Chereads / Azharu dan 4 Penjaga Suci / Chapter 19 - Ommathius II

Chapter 19 - Ommathius II

"Inilah berkat untuk hati yang murni," ucap suara itu.

Ommathius sangat terkejut melihat tubuhnya. Dan yang membuatnya tambah terkejut lagi adalah dirinya yang sudah tidak berada di bawa penjara istanah lagi.

"Dimana ini?" Ommathius bertanya-tanya.

"Ommathius!" seseorang memanggil namanya, Ommathius yang panik langsung melarikan diri.

Dan lagi hal mebgejutkan terjadi pada tubuhnya. Lari sangat kencang hingga membuat dirinya tidak sadar bahwa dia sedang berlari di atas air.

"Hah! Bagaimana..." Ommathius melihat kakinya tepat berada di atas air.

Karena Ommathius berhenti berlari tubuhnya pun tenggelam ke dasar laut. Untunglah berkat yang di berikan oleh Azharu membuat dirinya dapat bernafas di dalam air.

Meskipun dirinya dapat bernafas di dalam air namun, tetap saja Ommathius tetap terjebak karena dirinya tidak bisa berenang.

Sudah 50 tahun sejak dirinya pensiun menjadi seorang prajurit. Ommathius sudah tidak pernah berenang lagi. Apalagi dengan kondisi tubuhnya yang cacat selama 50 tahun.

Bagaimanakah caranya seorang yang telah berhenti berenang selama 50 tahun. Dapat berenang lagi.

"Seharus saat Dewa di banding memberiku kekuatan, Dewa bisa mengembalikan keahlian renangku.. " batin Ommathius.

Ommathius, hanya bisa terdiam dan membiarkan dirinya tenggelam di dasar laut. Mata takjum melihat semua keindahan laut yang ada. Dari utara hingga selatan.

Laut begitu indah dan berwarna, tapi seperti pepatah mengatakan semakin dalam kau mengenal sesorang keburukan pun akan terlihat.

Dan itulah yang terjadi Ommathius, melihat hal yang tak seharusnya di lihat mayat-mayat dari korban perang. Ada yang tertancam tombak, ada yang mati kehabisan nafas. Ada yang tercincang.

Semua mayat itu, terlihat oleh mata Ommathius. Mata membulat memancarkan rasa takut, dirinya sangat amat ketakutan.

Untunglah sebelum dirinya benar-benar terjebak dalam kegelapan laut. Ada sosok yang manarik tubuhnya kepermukaan.

"Hah... hah..."

"Ommathius!" ucap sosok itu, sosok itu merupakan seorang wanita cantik dengan ekor sirip pada kakinya, dengan rambut emas dan mata hijaunya yang bersinar.

"Kau kaum Athurma!" ucap Ommathius.

"Wah.., aku tersanjung dapat bertemu dengan yang mulia Ommathius. Tentara sihir terhebat sepanjang sejarah..." puji wanita itu.

"Hahaha.. sekarang aku hanya pria tua," ucap Ommathius.

"Ya, dengan wajah yang tampan. Kalau wajahmu tidak terpampang pada lukisan sejarah. Aku pasti mengira jika dirimu seorang bocah nyasar hahaha..." ujar wanita itu.

"Pemuda, mengapa?" tanya Ommathius bingung.

"Lihat wajahmu di air!" ucap wanita itu.

Ommathius melihat wajahnya di air dirinya sangat terkejut.

"Apa-apaan ini!" Ommathius terkejut, karena siapa yang tidak terkejut saat melihat wajah yang telah menua oleh waktu kembali muda.

"Kau tidak menyangka bukan, itu salah satu berkat Dewa padamu.." ucap wanita itu.

"Aku tidak tahu," ujar Ommathius.

Ommathius merenungkan dirinya, dia berpikir untuk tujuan apa berkat ini diberikan kepadanya.

"Aku tahu!" ucap Ommathius.

"Apakah itu yang kamu ketahui?" tanya wanita Athurma itu.

"Kekuatan ini di berikan untukku, agar aku menyelamatkan Azharu dan melindunginya..." jawab Ommathius tersenyum.

"Dasar, pahlawan!" kekeh wanita Athurma itu.

Flash back end..

Alexander berada di balkon memandangi aktivitas seluruh warga Azthariland, dengan penghelitan supernya.

"Maafkan aku Azharu," ucap Hagai menghampiri Alexander.

"Tuan Hagai!"

"Seharusnya aku mencegah semua ini namun, aku gagal," ujar Hagai.

"Tuan Hagai, panggilah aku dengan namaku seperti biasanya. Aku benci di panggil dengan sebutan itu.." pinta Alexander.

