Dua orang pria saling berhadap-hadapan diiringi angin laut dan suara ombak. Meratapi nasib mereka yang tidak akan bisa kembali.
"Bagaimana dirimu bisa bertahan selama 300 tahun?" tanya Alexander pernasaran.
"Ya.. pulau ini memiliki segalanya kau hanya butuh otak untuk hidup," jawab orang itu.
"Namaku Alexander, kau!" Alexander memperkenalkan diri.
"Aku pelayan setia Raja Khalil, Zura!" jawab orang itu bersalamn dengan Alexander.
"Benarkah apakah itu artinya, kau..."
"Ya, hm... asal kau tahu jiwa sadar Tuanku itu...."
"Masih ada dalam tubuhku benar," sela Alexander.
"Kau tahu banyak, luar biasanya. Dulu Tuanku mengalami banyak kesulitan dimana dia adalah seorang Azthari dan dia seorang Azharu. Hanya aku dan tunangannya yang tahu identitas aslinya. Ya, Ommathius dan Delora juga tahu sih...." tutur orang itu.
"Jadi, kau itu sangat dekat dengan ku ya. Di masa lalu tapi..." kekeh Alexander.
"Ya, aku tidak menyangka akan bertemu tuanku kembali setelah 500 tahun. Meskipun Anda tidak mengingar apa pun. Aku akan tetap melayanimu Tuan, jadi apa yang Anda inginkan?" ujar orang itu bertanya pada Alexander.
"Aku ingin bersantai, dan mengalami liburan yang menyenangkan! Kalau bisa ada gadis cantik," jawab Alexander girang.
"Sangat berbeda dari Anda biasanya, tapi..Terkabulkan!" orang itu memetikkan jarinya dan semua yang diinginkan Alexander gadis cantiknya.
Alexader terpelongo melihat semua keinginannya yang dikabulkan. Pria itu merenung sejenak dan berpikir.
"Kau ini ji... jin?" tanya Alexander.
"Ya, itu benar!" jawab orang itu.
"Bagaimana...."
"Saat yang mulia Raja berkelana disebuah negeri nan jauh. Disitulah dia menemukan menggosok lampuku. Lalu, memberikan tubuh padaku dan beginilah aku sekarang.." sela orang itu menjelaskan.
"Ya, Zura aku mengingatmu sekarang, kau masih sama seperti saat pertama kali aku menemukanmu. Saat itu kau berada di dalam lampu dan aku menggosok lampu itu lalu, kau keluar dari tanya apa keinginanku," lontar Alexander.
"Saat itu kau menjawab kebebasan, Anda menginginkan kebebasan. Seharusnya saa itu aku memberikannya, tapi aku tidak mengerti apa maksudnya itu. Dan hal itu membuat aku kehilanganmu..." ujar orang itu.
"Tidak, menurutku bagus kau tidak kabulkan. Jika, kau mengabulkan pulau itu pasti sudah hancur..." terang Alexander.
Dua orang itu pun saling berbincang satu sama lain. Karena setelah sekian lama, dirinya bertemu lagi dengan sosok favoritenya yaitu jin dari lampu.
"Hoi, jika kau seorang jin kau bisa mengeluarkan aku dari disini benar!" seru Alexander.
"Tidak, semua kekuatan kita berfungsi kecuali yang membawa kita keluar dari pulau ini..." sahut orang itu.
"Yang benar saja!!" keluh Alexander.
"Sekarang Anda benar-benar tuan Khalil yang ku kenal!" puji pelayan itu.
Dua orang itu saling bebicara satu sama lain hingga tertawa terbahak-bahak. Bahkan, mereka sampai lupa sedang dimana mereka berada.
Di sisi lain Hagai dan Shallman sibuk membaca semua kita yang ada di perpustakaan kerajaan Athurma untuk memulangkan Alexander.
"Omong kosong macam apa ini" pekik Hagai kesal, pasalnya dirinya sudah membaca seluruh isi kitab yang ada di perpustakaan dan dia tidak dapat menemukan apa pun.
"Bersabarlah Ommathius, mungkin buku yang lain akan..."
"Tidak ada buku lain, tidak ada... INI SEMUA HANYA OMONG KOSONG YANG SIALAN!!" Hagai membanting meja perpustakaan dan melempar semua kitab-kitab itu.
"Hagai... tenanglah," tutur Shallman lembut.
"Tenang kau bilang sudah seminggu, Shallman! Seminggu dan kita hanya membaca buku sialan ini. Dan bahkan kita tidak tahu bagaimana keadaan Monner dan Aquasye sekarang! Alexander dalam bahaya dan aku...."
"Bahaya apanya, apa yang bahaya. Dia ada di tempat yang dia inginkan. Kalau kita dapat membebaskannya aku yakin dia pasti akan berusaha untuk kembali kesana, lagi..." tutur Shallman.
"Dia tidak seperti itu!" tandas Hagai.
"Kau tidak, kau memang mengenal Azharu. Ya kau mengenalnya, tapi kau tidak mengenal Alexander. Aku mengenalnya dengan sangat baik!" tepis Shallman.
"Apa?"
"Dia tidak mau pulang!" tegas Shallman.
