Chereads / Azharu dan 4 Penjaga Suci / Chapter 11 - Menjagaku!

Chapter 11 - Menjagaku!

"Gengamlah tanganku Tuan, Anda tidak akan takut. Itulah yang terjadi seharian ini..." ucap Monner.

"Apa?" tanya Alexander terkejut.

"Apa maksudnya, kamu berkata seperti itu?" tanya Alexander lagi.

"Apakah Anda tidak menyadari setiap kali kita bersentuhan. Secara mendadak Anda bisa menggunakan kekuatan Anda dan Anda menjadi sangat kuat!" ucap Monner.

Alexander pun mulai mengingat kejadian yang dia alami satu persatu sejak bertemu Monner dan setiap kali mereka bersentuhan. Alexander merasakan hal yang berbeda pada dirinya.

"Jadi... itu karena kamu Monner?" tanya Alexander.

"Ya namun, meskipun demikian Anda sendiri memanglah sudah memiliki kekuatan yang besar. Saya hanya ingin menunjukkannya, Tuanku Anda tidak rendah, tidak lemah, dan bukanlah seorang pengecut...." ucap wanita itu menatap mata Alexander.

"Anda seorang luar biasa dengan anugerah yang sungguh menakjubkan. Anda adalah sang Agung, karena Anda rendah hati. Anda itu kuat, karena Anda bisa melalui semua hal yang berat disaat anda lemah. Anda pemberani, karena disaat Anda sangat takut, Anda tetap menghadapi. Apa yang ada di hadapan Tuanku. itulah yang membuat Anda menjadi sosok yang luar biasa...." lanjut Monner.

"Tapi, aku ini..."

"Janganlah takut Tuanku, jangan. Anda karena di atara kami anda adalah pemberani. Pemberani adalah orang yang bisa bertahan disaat dirinya takut. Yang menahan rasa takutnya untuk kepentingan yang lebih lagi. Dan Saya ada di sini, jadi janganlag takut Tuanku Alexander. Aku di sini!" sela Monner meyakinkan Alexander dan menggenggam tangannya.

"Terima kasih! Monner," ucap Alexander.

Alexander pun menghampir para penjaga suci itu. Dengan percaya diri dia menatap 4 orang itu dan mengatakan bahwa dirinya siap untuk dilatih.

"Baiklah! Latih aku," seru Alexander.

"Mungkin ini akan sulit," ucap Ruqztira.

"Akan aku hadapi, dan... ini bebaskan dia!" ucap Alexander menyerah Ethalind pada Ruqztira.

"Tuan..." ucap Ruqztira terharu.

"Aku harus memaafkannya bukan!" seru Alexander.

Ruqztira pun membuat tubuh Ethaling kembali seperti ukuran asalnya dan Alexander menarik mantranya dengan satu petikan

"Hah.. hah.." Ethalind pun bebas.

Mata terus menatap Alexander dengan tajam.

"Kau! kau.., lebih kuat dari Tuan Azharu," ucap Ethalind kesal.

Semua para penjaga suci yang lain pun terkejut mendengar apa yang telah di katakan Ethalind.

Masalahnya adalah gadis penjaga ini bahkan, tidak pernah mengakui kekuatan Azharu. Namun, hari ini dia mengatakan bahwa seorang manusia lebih kuat dari Azharu.

Mendengar pernyataan Ethalind, Alexander tersenyum lebar dan menatap Ethalind lembut.

"Hm.. Ethalind, aku membekukanmu untuk mendengar kata-kata itu. Aku membekukanmu agar kamu sadar bahwa yang lemah pun akan mengalahkan yang kuat. Ketika dia menggunakan pikiran...." Alexander menasehati Ethalind.

Mata gadis penjaga itu membulat karena dia tahu. Dirinya pernahendengar pernyataan itu sebelumnya.

"Aku melawanmu agar kamu sadar Ethalind, seorang yang lemah pun akan mengalahkan yang kuat. Ketika dia menggunakan pikirannya...."

"Kamu tahu dulu seseorang pernah mengatakan kata yang sama denganmu.." ucap Ethalind.

"Aku tahu, Ethalind.." Alexander mendekati tubuh wanita penjaga itu dan membisikkan kata-kata dengan Bahasa Aztha.

"Humile anmotua Uazhru..." bisik Alexander, lalu Alexander memundurkan tubuhnya dan pergi meninggalkan Ethalind.

"Kau...." Ethalind terkejut.

Ethalind berdiam diri memandangi Alexander. Wajahnya memucat seluruh tubuhnya terasa kaku.

"Hamethakha Unnjalunne Yunn.." Batin Ethalind.

Alexander mengingat tentang apa yang Hagai katakan tentang Yhunmant. Dan menanyakan pada pria hipster itu. Apakah kebangkitan seorang Yhunmant bisa di cegah.

