Hari yang tenang diawali dengan suara teko yang mendidih. Dengan seorang pria yang meletakan bukunya dan langsung mengangkat teko dari kompor lalu menuangkan air tersebut pada subuah cangkir berisi daun teh.
"Ah... segarnya teh bunga lilythian dipagi hari bukan begitu Zura," ucap pria itu.
"Ya, tentu saja..." sahut orang itu.
"Sudah 2 tahun pulau ini setenang aliran sungai. Sungguh luar biasanya, Yhunmant bahkan tidak beraksi lagi bukan..." guman pria itu.
"Benar Tuan namun, kita masih belum yakin karena Yhummant bisa saja bangkit. Kita harus benar-benar membunuhnya!" seru orang itu.
"Merepotkan sekali, apalagi sejak pulai ini menyadari kebangkitanku hahaha.. bahkan, rajanya pulau ini benar-benar menyebalkanku...." keluh pria itu
"Bersabarlah Tuan, inikan sudah pilihan Anda...." hibur sang pelayan pada tuannya.
"Aku Alexander Triffor alisan Azharu, merepotkan ya..." keluh Alexander.
Alexander membuka jendelanya dan melihat gunung dan alam yang mengelilingi rumahnya. Sudah dua tahun sejak peristiwa itu
Alexander memutuskan untuk membangun sebuah rumah kecil serdahana dipelosok hutan dengan banyak jebakan di sekitarnya. Azharu memang sudah terkenal dengan sosoknya yang misterius itulah sebabnya mengapa Alexander, memutuskan untuk berhenti bekerja langsung memberikan semua tabungannya pada orang tuanya.
Pria itu tidak mengatakan jika dirinya berhenti bekerja. Dia takut orang tuanya akan cemas dan menanyakan banyak hal. Alexander hanya mengatakan bahwa dia akan dipindahkan ke luar kota untuk sementara waktu.
Alexander telah memutuskan untuk tinggal di pulau Azthariland. Dirinya membuka sebuah toko herbal kecil ditengah kota pada pagi dan menjadi Azharu pada sore hari.
Karena meskipun Alexander lelah dengan pekerjaannya namun, dia adalah tipe orang yang tidak bisa hidup tanpa melakukan sesuatu pekerjaan.
"Zura sudah waktunya!" tegur Alexander.
Dua pria itu langsung berteloportasi ke tengah kota dan membuka toko mereka. Dan di dalam toko itu sudah ada 3 orang yang menyambut mereka dengan sangat gembira. Dengan satu orang yang terlalu sibuk makan sampai tidak memperhatikan keharian mereka.
"Selama pagi yang mulia!!" sambut Rixita.
"Pagi," sapa Antdresta.
"Saya sudah menyiapkan segala jenis tanaman herbal yang akan kita jual seperti biasa yang mulia.." seru Diante.
"Hahaha... terima kasih," sahut Alexander tertawa.
"Hoi Moncthar! Penciptamu datang begini kelakuanmu hah!!" tegur Rixita kesal melihat Moncthar yang terus makan sejak tadi dan mengabaikan kedatangan Alexander.
"Aku sudah menyapa!!" bela Moncthar sambil makan.
"Lewat apa, aku tahu kau tidak punya kekuatan telepathi sialan!!" maki Rixita.
"Tanya saja yang mulia," seru Moncthar sambil makan.
"Yang mulia benarkah itu?" tanya Rixita dengan lolosnya.
"Tidak," jawab Alexander singkat.
"Mon..... Cthar!!!" Rixita melirik kearah pria itu dengan pedang yang keluar dari tangannya.
"Cari Mati Kau cecunguk sialan!!" pekik Rixita berlalri kearah Moncthar.
Melihat Rixitayang murka, Moncthar langsung buru-buru menyelesaikan makanya dan melarikan diri dari Rixita. Mereka berdua saling mengejar hingga mengelingi kota Azthari.
"Biarkan mereka yang mulia, nanti jika lelah saya jamin mereka akan kembali..." seru Antdresta dengan mengepal tangannya. menahan kesal dengan 2 temannya itu.
"Hahaha... aku tahu, keributan mereka itu sangat membuatku terhibur.." sahut Alexander.
"Buka tokonya Dante! Pelanggan telah menungguku, " Perintah Alexander.
"Diante yang mulai namaku Di..."
"Aku membuatmu dan memberimu nama terserah ingin ku panggil apa," sela Alexander.
"Ya, Anda benar...." jawab Diante lalu membuka toko tersebut.
Dan tidak perlu menunggu lama, toko itu langsung didatangi oleh para penyihir-diseluruh penjuru.
"Selamat datang!!" Seru Alexander.
"Hoi, Alexander hari ini aku butuh biji upra kau ada?"
"Siap,"
"Aku butuh bunga pelanun!!"
"Ada!!"
"Aku butuh 20 puluh lusin kardus teh!"
"Tersedia!!"
Alexander dan para Moerndir sibuk melayani para pelanggan. Mulai dari permintaan serdehana hingga permintaan yang berlebihan semua dilayani dengan baik. Tentu saja dengan satu orang jin dan dua orang Moerndir. Apa yang tidak bisa dilakukan oleh mereka. Apalagi ada seorang Azharu disana.
