinannya ibunya mengatakan kata-kata yang sama.
"Dunia akan terasa asam tanpa kehidupanmu,"
"Kebagiaan ini tidak pernah jadi manis jika tidak ada dirimu..."
"Selamat datang rasa manisku, hidupku sudah lama asam tanpamu..."
Alexander baru menyadari jika selama dirinya menjadi manusia orang yang pertama kali melihatnya adalah Hagai.
"Hagai kau..."
"Akhirnya kamu menyadarinya Alexander," ucap Hagai tersenyum.
"Mengapa?" tanya Alexander.
"Aku ingin melihat wajah ini," jawab Hagai.
"Kamu selalu tampil berbeda dengan kekuatanmu itu. Tapi tubuhmu selalu berwujud sama. Hanya saat dirimu menjadi Khalil Azthari kau memiliki wujud sama dengan manusiamu. Aku merindukanmu Azharu, dirimu dan keberadaanmu..." tambahnya.
"Terima kasih," ucap Alexander.
"Yosh!! Sekarang mari kita mulai penyelidikannya," seru Alexander gembira.