"Tuan Hagai, apakah kebangkitan Yhunmant dapat di cegah?" tanya Alexander.

"Aku tidak tahu, Xander.. tidak ada yang pernah melakukannya. Azharu terakhir pernah mencobanya dan dia mati..." jawab Hagai.

"Apakah berhasil?" tanya Alexander.

"Ya, tentu saja berhasil tapi dia mati..." jawab Hagai.

"Apakah ada cara untuk tidak mati?" tanya Alexander.

"Ada!" jawab Monner.

"Cantik dan cerdas, apakah caranya wahai manisku yang indah?" tanya Alexander pernasaran.

"Batu thitakllu! Dia adalah batu hidup yang hanya bereaksi pada kekuatan sihir murni. Tuanku sihirmu bahkan, lebih murni dari seorang Azharu. Saya yakin Tuanku akan bisa menghidupkan batu itu dan mencegah Yhunmant bangkit," jawab Monner.

"Wah! dimana lokasi batu itu?" tanya Alexander.

"Say tidak tahu Tuanku, maafkan saya.." jawab Monner lirih.

"Tak apa..." jawab Alexander.

"Siapa yang bisa marah pada perempuan seindah dan moelek dirimu wahai buah persikku...." batik Alexander terus memandangi Monner.

"Jadi.., Tuan Hagai?" Alexander melirik Hagai mengharapkan jawaban dari temannya itu.

"Gunung Azhur, tapi kau harus mengucapkan selamat tinggal Uthirmu. Dia akan terhisap oleh Gunung sialan itu. Dan bukan hanya dia kalian berlima akan jadi ya manusia biasa tanpa kekuatan..." terang Hagai.

"Apa! tidak... aku lebih baik melawan Monster sialan itu langsung. Pengobanan macam apa itu..." tolak Alexander.

"Tapi tuan itu cara yang baik... ya walaupun pengorbanannya agak tragis," ujar Ruqztira.

"Tidak, latih aku sekeras apapun! Asal jangan dengan batu aku. Aku akan mengalahkan Yhunmant aku janji!" pinta Alexander.

"Tuanku, aku tidak..."

"Tidak boleh!" ucap Alexander kesal.

"Tapi, saya sungguh tidak apa..." ucap Monner lembut.

"Monner, aku sudah mengenalmu dan aku akan mempertahankanmu..." ucap Alexander tegas.

"Latih, aku! mari kita mulai pelatihannya..." pinta Alexander.

"Dasar budak cinta, baiklah bersiaplah untuk menyerah," tantang Willtyanu.

"Alexander Triffor tidak pernah menyerah!" sahut Alexander.

"Cukup! kita akan mulai latihannya besok," ucap Hagai.

"Ya, baiklah mari kita pulang.." sahut Alexander.

Alexander dan Hagai mulai berjalan meninggalkan namun, langkah mereka terhanti saat melihat 5 orang itu mengikuti mereka.

"Hm... hah kalian ingin tinggal dengan kami bukan," Alexander melingkarkan matanya dengan pasrah.

Para penjang suci dan Monner menunduk malu.

"Maaf Tuan, tapi kami tidak..."

"Ya.. ya.. Hotel kita luas masuklah kalian semua kebetulan Hotelnya ada satu lamar lagi jadi Ethalind dan Monner bisa tidur bersama-sama. dan kalian yang pria tidur di ruang tamu..." sela Alexander menerima mereka semua.

"Baiklah, kalian semua gengam tanganku!" pinta Willtyanu.

"Kenapa!?" tanya Hagai pernasaran.

"Aku akan mengantarkan kalian semua ke hotel itu!" jawab Willtyanu.

Hagai mulai cemas, dirinya takut jika Alexander akan tahu identitas aslinya. Namun, tidak ada hal yang bisa dia lakukan karena dirinya yakin Alexander sudah lelah dan ingin segera pulang ke Hotel.

"Tidak, cukup bermain Bibbidi- Bobbidi- Boo nya aku ingin pulang! Sialan tanpa sihir dan lain-lainnya kita akan naik perahu dan berjalan menuju hotel! Paham," Tolak Alexander tegas.

"Maaf Tuan Hagai, tapi... aku tidak tahan lagi. Ya.. meskipun kau takut lautan. Maksudku ya kau bisa tidur di kanau kau tahu..."

"Tak apa, aku bisa tidur di kanau..." sela Hagai.

Dan mereka bertujuh pun kembali ke hotel dengan cara yang sama. Mereka menaikki kanau lalu kembali ke gua mistis. Lalu mereka berjalan menuju pantai Oechin.

Saat berada di pantai 5 orang itu menghentikan langkahnya dan melihat kearah pantai. Mata mereka berlima terlihat takjub dengan keindahan pantai tersebut dan terus menatap ke arahnya.

