Pertarungan antara Khalil dan Manses semakin sengit tidak ada satupun dari mereka yang menunjukkan tanda-tanda kekalahan.
Namun, semakin lama meskipun Khalil tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Akan tetapi serangan dan gerakan yang diberikannya semakin melambat.
"Mengapa? apakah ternyata Azharu bisa kelelahan juga!" kekeh Manses yang masih kokoh berdiri.
Orang itu menatap Khalil dengan penuh sombong yang membuat Khalil menjadi naik pitam dan langsung melempar serangan besar terhadapnya hingga orang itu tidak bisa menepisnya.
"Mati kau hahaha..." kekeh Khalil angkuh.
"Uhuk... uhuk.. hahaha... bercanda!" Sang topeng angsa langsung bangkit dan menunjukkan keahliannya dalam beregenerasi di hadapan Khalil.
Khalil yang melihat keahliannya orang itu mulai sedikit takut. Pasalnya pria itu menyadari bahwa tubuh yang digunakannnya ini tidak bisa menampung staminanya yang kuat dan mulai kelelahan.
"Harus ku selesaikan, dia harus mati hari ini..." guman Khalil menahan tubuhnya yang lelah.
Dirinya tidak pernah merasa selelah ini di kehidupannya yang sebelumnya. Ini adalah kali pertama Khalil bisa merasakan jika tubuhnya kelelahan dan untuk pertama kalinya Khalil merasakan keterbatasan.
"Uchrantha!!!" Khalil membiat sebuah simbol dengan tangannya dan sebuah manaa yang benar terkumpul kepadanya dan membentuk sebuah pedang bermata dua dengan aura manaa yang berbeda.
"Jika aku mengatakan kau akan mati hari ini, maka kau mati meski aku harus membunuhmu. Humile na Uazhru, Humtana hikaplamoer dī terenzez!!" ucap Khalil lantang yang langsung mengayunkan pedang itu kearah sang topeng angsa.
Namun, sayang pedang itu hanya mengenai sedikit dari bagian tubuhnya orang itu. Dengan tenaga Khalil yang terbatas dan gerakan Manses yang gesit akan sulit baginya untuk menang. Akan tepapi meskipun sulit, Khalil tetap yakin jika kemenangan baginya adalah pasti.
"Hya... hyat... Hyat!!" Khalil terus memaksakan tubuhnya. dengan mempercepat gerakakn hingga menyimbangi orang itu. Khalil sangat tidak bisa menerima kekalahan sehingga hal itu membiat dirinya terus-terusan bertarung agar dia bisa segera mengalahkan Manses.
"Diamlah disana bajingan!! Aku akan membunuhmu!!" pekik Khalil kesal.
"Mengapa apakah Azharu mulai kelelahan!!" sinis Manses terus-terusan menghindari serangan Khalil.
Sebagai orang yang telah memperlajari gaya bertarung Azharu selama ribuan tahun. Manses samgat paham dengan gaya bertarung Azharu yang selalu menggunakan Attack demage untuk memenangkan pertarungan.
Itulah sebabnya mengapa dirinya terus menghindar sejak awal dan hanya menyerang dengan serangan kecil-kecilan agar dia bisa mengeluarkan serangan hebat saat sang Azharu mulai kelelahan. Dan yang diinginkannya terkabul Khalil mulai kelelahan.
"Hah... hah.... hah..." nafas Khalil mulai terengah-engah tubuh berkeringat dan wajahnya memucat. Khalil sudah tidak mampu lagi untung bertarung.
Manses yang melihat Khalil mulai lengah langsung mengerluarkan serengan terbesarnya.
"Blash!!" Bunyi gerakan tangan Manses begitu nyaring terdengar ditelinga Khalil namun, tubuhnya sudah tidak bisa bergerak lagi.
"Badan sialan..." pekik Khalil dalam hati, seluruh tubuhnya sudah gemeteran dan tidak perlu musuhnya bahkan, bayi yang baru lahirpun akan tahu jika dirinya sudah tidak bisa bertahan lagi.
"Suretame!!" Manses mengucapkan mantra dan melempar serangan besar terhadap Khalil.
