Akhirnya Shallman menceritakan kepada Alexander semuanya. Bahwa dirinya bukan hanya menghentikan waktu satu pulau saja namun, menghentikan waktu berputar di seluruh dunia.
Dan anehnya hanya, Shallman satu-satunya orang yang tidak terkena oleh sihir Alexander.
"Jadi aku yang melakukan hak itu?" tanya Alexander tidak yakin.
"Ya, kau yang lakukan itu..." jawab wanita tua itu kesal.
"Bagaimana caranya aku hanyaengatakan untuk berhenti..." ujar Alexander.
"Lalu, apa yang kau pikirkan saat itu?" tanya wanita tua itu.
"Tidak ada, aku tidak memikirkan apapun selain berhenti. Aku kelelahan Nyonya aku ingin beristirahat..." jawab Alexander.
"Apakah 15000 tahun tak cukup bagimu, untuk istirahat!" bentak wanita tua itu kesal.
"Aku, tidak pernah istirahat!" balas Alexander membentak.
"Selama 15000 tahun! Aku entah dengan tubuh ini, dan kekuatan ini aku tidak pernah istirahat..." terang Alexander.
"Kau tak tahu apa yang ku alami. Selama 15000 tahun!" ucapnya kesal.
"Lalu mengapa kau tetap melakukannya tolol!" balas wanits tua itu membentak Alexander.
"Ya... ya.. karena ada sesuatu yang harus aku cari," jawab Alexander.
"Apa!?" tanya wanita tua itu kesal.
"Renaya!" jawab Alexander.
"Ouh kau lagi-lagi membicarakan anak dara sialan itu lagi. Kau tahu karena hati luluh oleh manusia itu. Bagaimana nasib putramu dan istrimu. Si Ethalind itu jadi gila karena tidak bisa mengatakan...."
"Bahwa dia adalah ibunya, Nyonya shallman! Aku tidak pernah menghianati Ethalind sebagai manusia biasa maupun sebagai Azharu. Aku tidak pernah menikah lagi...." sela Alexander.
Shallman tidak percaya dengan apa yang telah di dengarnya. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Pria itu bersama wanita lain dan memiliki seorang anak.
"Jangan berdusta kau Azharu!" pekik wanita tua itu kesal.
"Wanita-wanita itu, tidur dengan pria lain. Lalu mengajarkan anak mereka sihir sehingga mereka bisa mengatakan bahwa anak itu anak sang Azharu! Aku tidak pernah menghianati Ethalind. Tidak pernah... Aku mungkin jatuh cinta namun, aku sadar bahwa aku adalah suami Ethalind..." ungkap Alexander
"Monner itu hanya seorang Uthari! Dia hanyalah kenikmatan dari hasratku yang tak terbayar... namun, hidupku sudah milik Ethalind. Dan aku tidak bisa mengubahnya..." lanjut Alexander.
"Mengapa kau mati saat mereka lahir, mengapa kau tidak mengungkap kebohongan mereka. kau bisa melakukan itu!" bentak wanita tua itu kesal.
Alexander hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan wanita tua itu. Dirinya diam seribu bahasa seakan-akan tidak ingin menjelaskan mengapa tidak ia lakukan hal itu.
Padahal dirinya bisa melakukan itu, karena dia adalah Azharu.
Melihat reaksi Alexander yang diam wanita tua itu hanya bisa pasrah dan tak bertanga lagi. Lalu, dirinya melangkah menghampiri Alexander dan memberikan sebuah kitab kecil berwarna emas dengan ukiran putih di sekitarnya. Shallman mengatakan bahwa ini akan membantunya mengatasi masalah perhentian waktu ini.
Alexander pun mulai membaca kitab itu dan di menemukan sebuah mantra yang menarik perhatiannya.
"Apheleo Sanyonsense!? Mantra apa ini..." tanya Alexander.
"Mana ku tahu itu kitabmu bodoh!" sahut wanita tua itu.
Hagai memperhatikan kitab yang berasa di tangan sahabatnya itu. Dirinya merasa sangat tidak asing dengan kitab tersebut.
"Alexander, bisa berikan itu padaku!" pinta Hagai.
Alexander yang tidak mengerti dengan isi kitab tersebut. Memberikannya kepada Hagai, dengan harapan Hagai akan memberitahunya tentang isi dari kitab itu.
Hagai membaca isi kita itu, dia memperhatikan setiap ukiran aksara yang tertulis di dalamnya dan meraba aksara itu dengan lembut.
Hagai pun tahu tulisan siapa yang menulis kitab ini. Saat dia melihat sebuah catatan kecil pada kitab kecil itu.
"Ini kitab Asya di tulis oleh para duyung, lebih tepatnya leluhur keluarga Aqusye..." ujar Hagai.
"Aquasye, wanita gila itu masih hidup?" sahut wanita tua itu.
"Kau mengenalnya?" tanya Alexander bingung.
