Chereads / Azharu dan 4 Penjaga Suci / Chapter 10 - Tenanglah!

Chapter 10 - Tenanglah!

"Hahaha..." Alexander tertawa dengan sangat puas melihat Ethalind yang mulai kehabisan tenaga.

"Lepaskan aku!" jerit Ethalind meringis kesakitan.

Para penjaga terlejut dengan apa yang dilakukan Alexander terhadap Ethalind. Meraka sangat bingung bagaimana Alexander tiba-tiba menjadi sangat kejam dan sadis.

Bahkan cara marah Alexander lebih kejam daripada para Azharu sebelumnya. Dan mereka bisa merasakan kekuatan pada tubuh Alexander juga lebih kuat dari para Azharu.

"Akan kubuh kau akan kukoyak-koyak tubuhmu hingga kau menjerit-jerit ketakutan lalu setelah itu akan aku cekik leher mu hingga suaramu lenyap ku tusuk-tusuk badanmu ku gilas dan ku injak-injak bahkan saat kau mati akan aku cincang-cincang tubuhmu lalu kulumatkan dan aku jadikan makan anjing.... dasar kau perempuan bangsat sialan, anjing penganggu dan binatang liat mati kau di tanganku akan kubuat kau menyesal karena sudah menggangguku...." Alexande memaki perempuan yang di ikatnya itu dengan puas.

"Tuan Alexander, saya rasa hukuman yang..."

"Ini bukan hukuman! ini pembunuhan, akan kubuh dia hingga tidak ada lagi reinkarnasi baginya. Akan ku buat namanya tak terdengar lagi. Akan kubuat suara tidak terdengar lagi. Akan ku buat wujudnya tidak terlihat lagi. Dasar anjing sialan aku benar-benar murka. Kesabaranku sudah habis, darahku sudah mendidih. Dia membuatku naik pitam setelah menahannya berhari-hari...." maki Alexander pada Ruqztira.

"Tidak ada, seseorang yang bisa bebas begitu dia menyentuh wanitaku dan menganggu kehidupanku. Ada masalah apa dengannya aku tidak menganggunya lalu kenapa dia begitu biarlah dia menanggung sendiri apa yang telah diperbuatnya padaku dan wanitaku..." ucap Alexander.

"Hanya akulah masalah dalam hidupku dan tidak akan banjinyan sialan yang ku izinkan untuk menambahnya...." lanjut pria itu murka.

Ruqztira terkejut dengan apa yang di katakan Alexander. Dan dia pun mulai membuat ramuan untuk membebaskan Ethalind.

Dalam waktu singkat Ruqztira menyelesaikan ramuannya dia pun melempar ramuan itu pada tali yang mengikat temannya itu.

"Uzruelli Ammchesta!" Ruqztira melafalkan sebuah mantra dam melempar ramuan itu.

Namun, tenyata ramuan itu tidak bekerja, Ruqztira dan para penjaga suci lainnya pun sangat bingung. Karena ramuan Ruqztira tidak pernah, tidak bekerjan sebelumnya.

"Hah! hanya itu kemampuanmu," kekeh Alexander.

"Ejanlu Sonhya Effrost!" Alexander menyerang Ruqztira.

"Semua yang membantu perempuan ini akan mati di tanganku," ucap Alexander.

"Apakah aku juga?" tanya suara tidak asing.

Alexander mengarahkan pandangannya ke sumber suara itu. Dan ternyata itu adalah Monner. Wanita itu berjalan menghampiri Alexander dan menatap mata pria itu terus menerus.

"Tuanku," panggil wanita cantik itu lembut.

"Monner..." sahut Alexander lembut.

"Apa Anda mencintai saya Tuanku?" tanya Monner.

"Iya," jawab Alexander.

"Redahkan amaramu, sabarkan hatimu, dan Tenanglah! Tenanglah Tuanku...." pinta Monner memeluk Alexander.

Amarah dalam diri Alexander pun mulai redah hatinya tidak merasa panas lagi. Tangannya perlahan memeluk wanita yang ada di hadapannya itu. Kemarahan Alexander pun lenyap

Tali yang mengikat Ethalind pun pudar dan lenyap. Ethalind yang merasa Alexander sedang lengah segara membalas serangan pria itu.

Dan dengan sekejab Alexander membekukan Ethalid dengan satu petikan tangan.

"Ya, setidaknya dia tamat sekarang..." ucap Alexander santai.

Alexander tersenyum kembali, dan menatap Monner dengan lembut. Lalu pria itu menghampirinya dan menatap wajah wanita itu.

"Monner.., kamu baik-baik saja?" tanya Alexander khawatir.

"Ya," jawab Monner.

"Alexander!" panggil Hagai yang memanggil dengan tergesa-gesa.

"Ada apa?" tanya Alexander terlihat cemas.