Di saat Hagai dan Shallman saling bertangkar Aquasye dan Para penjaga suci juga melakukan hal yang serupa.
"Kau kemanakan Azharu, perempuan murahan!" desak para penjaga suci.
"Ku bawa ketempat dimana dia akan baik-baik saja," jawab Aquasye.
"Berikan dia pada kami, kau tidak tahu apa yang telah kau lakukan. Yhunmant akan bangkit! Dan kau..."
"Yhunmant hanya akan membunuh kalian dan pulau sialan ini. Tidak, penduduk pulau! Kau licik Ethalind, kau dan kalian semua manusia-manusia sialan yang bajingan!" tepis Aquasye.
"Kau cari mati ya," Ethalind kesal.
"Matilah kalian semua hari ini, aku Aquasye dari Athurma! Akan membunuh kalian semua hari ini!" seru Aquasye.
Aqusye dan para penjaga suci slaing menyerang mereka melemparkan serang ndemi serangan namun, tidak ada satupun yang berhadil mengenai Aqusye.
"Kau tahu Azharu menjadikan aku tunangannya karena kekuatanku yang lebih mempuni dari kalian orang-orang tolol!" kekeh Aquasye.
"Diam kau jalang, aku akan membunuhmu!" pekik Ethalind.
Mereka terus saling menyerang satu sama lain namun, dengan kekuatan yang seimbang sulit bagi mereka untuk dapat mengalahkan satu sama lain.
"Wanita itu seimbang dengan kekuatan kita yang di gabungkan!" pekik Ruqztira.
"Jangan puji dia!" tegur Etalind.
"Terus lawan dia!!" perintah Willtyanu.
Mereka saling menyerang satu sama lain, dan bertarung habis-habisan, hanya menunggu salah satu dari antara mereka yang kehabisan tenaga mereka.
Sedangkan Monner di sisi lain mengawasi Yhunmant lewat teleskop, sambil membaca kitab-kitab yang tersedia.
"Oh tidak.., tidak! Dia akan bangkit..."
"Dia akan bangkit,aku harus memberitahu Tuanku..." Monner berlari sekencang yang menuju Alexander sampai dia melihat Gunung Shekka yang sudah terbelah dua.
Monner teleportasi menuju keberadaan alexander dengan merasakan kekuatannya dan langsung menuju ke sana.
Saat wanita moelek itu berpikir dia berada di tempat dimana tubuh Tuannya berada, tenyata wanita cantik itu berada tempat dimana seharusnya dia tidak berada.
Wanita cantik itu melihat ke arah sekelilingnya dan menyadari bahwa dia tidak berada di Athurma.
Monner terus berjalan, dan berjalan sampai wanita itu terkejut melihat Alexander bersama seorang pria bertubuh jangkung dengan tuxedo serba hitam yang lengkap. Dengan rambut putih dan kulit yang menembus sinar matahari.
Monner berjalan diam-diam mengahampiri tempat Tuannya. Dan benar apa yang dilihatnya sosok itu memanglah Tuannya dan Monner sangat terkejut.
"Tuanku, apa yang dirinya lakukan di tempat ini. Bukankah, Tuanku sedang tidak sadarkan diri. Halusinasi apakah yang aku lihat ini..." batin Monner.
Alexander yang sedang tertawa dan bersantai bersama Zura,temenung dirinya dapat merasakan sebuah aura yang berbeda pada pulai ini.
"Ada penghuni lain, selain kita berdua di pulau ini?" tanya Alexander.
"Banyak, tapi hanya kita berdua yang masih bernafas!" jawab Zura dengan wajah datarnya.
"Tidak, ada kehidupan lain..., Monner!" seru Alexander.
"Monner?"
"Dia Uthariku, wanitaku.." jawab Alexander.
Alexander langsung mencari Monner dan tidak perlu wakti lama bagi pria itu untuk menemukan wanitanya.
"Monner bagaimana kau kemari!??" sapa Alexander.
Monner terkejut saat melihat Tuannya itu langsung menghampirnya. Wanita itu memundurkan langkahnya mengambil nafas lalu menatap Tuannya.
"Apa yang terjadi padamu, Tuanku? Hamba ini melihat tubuh Tuanku tida sadarkan diri. Lalu, sekarang Hamba, melihat Tuanku bersenang ria di pantai?" tanya Monner, wanita moelek itu begitu memiliki banyak pertanyaan di pikiranya, dan dia sangat berharap Tuannya itu ingin menjawa semua pertanyaan yang diajukannya.
"Aku terjebak Monner, tubuh dan jiwaku terpisah! Mungkin kamu pisa menghampiriku karena kamu dan aku ... kekuatan kita terhubung..." terang Alexander.
"Lalu, apakah kita dapat pulang Tuanku?" tanya Monner cemas.
"Ti... dak!" jawab Alexander bingung.
"Tuanku, hamba tidak peduli dengan Yhunmant dan tugas Anda serta kewajiban yang Tuanku emban.., akan tetapi Anda akan mati jika terus berada di tempat ini lebih lama lagi.., dengan segala hormatku Tuanku, Anda harus pulang sekarang!" tutur Monner.