"Ya, kita bisa istirahat di sini sebentar jika kalian mau..."

"Terima.."

"Tapi, bukan hari ini! Alihkan pandangan kalian kita harus segera menemukan taksi..." sela Alexander kesal.

Mereka berilima pun mengikuti kata-kata Alexander dan segera mencari taksi. Sepanjang perjalanan tidak ada satu pun taksi yang berhenti di sekitar mereka.

"Yang benar saja! Apa tujuh orang itu terlalu banyak untuk sebuah taksi," maki Alexander.

"Ya," jawab Hagai datar.

"Bernarkah!?"

"Ah! Tuan hagai tolong pesan taksi online," pinta Alexander pada temannya itu.

"Ini Azthariland!" ucap Hagai kesal.

"Lalu!" balas Alexander.

"Tidak ada taksi di sini, Xander.." ucap Hagai.

"Bitch!" Alexander mengumpat kesal.

"Ya, aku bisa..."

"Tidak, kita jalan saja!" sela Alexander.

Mereka bertujuh pun berjalan hingga sampai ke Hotel dan seperti yang di katakan oleh Hagai sebelumnya. Ada sebuah pertunjukkan sihir di depan Hotel tersebut.

"Alexander kau baik-baik saja?" tanya Hagai cemas.

"Persetan! Aku sudah melihat yang lebih gila dari ini cepat masuk," jawab Alexander kesal.

Akhirnya mereka berenam pun berjalan mengikuti Alexander. Sepajang perjalanan Alexander terus menggandeng tangan Monner.

"Terima kasih Monner.." bisik Alexander ke telinga wanita cantik itu.

"Kembali kasih, Tuanku..." jawab Monner lembut.

Dan akhirnya mereka betujuh pun tidak di Hotel. Alexander memberikan mereka bantal dan guling untuk di kenakan pada 3 pria itu. Sedangkan Ethalind dan Monner sedang mandi di kamar mereka.

"Boleh aku bertanya?" tanya Ruqztira.

"Apa?" tanya Alexander balik.

"Jika kamar ini memiliki dua kamar lagi di dalamnya mengapa kalian tidur sekamar?" tanya Ruqztira.

"Aku sakit jadi Tuan Hagai menemaniku..." jawab Alexander.

"Ah begitu, apakah sekarang Anda sudah sembuh?" tanya Adirantu cemas.

"Sudah lebih baik," jawab Alexander.

"Tidurlah!" ucap Alexander singkat lalu meninggalkan tiga orang itu.

Alexander merebahkan tubuhnya di ranjangnya. Dan melihat bahwa ranjang yang tadinya mereka pindahkan sudah di kembalikan ke tempat semula.

"Ini akan sangat aneh.." batin Alexander.

"Hoi sedang apa?" sapa Hagai yang baru saja selesai mandi.

"Hm.. Tuan Hagai kau bisa tidur di atas dan aku akan tidur di bawah," ucap Alexander pada Hagai.

"Tidak perlu, aku membawa kasur instan di tas ku. Lihatlah aku hanya perlu menariknya dan hap! sebuah tempat tidur sudah jadi. Kamu tidak perlu berkorban Alexander," tolak Hagai menunjukkan kasur Instannya.

Hagai pun mengambil bantal dan selimut cadangan di lemari kamar meraka. Dan dua itu pun berbarin di ranjang mereka masing-masing.

"Badan mu, tidak sakit dengan ranjang angin itu Tuan," tanya Alexander khawatir.

"Fisikku itu lebih muda darimu, jangan banyak bertanya. Tidurlah!" jawab Hagai santai.

"Selamat malam, Tuan Hagai.." ucap Alexander.

"Selamat malam, Xander..." jawab pria Hipster itu tersenyum.

Akhirnya seluruh penghuni kamar pun telah tidur dengan pulas. Mereka semua tidur seperti orang yang telah bergandang 6 hari penuh.

Dan memang seperti itulah kenyataannya untuk Alexander, Hagai dan Monner. tiga serangkai itu telah menghabiskan waktu 3 hari dan 3 malam untuk mencapai pulau Anyoloe dan dengan waktu yang sama pula mereka kembali pulang.

Maka sangatlah wajar jika 3 orang ini tertidur sangat lelap. Apalagi dengan dimensi-waktu antara pulau Anyoloe dengan Azthariland maka meskipun otak mereka merasa waktu yang mereka tempuh hanya sekitar 6 jam.

Namun, tubuh mereka bisa merasakan bahwa waktu yang telah di tempuh oleh 3 orang itu adalah 5 hari.

Bagaimana kelanjutnya...

Akan seperti apakah latihan Alexander.

Apakah dirinya akan berhasil mengendalikan kekuatan sihirnya.

Atau justru gagal karena ketukautannya.

Hanya di Azharu dan 4 Penjaga Suci....