"Ayolah Alexander! Kau harus segera bisa mengendalikan energimu itu. Jangan lengah!" ucap Elthalind kesal.
"Bagaimana bisa kau mengalahkan Yhunmant jika kau seperti ini!" makinya lagi.
"Aku juga berusaha!!" balas Alexander yang terus menahan manaa agar terbentuk.
"A... a... arh... Dar!!" namun, lagi-lagi Alexander gagal membentuk manaanya dan tubuhnya terpental.
"Sekali lagi!" seru Alexander tidak menyerah.
"Ya, tentu saja kau harus mencobanya sekali lagi brengsek!" sahut Elthalind.
Alexander mengumpulkan manaanya lagi. Lagi dan lagi namun, ia terus gagal dan tubuhnya terus terpental.
Meskipun telah terpental berapa kali, telah jatuh berkali-kali, tapi hal itu tidak membuat pria berusia 35 tahun ini menyerah. Dia terus mencoba, dan mencoba hingga tangan penuh dengan luka dan matahari yang sudah mulai terbenam.
"Alexander, berhenti matahari sudah terbenam! Kau harus belajar dengan hagai kau ingat..." Elthalind memberitahu Alexander.
"Belajarnya undur saja, aku harus menguasainya hari ini!" tolak Alexander.
"Xander, kau harus berhenti sejenak! Tubuhmu sudah kelelahan..." perintah Elthalind.
"Tidak bisa, Yhunmant akan bangkit! Jika aku menyerah sekarang. Jika, aku menunda-nunda itu sama saja kita telah mempermudah kemenangannya. Aku harus menguasai semuanya dalam sehari!" tegas Alexander terus berusaha mengumpulkan manaanya.
Alexander terus mencoba dan mencoba namun, manaanya tidak kunjung tebentuk dengan sempurna justru makin tidak terkendali dan meledak hingga mementalkan tubuhnya.
"Dar!!" Tubuh Alexander terpental.
"Argh! Sial..." pekik Alexander.
"Kalian berempat, jangan hanya menatapku begitu. Beri aku saran!" pinta Alexander.
"Sudah dikatakan sejak awal, fokuskan pikiranmu. Pusatkan pikiranmu pada pembentukan manaamu, hanya itu jawabannya..." ujar Adirantu.
"Sudah kulakukan! Dan hasilnya tidak ada..." sahut Alexander kesal.
Alexander mulai berpikir, bagaimana caranya, dan apa yang harus dilakukannya. Mungkin ada banyak cara selain harus seperti itu.
"Hagai," batin Alexander.
"Baiklah aku berhenti, besok kita lanjutkan lagi.." ujar Alexander menepuk-nepuk asal tangannya dan membersihkan tubuhnya.
"Ayo kita pulang!" ujar pria itu dengan tatapan seriusnya berjalan mendahului mereka berempat.
"Dia menyerah, tapi tatapan seperti orang yang membara-bara aneh..." bisik Adirantu pada Ruqztira.
"Aku tidak mengerti, yang jelas dia terlihat meyakinkan.." jawab Ruqztira berbisik.
"Itu artinya dia mempunyai rencana!" sahut Willtyanu yang bisa membaca pikiran dua saudaranya itu.
"Hoi! bikin kaget saja," Adirantu terkejut.
"Tenang saja kita tidak akan mati karena penyakit jantung," sahut Willtyanu.
"Kebiasaanmu itu jelek," ucap Ruqztira.
"Aku tahu, tapi aku tidak peduli. Apa yang bisa kau lakukan untuk itu," ejek Willtyanu.
"Tidak ada," jawab Ruqztira singkat.
"Tepat sekali," seru Willtyanu.
Mereka berlima pun berteleportasi ke kamar hotel. Sesampainya mereka di hotel, mereka melihat 4 temannya dengan wajah yang dipenuhi tepung dan krim kue di sekitar wajah mereka.
"A... apa yang terjadi pada kalian?" tanya Alexander.
"Bermain kar.. tu," jawab Aquasye santai.
"Kau gila," ucap Alexander.
"Persetan, yang penting ya! tidak gambar sama aku menang berikan uang kalian padaku cepat-cepat..." seru Aquasye.
Dan tiga orang itu pub memberikan uang mereka bahkan, Monner membuat sebuah uang dengan kekuatannya.
"Yang benar saja, Monner kau ikut melakukannya juga..." seru Alexander tidak mengerti dengan apa yang dilakukan oleh 4 orang itu.
"Aqusye, kau pengaruh buruk!" seru Alexander.
"Ti... tidak," elak Aqusye yang merasa sangat puas melihat uang yang didapatkannya.
Sambil memutar-mutar kantung uangnya, Ratu Athurma itu menghampri Alexander, dengan senyumannya yang genit. Wanita itu seakan-akan akan memakan bibir Alexander.
"Kau mau apa?" tanya Alexander pasrah, dirinya sudah terlalu lelah dengan segala aktifitasnya hari ini.
"Kau terlihat lelah, ingin mengelilingi pulau dan makan-makan. Kau tahu semua makanan, di pulau ini sangat lezat dan penuh akan rempah. Kau pasti akan menyukainya," ajak wanita canti itu senang.
"Tidak, aku tidak lapar!" tolak Alexander.
"Persetan!!" wanita Athurma itu menarik paksa tubuh Alexander dan membawanya keluar dari hotel.
Sepanjang jalan semua orang melirik kearah mereka berdua. Pasalnya Ratu dari Athurma itu menarik Alexander seperti anak kecil yang sedang menarik mainan anjing, dengan seutas tali tambang.
