Chereads / Azharu dan 4 Penjaga Suci / Chapter 34 - Pencarian!!

Chapter 34 - Pencarian!!

Hari mulai gelap seluruh cahaya di pulau Azthari telah redup kecuali sebuah rumah kecil ditengah hutan. Tempat Sang Azharu dan kawan-kawannya berpusat.

"Jadi tidak ada kalender, tidak ada jam atau apapun itu sebutannya kita hanya punya bola kaca dan papan pasir gelombang?" Alexander bertanya-tanya.

"Ya semacam itulah...." jawab Hagai.

"Kau bilang kita harus mencari banyak barang..." gerutu Alexander.

"Ya.... aku sendiri juga tidak menyangkap kalau pediteksi purnama itu hanya 2 alat," bela Hagai.

Melihat kedua temannya yang saling berdebat Shallman pun datang dan mengambil kedua alat itu dan mulai menggunakannya.

"Lily," seru Hagai dengan nada kesal.

"Sudah kubilang jangan panggil aku dengan nama itu dasar tolol!!" sahut Shalan kesal.

"Persetan mau kau apakan benda itu!?" tanya Hagai mengabaikan omelan Shallman.

"Diam..., Őcheļpā!!" Shallman menyebutkan sebuah Mantra.

Dan pasir pada papan itu mulai bergerak-gerak dan mengelilingi papan itu membentuk sebuah tulisan dalam bahasa Azthari.

"Õťhýů..."

"Shåmaèñha!!" Teriak Shallman dan paris pada papan itu langsung bergetar cepat dan menunjukkan banyak waktu purnama.

Hanya saja papan itu menuliskannya dengan bahasa asing yang bahkan bukan berasal dari Azthariland.

"Ketilam mennna, ki masuna, Jie Uthas.... apa ini?" tanya Alexander bingung.

"Ini.., aku tidak tahu.." jawab Shallman bingung.

"Apa ini?" tanya Alexander.

"Bahasa Athurma," seru Aqusye sambil membawa makanan untuk mereka bertiga.

"Apa artinya?" tanya Alexander merasa lega.

"Ini terlalu kuno aku sendiri tidak tahu..." jawab Aquasye.

"Ratu macam apa kau!!" ucap Alexander kesal.

"Masa bodo..." bela Aqusye.

"Diam!! Kalian berdua... Ketilam mennna. Ketilam artinya laut menn artinya 90 dan na artinya derajat. Jadi ketika 90 derajat dari laut. Ki masuna, Ki artinya cahaya dan masu artinya 180, una berarti biasan itu artinya. cahaya dengan 180 biasan. Jie Uthas simple artinya tengah malam. Jie Malam dan Uthas gelap...." sela Hagai mererai mereka berdua.

"Wah Kau pintar sekali!!!" puji Alexander takjub.

"Ommathius memang luar biasa!!" Aquasye takjub.

"Tertarik.... menikah lagi," goda Aquasye.

"Tidak," jawab Hagai datar.

"Serius!!" sinis Alexander sambil melirik Ratu Athurma itu.

"Ya mengapa Tidak..." sahut Aqusye.

"Sudah-sudah, itu artinya waktu purnama adalah malam hari ketika cahaya bulan berada 90 derajat diatas laut dan cahaya tersebut membuat biasan sebanyak 180 puluh pada tengah malam.... Kamu tahu saat saku tenggelam di laut cahat bulan bersinar dengan biasan yang dipisahkan oleh garis gelombang laut ya... itulah yang disebut waktu purnama. Artinya ketika cahaya membias sempurna di laut," terang Hagai.

"Jadi kita harus menunggu seperti ini dan tidak melakukan apa-apa sambil menghitung jumlah cahaya!!" Alexander mendengus ketus.

"Kita... bisa gunakan bola kristal ini!!" tunjuk Hagai pada Alexander.

"Ah benar..." Alexander langsung mengambil bola kristal itu.

Alexander memegang bola kristal itu mengusapnya lalu pria itu mengambil nafas dalam-dalam dan langsung bertanya pada bola kristal tersebut.

"Ucapkan padaku, wahai bola kristal apa yang ingin aku dengarkan. Uthma ni Humile!!" pinta Alexander sambil menyebutkan sebuah mantra.

"La alw qursye umantjien qua Uazhru!!" sahut bola kristal itu.

"E... eto.. u... a..."

"Le Khe syonilamnie deye Athurma hunytanimo sillami'yo?" sela Hagai menggantikan Alexander.

"Ommathius, donyathi?" tanya bola kristal itu.

"Gie..." jawab hagai mengiyakan.

"Hunkhani?" tanya bola kristal itu.