"Yhunmant akan segera bangkit dan di..., apa yang terjadi pada perempuan gila itu," tanya Hagai menunjuk Ethalind yang telah membeku.

"Aku yang melakukan," jawab Alexander.

"Ya, sebenarnya kita tidak butuh dia. Kau tahu dia leboh merepotkan dari musuh," ungkap Hagai.

"Kalau begitu kenapa tidak lenyapkan saja dia! Apa di sini ada sesuatu yang bisa melenyapkan benda seperti dia?" tanya Alexander.

"Ya, tidak! Tapi, walaupun dia sangat beban dia berguna disaat-saat tertentu..." ucap Hagai.

"Kalau begitu, Hoi Ruqztira kau bisa merubah wanita ini menjadi kecil?" tanya Alexander.

"Untuk apa?" tanya Ruqztira.

"Karena kita akan membawanya dalam perjalanan, agar tidak merepotkan sebaiknya dia di kecilkan dan masukan dalam tas/ atau kantong plastik..." jawab Alexander.

"Maaf Tuanku, akan lebih baik kau kembalikan dia. Saya mengerti Ethalind keras kepala dan sulit dikendali..."

"Aku tidak peduli, kecilnya atau dia lenyap!" Ancam Alexander menolak bujukan Ruqztira.

Ruqztira pun terdiam dia menatap mata Alexander yang tajam dengan penuh ketakutan. Akhirnya Ruqztira pun mengecilkan tubuh Ethalind yang membeku dan memberikannnya pada Alexander.

"Maafkan aku, Ethalind.." ucap pria melankolis itu lembut lalu menyerakan Ethalind pada Alexander.

"Dia pacarmu! Hm.. persetan," ucap Alexander membalut tubuh Ethalin dengan kain yang di mantrai lalu mengurung memasukkannya ke dalam tasnya.

Hagai pun memperhatikan Alexanter dengan takjub. Apakah pria itu baru saja menghilangkan rasa takutnya akan sihir.

"Yhunmant akan bangkit aku harap kalian bisa mencegahnya!" ucap Alexander.

"Ya... sekedar informasi Alexander, kami ini hanya membantu untuk melatihmu mengalahkan Yhunmant," ucap Willtyanu.

"Apa jadi! sia-sia aku membebaskan kalian sia-sia apa gunanya kalian jika harus mengandalkan aku," Alexander kesal.

"Untuk kami latih," jawab Adirantu.

"Hagai, ini sungguh buang-buang waktu!" keluh Alexander.

"Alexander, kau bukan Azharu. Kau harus menuruti mereka da..."

"Aku menahan phobiaku rasa takutku, hanya untuk mereka sekarang mereka akan menyusahkanku.. sial!" kesal Alexander.

"Ya suka, tak suka..." sahut Adirantu.

"Bajingan!" pekik Alexander.

Alexander meratapi nasibnya, dia merenungkan hidupnya yang hanya harus melakukan sesuatu seumur hidupnya. Selalu melakukan sesuatu untuk orang lain seumur hidupnya.

Alexander merasa sangat tidak berarti dalam kehidupannya. Dia benar-benar lelah, yang diinginkannya hanyalah bisa belibur kesebuah tempat yang indah untuk istirahat.

Alexander terus berpikir, andai dia mengabaikan gambar pada buku Hagai. Andai dia tidak menawarkan Hagai menginap di tempatnya. Anda dia menolak untuk berlibur ke pulau ini saat di tawari temannya.

Alexander pasti akan memiliki kehidupan yang lebih tenang. Lebih baik dirinya bekerja, kepada bos yang semena-mena tapi dibayar dari pada harus bersusah-susah menyelamatkan pulau yang bahkan bukan tempat tinggalnya.

"Tuanku," sapa Monner.

Alexander menatap Monner dengan tatapan keputusasaan. Monner adalah satu-satunya alasan yang membuat Alexander bersyukur dengan keberadaannya di pulau ini.

"Monner, kau adalah satu-satunya hal yang membuatku merasa beruntung ada di pulau ini....." ujar Alexander menatap lembut perempuan itu.

"Tuanku, Anda takut?" tanya Monner.

"Aku ketakutan," jawab Alexander.

"Jangan takut Tuanku, Anda memiliki saya.." hibur Monner.

"Memangnya apa yang bisa kamu lakukan, Monner?" tatap Alexander pada Monner.

Alexander menatapi Monner dengan tatapan putus Asa. Dirinya sangat pupus harapan dan lelah dengan semua yang telah terjadi padanya.

Alexander hanya ingin istirahat, tubuhnya sudah lelah untuk bekerja. Dia ingin sangat ingin berlari dari tempat ini sekarang juga.

"Gengamlah tanganku Tuan, Anda tidak akan takut. Itulah yang terjadi seharian ini..." ucap Monner.

"Apa?" tanya Alexander terkejut.