Toko yang begitu sibuk dan ramai dengan mudah mereka atasi. Hingga toko mulai tenang dan sepi pada siang hari. Dan dua orang yang saling berkejaran itu pun datang.
"Kami pulang..." seru dua orang itu kelelahan.
"Selamat datang dua kawanku yang sinting!!" sambut Diante tersenyum.
"Ekspresi wajah dan kata-katamu itu tidak sinkron tabib sialan!!" maki Rixita.
"Setidaknya aku membantu yang mulia dengan baik pagi ini..." ketus Diante.
Mendengar pernytaan Diante, Rixita langsung tersadar dan menghampiri Alexander.
"Yang Mulia apakah ada yang bisa hamba bantu?" tanya Rixita tidak enak hati.
"Ada, tolong masakan aku makanan yang dimakan oleh Moncthar. Kelihatan lezat..." jawab Alexander tersenyum.
"Baik, berbeda dengan perempuan itu aku pandai memasak hahahaha...." ujar Rixita bangga.
"Hoi Rixita, boleh ku..."
"MATI KAU!!" Rixita melototi mata Moncthar. Lalu pergi ke dapur toko.
"Wah dia seram sekali ya hahaha..," ujar Alexander.
"Begitulah dia setiap hari," ujar Moncthar.
"Hanya padamu saja sialan, jangan mengajak kami!!" ketus Antdresta.
"Berisik kalian!!" teriak Moncthar.
"Shush! Jangan terlalu keras Moncthar kamu bisa menghancurkan tokoku," ucap Alexander menutuk mulut Moncthar dalam satu petikan jari.
"Hmmp.... hmmp..." Moncthar untuk berusaha membuka mulutnya.
"Ku cabut atau tidak ya..." guman Alexander.
"Biarkan saja," sahut Diante.
"Ya, aku setuju..." tambah Antdresta.
"Kalian ini...." geram Alexander membuka mulut Moncthar.
"Hoah... Kalian ini kurang ajar!!" gerutu Moncthar kesal.
"Hahaha.., karena aku tahu Yang Mulia akan membukanya makanya kami seperti itu.
"Alasan," ketus Moncthar.
Tiga orang itu bertengkar sedangkan Rixita berusaha menahan marahnya di dapur.
"Dasar idiot bisa-bisanya mereka bertengkar dihadapan yang mulia..." gerutu Rixita terus mengaduk sup yang disiapkannya.
Gadis itu segera menyelsaikan masakannya lalu menghampiri Alexander dengan senyuman manisnya.
"Yang Mulia, silakan cicipi masakan hamba..." sambut Rixita memperlihatkan hidanganya.
"Wah terlihat lezat," Alexander takjub.
"Hahaha..." Rixita tersenyum malu-malu.
"Hahaha.... tentu saja akulah yang terbaik," batin Rixita.
"Rixita," panggil Alexander.
"Ya, Yang Mulia," sahut Rixita Lembut.
"Aku bisa mendengarnya...." ujar Alexander tersenyum nakal.
"Hah!!" Rixita langsung membulatkan matanya dan tersipu malu. Dia lupa dirinya merupaka ciptaan dari Yang Mulianya itu.
"Saya..."
"Tidak apa, aku suka kalau kamu berekspresi hahaha.., dan masakanmu sangat lezat" puji Alexander.
"Terima ka...."
"Lain kali saya akan buatkan yang lebih enak ditambah dengan minuman herbal yang ontentik..." sela Diante.
"Kau ini!!" gerutu Rixita.
"Apa, wujudku perempuan aku tidak mau kalah denganmu!!" tunjuk Diante.
Dan kedua gadis tersebut saling bertengkar di depan Alexander.
"Mengapa, Anda menciptakan mereka diantara aku dengan laki-laki yang sinting bersamaku Yang Mulia.." keluh Antdresta.
"Hanya aku pria waras ditempat ini..." keluhnya lagi.
"Astaga...." guman Alexander.
"Mungkin itu sebabnya si Raja itu menciptakan stau perempuan saja..." bisik Zura.
"Diam kau," Alexander menatap Zura sinis.
Zura pun terdiam, dia tahu Tuannya sangat menikmati suasana ini. Suasana tenang yang sangat amat diinginkannya sejak lama.
"Akhirnya setelah 500 tahun Anda mendapatkannya Tuanku," batin Zura.
Disisi lain, Hagai bersama Shallman sedang mengamati aktivitas Yhunmant bersama-sama untuk memastikan mereka akan siap jika-suatu hari monsters itu membuat pergerakan.
Sedangkan Monner dan Aquasye mereka memutuskan untuk mengolah rumah makan bersama-sama. Sambil mendengar perbincangan para penyihir tentang kejadian diseluruh Azthariland.
Mereka berdua menyamar sebagai saudari dan gadis desa serdehana. Dengan wajah cantik mereka yang terlihat polos (Aquasye). Mereka dapat memikat para penyihir penting. Apalagi dengan masakan mereka yang sangat lezat.
Mereka mudah mendapatkan segala informasi dari para penyihir itu.
Dan beginilah hari yang tenang untuk Azharu mereka.
"Leh Mekha Nyumar Ne...."
Sekumpulan orang membacakan mantra aneh pada anak-anak dan mengubah mereka menjadi monsters.
Siapakah orang-orang itu?
Hanya di Azharu dan 4 Penjaga Suci....