"Dœřsýëa, muchkilnya..." jawab Hagai.

Melihat bola kristal dan hagai seperti saling mengobrol membuat Alexander kesal dan marah.

"Tuan Hagai," tegur Alexander cemberut.

"Hah? ya benar..," Hagai pun tersadar dan langsung menagih jawaban dari bola kristal itu.

"Hukhame Hummil!!" perintah Hagai.

"Sorenya Ommathius Moinr Ushkehnya hamamnsyur dillto...." jawab bola kristal itu.

"Apa katanya Tuan?" tanya Alexander.

"Hahaha... Xander, sudah dua tahun kamu ternyata masih nyaman memnaggilku begitu ku pikir sudah tidak mau. Karena beberapa bulan ini bahkan tadi kwmu tidak memanggilku begitu..." kekeh Hagai semeringah. Dia senang jika Alexander memperlihatkan sisi manjanya, pada dirinya.

"A... itu maaf beberapa hari ini aku sejak mendapatkan banyak ingatan itu aku merasa seperti aku ini sudah tua hingga ya... aku lupa kamu bahkan lebih tua dariku. Ya walaupun secara teknis aku menjadi sumber kekuatan pulau ini sudah lama sekali, tapi dengan wujud manusia dan menampakan diri aku yang lebih muda darimu.. " ujar Alexander menjelaskan.

"Aku tetap Alexande yang sama dan sedikit manja padamu hahaha...." tambah Alexander tertawa.

"Jangan berubah," ucap Hagai sambil tersenyum.

"Ya," jawab Alexander singkat.

"Baik, jadi bola kristal itu mengatakan bahwa itu terjadi pada setiap tanggal kelipatan 7," terang Hagai langsung membalikan topik.

"A... tunggu mungkin besok!! besok itu tanggal 22 ya kan kelipatan 7. 7 dikali 3 sama dengan dua puluh sa... lupakan," ucap Alexander malu saat sadar dirinya salah menghitung.

"Seorang pensiunan muda ahli komputer, tidak tahu 7 dikali 3 sungguh mengenaskan!" cetus Shallman menatap Alexander sinis.

"Huh...., 7 hari lagi ya...." keluh Alexander kesal.

"Ya, begitulah!" Hagai mencoba menghibur Alexander.

"Andai aku bisa tahu dimana mereka akan melakukannya, agar setidaknya bisa kucegah. Jika begini percuma saja 7 hari itu untuk apa..... aku bahkan tak tahu lokasi mereka!!" keluh Alexander kesal.

"Kenapa tidak kau hentikan saja waktu diseluruh dunia seperri waktu itu lalu kau mencari monster itu saat purnama ketujuh!!" ucap Aquasye memberi ide.

Mendengar saran dari Aquasye Alexander langsung bangkit dengan girangnya dan mengiyakan ide dari Ratu Athurma.

"Wah!! Aqusye kau cerdas sekali...." puji Alexander.

"Ya, aku mendapatkannya dari pacarmu, sejak tadi dia tidak banyak bicara dan hanya memasak di dapur!" tutur Aquasye menunjuk ke arah dapur.

Mendengar ucapan Aquasye, Alecander langsung berjalan ke dapur menghampiri Monner.

"Monner," tegur Alexander.

"Ya, Tuanku..." jawab Monner lembut.

"Mengapa tidak ikut bicara dengan kami?" tanya Alexander lembut.

"Saya ingin di sini, karena sepertinya Anda menikmati beedikkusi bersama teman lama Anda Tuanku..." jawab Monner dengan nada sendu.

"Jangan begitu Monner kamu adalah bagianku, jangan berkata seperti itu. Aku menginginkan dirimu. Lagipula kita punya Zura. Ya, dia sedang melakukan beberapa misi rahasia dariku sih..." tutur Alexander.

"Misi apakah itu Tuanku?" tanya Monner pernasaran.

"Ya semacam itu deh," jawab Alexander asal.

Sementara Alexander sedang mengoda Monner. Zura sedang mencari dan mengawasi semua pohon yqng memiliki Manaa misterius untuk mencari tahu sumber dari Manaa tersebut.

Dan mencari tahu apakah hal tersebut memiliki hubungan dengan kemunculan para Monster di Azthari yang manakah dari mereka yang memiliki hubungan dengan Manaa itu Ömėchůs atau Őçļəfa?

Namun, dalam pencariannya justru malah menemukan sesuatu yang tidak diduga olehnya.

"Tidak mungkin, bukakah mereka sudah punah... oleh Tuan Azharu!!" Zura terkejut.

"Tuan harus tahu!!" ucap Zura langsung meninggalkan tempat itu.