"500 tahun lalu aku tinggal di sini, sebelum akhirnya aku pindah ke negara demi negara untuk mencari hidup baru. Ya begitulah, nasib seorang pelayan tanpa tuannya..." sindir wanita tua itu pada Alexander.
"Maaf ya... membuatmu menungguku!" lirih Alexander.
"Tidak, sampai kau mati baru aku memaafkan mu Azharu sialan!" tolak wanita tua itu kesal.
"Ya.. ya.. jadi mantra apa yang bisa ku pakai untuk memperbaiki waktu yang membeku ini?" tanya Alexander.
"Sebenarnya kau tidak butuh mantra, kau Azharu kau adalah mantra dari sihir itu sendiri.. kau hanya perlu berpikir. Bagaimana caranya kau membuaku tidak terkena aliran waktu yang membeku ini!!" teriak wanita tua itu kesal.
"Kau bereinkarnasi 30 kali hanya untuk menjadi orang yang semakin tolol tiap waktunya!" pekik wanita tua itu.
"Mengapa kau galak sekali! Aku ini tuanmu, wanita tua si... si.. si.."
"Sialan!" celetuk Hagai yang sudah tidak tahan dengan perkataan temanya yang terhambat itu.
"Hoi, dia itu lebih tua darimu Tuan," ucap Alexander.
"Persetan, orang lebih tua itu selalu bersikap sialan percayalah padaku..." sahut Hagai.
"Tetap saja itu tidak sopan," balas Alexander tidak terima dengan alasan Alexander.
"Jadi kau itu masih punya tata krama..." sindir wanita tua itu.
"Ya, aku masih!" jawab Alexander kesal dengan sindiran wanita tua itu.
"Ku kira sudah hilang tata kramamu!" ejek wanita tua itu.
"Kejam kau nyonya," sahut Alexander kesal.
"Ya, sudah mana putri duyung sinting itu!?" sela wanita tua itu kesal.
"Membeku bersama waktu," jawab alexander.
"Dasar tolol!" umpat wanita itu.
"Ya... sebelum waktunya memberku aku meminta mereka berhenti bertengkar..." ujar Alexander.
Di saat mereka berdua bertengkar Hagai terus membaca Kitab Asya halaman demi halaman.
"Hoi kalian berdua, berhentilah bertengkar! Alexander baca ini..." pinta Hagai.
"Duduk disini," Hagai mengarahkan posisi Alexander. Sedangkan Hagai mengambil sebuah kayu dan membuat sebuah simbol di tanah.
Alexander, memperhatikan setiap langkah Hagai dan menanyakan apa yang sedang di lakukan.
"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Alaexander bingung dengan apa yang di lakukan oleh temannya itu.
"Ini simbol mantra! Sehingga kau hanya perlu membaca mantranya saja untuk mengembalikan waktu yang membeku ini...." jawab Hagai yang masih membentuk simbol.
"Wow! keren sekali..." takjub Alexander.
"Simbol apa ini Hagai?" tanya Alexander.
"Ini bahasa Athurma, artinya persatuan di mana bangsa darat bersatu dengan bangsa laut. Jadi kita bisa mengucapkan mantra dari bahasa Aztha. Dan merefleksikannya ke bahasa Athurma dengan otomatis..." terang Hagai.
"Seperti aplikasi penerjemah pada ponsel?" tanya Alexander.
"Ya, seperti itu..." jawab Hagai.
"Sekarang ikuti kata-kataku dan angkat kedua tanganmu!" pinta Hagai.
"Baik," jawab Alexander.
"Shallma! kau menjauh sedikit biasan bisa mementalkanmu.." perintah Hagai.
"Hoi tanganku pegal nih..." keluh Alexander.
"Ya baiklah, ikuti kata-kataku! Lenyiar.."
"Lenyiar..."
"Asyre!"
"Asyre!"
"Zhureth..."
"Zhureth..."
"Dengan ini aku kembalikan,"
"Dengan ini aku kembalikan,"
"Apa yang ku perbuat, pada keadaan yang semula..."
"Apa yang ku perbuat pada keadaan yang semula..."
"Amresen dtela amontinch!"
"Amresen dtela amontinch!"
"Humile Uazhru!"
""Humile Uazhru!"
Sebuah cahaya besar keluar dari tubuh Alexander yang membiar keseluruh bumi. Dan membuat waktu kembali berjalan.
Shallma menatap Alexander dengan takjub, dengan matanya sendiri setelah 15000 tahun. Dirinya kembali melihat kekuatan sejati seorang Azharu.
"Sekarang kau sudah pulang Tuan," batin wanita tua itu.
Setiap detik dari waktu yang berjalan terdengar dentumannya di telinga Alexander. Semua kejadian di seluruh dunia terlihat jelas di matanya.
"Ini semua perbuatanku..." Alexander bertanya-tanya.
"Iya wahai Azharu yang bodoh!" ketus Shallma.
"Hoi! cukup, lihat mereka semua..." sela Hagai menunjuk kearah 4 orang yang terus mengawasai kolam.