Namun, tepat sebelum serangan itu mengenainya. Tiba-tiba saja serangan memencar kearah lain dan tidak mengenai Khalil.
"Hah!" Khalil kebingungan dengan serangan yang tidak mengenainya.
"Apa tidak mungkin!!" Manses berdengus kesal.
"Apa yang tidak mungkin!!" asap pada serangan Manses mulai menghilang dan dua oramg itu melihat tepat di hadapan mereka bedua terlihat Hagai yang berdiri tepat di depan Khalil seperti perisai.
"Ommathius!! Kau masih hidup?" orang itu terkejut.
"Tentu saja kapan aku mati, Hahaha.... luar biasa!!" Kekeh Hagai.
Hagai berlari ke arah Manses dengan membawa pedang yang di pedang yang di bawa Khalil dan langsung berlari menuju Manses. Manses terus bersusah, tapi tidak satu pun serangannya yang berhasil mengenai Hagai.
Gerakan Hagai begitu gesit seperti gangsing putaran. Tidak ada satu pun diantara mereka berdua yang bisa melihat gekaran Hagai. Akan tetapi, serangan Hagai terus melukai tubuh Manses tanpa adanya pembalasnya.
Untuk mendapatkan kemengangan Manses langsung berpikir dan menyerang Khalil namun, tepat sebelum serangan itu sampai langsung di tepis oleh Rixita.
"Maafkan Hamba, Yang Mulai Azharu. Hamba sedikit terlambat..."
"Aku ingin nyawamu..." Rixita menunjuk kearah Manses.
"Omong kosong, para penjaga suci baru sepertimu bisa mengalahkanku!!" Pekik Manses melemparkan serangannya lagi.
Dan dengan cepat Rixita langsung menepis serangan itu dan mengembalikannya.
"Makan ini kaparat!! Hahaha...." Rixita membalas serangan Manses dengan serangan yang dua kali lebih besar dan langsung memental tubuh orang itu.
Selagi Rixita dan Hagai yang terus me yerang Manses Diante datang menghampiri Khalil dan langsung menyembuhkannya.
"Apa saat menciptakanku Yang Mulia meramal masa depan?" tanya Diante tersenyum.
"Lufitante Minrrin Diente..." Diante mengucapkan sebuah dan sedikit demi sedikit rasa lelah dan sakit pada tubuhnya berkurang.
Khalil yang merasa lebih baik langsung dan tersenyum pada Diante.
"Terima kasih, dan ya... aku meramal masa depan..." ucap Khalil lembut mengelus kepala Diante.
Wajah Diante langsung memerah namun, dengan cepat gadis itu mengalihkan perhatian dan langsung fokus pada pertarungan.
"Sebaiknya Yang Mulia berada disamping saya karena kondisi Anda belum sepe..... (Blazzz!!!)" Serangan datang ke arah Khalil dan Diante untung Khalil langsung melindungi mereka berdua dengan tenaga yang mulai pulih.
Diante yang baru melihat gaya bertarung Khalil langsung memujinya dengan penuh decak kagum.
"Wah!! Yang Mulia itu sangat luar biasa..." puji Diante.
"Ini bukan apa-apa," tepis Khalil dengan wajah yang menahan banyak amarah.
Khalil mulai bangkit berdiri dan langsung berteriak pada Manses dan menyerang.
"Hoi Manses!! Kau boleh membunuh tapi jangan pernah kau sentuh para penjaga suciku atau aku akan membunuh meskipun aku harus mati!!" Pekik Khalil.
"Zreeos Menaa Da Azharu!!" Khalil menyerang Manses tepat ditengah Manses yang ingin menghindar. Tubunya langsung ditangkap oleh Hagai.
"Arh sialan Kau Azha.. Argh!!!" Hagai menginjak tubuh Manses sebelum dia menyelesaikan kata-katanya.
"Selama aku hidup tidak ada satu sosok pun kecuali Dewa yang boleh merendahkan Azharuku!!" pekik Hagai menginjak dada Manses.