Dan Alexander hanya bisa pasrah dengan semua tindakan wanita yang menarik tubuhnya itu. Dan sudah tidak mempedulikan semua tingkah laku dari mahkluk setengah ikan itu, selain wajah perempuan itu yang penuh dengan tepung dan krim.
"Hei wajahmu itu, tidak kau bersihkan?" tanya Alexander lelah.
Aquasye pun menghentikan langkahnya dan mengunakan lengan baju Alexander untik membersihkan wajahnya. Lalu, wanita itu kembali menarik tubuh Alexander lagi.
"Sudah bersih, mari kita jalan lagi!" seru wanita cantik itu tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Aquasye menarik Alexander hingga mereka berdua tiba di sebuah pasar malam di tengah kota. Aqusye melepaskan tubuh Alexander dan mengajak pria itu berkeliling pasar bersamanya.
"Selamat datang di pusat kota Azthari dimana, sebuah tempat yang penuh dengan makanan dan pesta kembang api yang seru dan meriah!!!" seru Aquasye.
Dan memang benar sesuai dengan yang di katakan oleh Aquasye. Pasar malam, pusat kota itu merupakan tempat yang sangat indah dan menakjubkan bahkan, dirinya dapat melihat para phoenix dengan berbagai warna.
"Bagaimana bisa buruh phoenix itu memiliki, berbagai warna bukankah seharusnya hanya memiliki satu warna?" tanya Alexander takjub.
"Ya itu karena di pulai ini memiliki tingkat kekuatan yang unik. Alias dirimu memiliki dimensi kekuatan tidak terbatas sehinga semua yang berada di pulau ini memiliki keunikan yang berbeda dari yang seharusnya..." terang Aquasye.
"Kau itu unik Alexander," puji Aquasye.
"Maksudnya?" tanya Alexander bingung.
"Kekuatanmu, semuanya merupakan hal yang luar biasa hebat kau, adalah hal terindah darimu. Kau adalah sumber dari kehidupan pulau ini. Alexander kekuatanmu luar biasa!" terang Aquasye.
"Ya, tapi percuma saja punya kekuatan besar jika pengendalian buruk..." ucap Alexander pasrah.
"Itu karena Ethalind guru yang buruk," balas Aquasye.
"Berhentilah mengejek dia, akulah..."
"Tidak, itu benar dia mengajakanmu untuk fokus pada pikiranmu bukan? Itu salah! Kau harus fokus pada perasaanmu. Semua yang terjadi di pulau ini sesuai dengan perasaan dan emosimu, dengan emosi yang terbagi-bagi dan untuk membentuk kekuatan itu padamu. Kau harus memfokuskan tujuanmu dengan hatimu..." ucap Aquasye.
"Ta...pi,"
"Tidak, kau itu Azharu bukan prajurit, pikiranmu adalah pusat kekuatan pulau ini. Jadi untuk mengendalikan kekuatanmu kau butuh fokus pada persaanmu...." sela Aquasye.
"Meskipun aku fokus pada perasaanku apakah aku, akan berhasil?" tanya Alexander
" Alexander, kau itu selalu gagal berkat semua informasi yang kau tahu secara mendadak. Hal itu membuatmu terkejut dan sangat gundah. Makanya kau gagal, kalau kau ingin bisa mengendalikan kekuatanmu! Kau harus fokus..." terang Aquasye.
"Menurutmu aku bisa?" tanya Alexander.
"Ya, kau bisa! Alexander asal kau tahu, dulu kekuatanmu sangat-sangat hebat, dan luar biasa! itu karena kau tidak mendengar perkataan perempuan licik itu..." jawab Aqusye.
"Berhentilah menganggu Elthalind," pinta Alexander.
"Kau tidak mengerti! Para Penjaga Suci itu tidak pernah melatih Azharu, tapi sebaliknya mereka menipumu. Azharu itu dilatih oleh bangsa Athurma. itu sudah sejarah kau bisa tanya pada Ommathius jika, tidak percaya... " terang Aquasye.
"Mereka menipuku, lagi..." Lirih Alexander.
"Sebenarnya itu bukan salah mereka, sepenuhnya itu perintah Raja sialan itu.." terang Aquasye.
"Terserah! mereka tetap menipuku," Alexander kesal.
"Tipu mereka lagi, kau belajar denganku. Dan aku dengan mereka kau memperlajari kekuatan mereka. Kau ini seorang kepala staff programer bukan! Kau punya keahlian dalam organisir dan mengatur hal rumit, gunakan itu untuk memperdaya 4 orang itu.." ucap Aquasye.
"Tapi itu nanti saja sekarang ayo kita mencicipi setiap makanan di pasar malam ini!" ajak Aquasye gembira.
"Baiklah!" sahut Alexander.
Mereka berdua pun mengelilingi pasar malam dan berburu kuliner lezat bersama. Dengan berbagai macam jenis makanan unik dan ontentik yang ada.
Di sisi lain Hagai dan dua wanita lainnya berada di kamar Alexander sedang merencanakan sesuatu.
"Baik saat, nanti Alexander lengah kita akan memulai serangan kita.." bisik Shallman.
"Apa kau yakin ini akan berhasil, kau yakin Alexander tidak akan dalam bahaya Shallman?" bisik Hagai.
"Percaya padaku, dia akan baik-baik saja.." jawab Shallman.
"Kalau begitu kami sepakat," sahut Hagai dan Monner.
"Sepakat!" mereka bertiga saling bersalaman.