"Hem.. Tuan Hagai, Anda tidak gagal. Aku yang egois. seperti yang di katakan Nyonya Shallman. Kau menolongmu, aku menghianatimu dan aku penyebab... aku ini penyebab... kau,"

"Kehilangan putraku," sela Hagai tersenyum.

"Tidak, Xander begitukah kau ingin ku panggil. Xander, putraku mati di tanganmu adalah takdir. Memang harus begitu, demi menyelamatkan pulau ini..." ujar Hagai.

"A.. aku, aku sebenarnya tahu jika bukan begitu caranya tapi... aku..."

"Kamu ingin melindungi Renaya! Aku mengerti," ucap Hagai.

"Kamu bisa membunuhku jika ingin," ucap Alexander pasrah.

"Hahaha... jika aku mau, mengapa tidak dari dulu.." Hagai tertawa.

"Kamu tidak ingin?" tanya Alexander.

"Semua adalah takdir, jalannya hidup adalah takdir. Begitulah seharusnya, anakku memang harus mati seperti itu..." jawab Hagai.

Alexander memandangi Hagai, wajahnya terlihat sangat tulus tanpa dendam sedikit pun. Hal itu membuat Alexander iri sekaligus kagum pada sahabat seumur hidupnya itu.

"Ommathius, artinya kebijaksanaan cocok untukmu.." batin Alexander.

Kedua sahabat itu saling diam satu sama lain. mengingat semua hal yang telah mereka lalui selama lebih dari 15000 tahun.

"Hagai, selama aku mati. Apa yang kau lakukan?" tanya Alexander.

"Mempelajarimu, Azharu!" jawab Hagai.

"Selain itu?" tanya Alexander pernasaran.

"Aku berkelana, mencari harta karun dan membuat jurnal. Kau ingat saat aku katakan aku terjun kedalam Air terjun awet muda 200 tahun lalu itu sungguhan!" terang Hagai.

"Yang benar saja, bagaimana ceritanya?" tanya Alexander pernasaran.

"Panjang yang terpenting sekarang adalah bagaimana, cara kita mencegah Yhunmant bangkit.." ujar Hagai.

"Ah, Yhunmant sialan! sudah 10000 tahun," umpat Alexander.

"Ya, Dewa melalukan untuk membunuh 4 Penjaga dan sang Raja. Namun, kamu memilih melindungi mereka.." ledek Hagai.

"Aku, tidak menyesal.." jawab Alexander.

"Menolong mereka adalah kewajibanku," ujar Alexander.

"Raja gila itu telah mencuci otakmu! Kau menjadi gila. Dan ini aneh bagaimana dia melakukannya padamu sungguh luar biasa. Aku tak mengerti..." ucap Hagai.

"Ya, bagaimana ya.., saat aku menjadi manusia. Aku harusnya memberontak namun, melihat manusia itu mereka butuh perlindunganku dan aku tidak tega membiarkan mereka mati. terutama anak-anak kecil yang manis itu..." jawab Alexander.

"Ya, kau pelindung pulau sejak dulu. kau melakukannya hal yang selalu kau lakukan Tuan," ujar Hagai.

"Begitulah aku!" jawab Alexander

Dua sahabat saling berbincang hidup dalam kebersamaan.Menebus waktu yang hilang menyatukan meori yang hilang. Satu demi satu, kepingan demi kepingan di kembalikan.

Menikmati hidup, saling berbicara hingan melupakan waktu.

Rasanya waktu seperti berhenti berlalu dan itu benar. Dengan sang pengendali waktu bersamamu, kau dapat melakukan apa saja tanpa khawatir akan waktu yang berlalu.

Tanpa takut akan terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Dan untuk sebuah persahabatan yang indah, yang tidak akan bisa dimiliki oleh siapa pun.

Waktu demi waktu berlalu namun, sahabat ini tetap saling berbicara satu sama lain. Mereka tertawa dan menangis bersama sebagai sahabat.

Semua dan semua terjalin kembali tenunan, demi tenunan disatukan lagi. Semuanya mulai terjalin lagi.

Seperti mereka telah benar-benar bersahabat 15000 tahun lamanya.

Sungguh Indahnya persabahatan ini.

Sungguh tak terpisahkan persahabatan ini.

Azharu yang lembut dan lemah hati.

Ommathius yang penuh dengan kasih sayang, pengalaman dan kesetiaan.

Mereka berdua bersatu untuk saling melengkapi. Satu sama lainnya, seperti sebuah benang merah.

Persahabatan yang Indah..

Azharu dan Ommathius.