"Mati kau!!" Manses menginjak tubuhnya hingga menembus dadanya. Dan Manses pun mati.
"Woah!! Dia keren sekali!!!" puji Rixita gembira.
"Berapa usia fisiknya Khalil? 15 tahun,"tanya Hagai yang bingung melihat reaksi Rixita yang seperti anak kecil.
"18 tahun...." Khalil langsung terjatuh pingsan.
"Hah... Khalil!!" Hagai langsung menghampiri tubuh pria itu.
"Khalil.. kahlil... Xander, Alexander apa kamu mendengarku Alexander..." ucap Hagai berusaha memanggil salah satu orang dalam tubuh itu.
"Aku mendengarmu dengan jelas Tuan Hagai...." pria itu membuka matanya dengan Alexander yang sudah kembali pada tubuhnya.
"Yang Mulia..." Dua gadis itu langsung memeluk Alexander.
"Mana.... teman-teman kita yang lain?" tanya Alexander.
"Berada di pertarungan lain, Tuan..." celetuk Zura yang baru saja tiba.
"Kau lambat sekali..." ucap Hagai yang baru melihat jin itu sampai.
"Aku tidak lambat Andalah yang terlalu cepat sampai bahkan sebelum para Moerndir. Aku datang menemui para wanita dan mereka sendiri sedang kesulitan. Karena sepertinya mereka telah berhadapan dengan salah satu anggota tinggi dari Krœthās!!" balas Zura.
Mendengar pernyataan Zura,Alexander langsung bangkit dan ingin menuju lokasi tepat Aquasye dan yang lainnya berada akan tetapi tubuhnya sudah tidak sanggup.
"Yang Mulia biarkan hamba menyembuhkanmu terlebih dahulu!!" Diante menahan Alexander.
"Tidak, Moneer... Aqusye.... perasaanku berkecamuk terus memikirkan keduanya!!" tolak Alexander yang berusah untuk berdiri.
"Jangan merasa tertekan Xander, cukup pikirkan Moneer namun jangan terlalu berlebihan. Wanita yang kamu cintai adalah wanita yang kuat. Dan untuk Aquasye bahkan Khalil sendiri pun tidak pernah mimikirkan nasib wanita itu... jadi tidak usah kamu pikirkan!!" ucap Hagai menenangkan Alexander.
"Tidak Hagai, itu hanya yang kamu lihat. Kamu tidak tahu betapa berartinya Aqusye untuk Khalil dia bahwa mengambil alih kesadaranku hanya untuk membunuh Ethalinf yang sudah menyakiti Aquasye. Pertunangannya memang dijodohkan namun, aku bisa merasakan bertapa sangat berartinya Aqusye dalam kehidupanku dahulu..." tepis Alexander.
"Kalau begitu istirahatlah Alexander begitu kamu sudah lebih kuat kita akan kesana!" perintah Hagai.
"Ya, Tuan jangan cemas karena Moncthar dan Antdresta sudah membantu mereka!!" ucap Zura meyakinkan Alexander.
Alexander pun menganggukkan perinta mereka berdua dan membiarkan Diante menyembuhkannya. Namun, perasaan terus tidak enak dan berkecamuk seakan-akan dia bisa merasakan sesuatu yang salah.
"Apakah yang sedang terjadi disana?" Alexander bertanya-tanya dalam hatinya.
Di sisi lain ternyata perasaan Alexander itu hanya tanda dari Aqusye dan gengnya serta para 2 Moerndir lainnya yang bersama telah porak-poranda menghadapi wakil dari Krœthās.
"Mana!! Azharu pengecuta kah dia, sehingga mengutus orang tidak berguna seperti kalian untuk melawanku!!" pekik orang itu.
"Tarik katak-katamu bajingan, jangan penrah satu katapun keluar dari mulutmu utnuk merendahkan Azharu!!" teriak Aqusye yang masih berusaha bertahan.
"Ya, setidaknya mereka mengutus seorang Ratu. Namun, itu tetap tidak ada apa-apanya..." ucap orang itu.
"Ya bersiaplah untuk mati!!" serangnya.
"Tidak!!" tepis Aqusye.