"Orang lemah ini!?" ucap 4 Penjaga itu tidak yakin.
"Orang yang kalian cakap lemah ini telah memecah kekuatan dan memberikannya kepada kalian yang tak berdaya di dalam sebuah tiang batu!" ketus Hagai tidak terima.
Mendengar pernyataan itu Para Penjaga itu terdiam. Sedangkan Monner berusahan memulihkan Alexander dengan memberikan sihirnya sedikit, demi sedikit. Karena dia tidak ingin Alexander mendorongnya seperti tadi dan membuat semua sihir Alexander sendiri yang terhisap ke dalam tubuhnya.
"Jadi dia titsan Azharu?" tanya Ethalind pernasaran.
"Mungkin!" jawab Monner.
"Wajahnya tampan sekali!" cakap Ethalind.
"Jauhkan tanganmu darinya!" ketus Monner.
Ethalind adalah satu-satunya dari 4 penjaga yang merupakan seorang perempuan. Rambutnya terbuat dari api, dan tubuhnya di lapisi oleh kelopak bunga mawar matanya biru seperti air dan anting terbuat dari tanah. di sekitarnya selalu ada daun yang bertebangan.
Ethaling di lambang sebagai Kelembutan hati para penjaga karena wajahnya yang sangat cantik dan bersinar. Dan tubuhnya yang indah, Kitab Atrulith mengatakan bahwa semua wanita yang melihat rupanya akan cemberu.
"Hahaha... sulit ya jadi cantik!" tawa Ethalind dengan bangga.
"Hentikan Ethalind!" tegur Ruqztira.
"Ya, dasar kutu buku! Buat ramuan aja terus..." ejek Ethalind.
"Ehem..!" Hagai menegur mereka.
"Selagi menunggu Alexander terbangun akan ku beritahu kalian apa yang harus kalian lakukan!" ucap pria hipster itu serius.
"Jadi ada apa, Ommathius?" tanya Ruqztira.
Di tengah perbincangan Ruqztira dan Hagai, salah seorang dari 3 pejaga lainnya Willtyanu. Sangat pernasaran dengan tubuh Alexander yang sedari tadi tidak sedarkan diri.
Willtyanu pun membangkitkan kekuatannya, dan masuk di dalam pikiran Alexander yang sedang tidak sadarkan diri.
Willtyanu pun masuk ke dalam pikiran Alexander. Pikiran pria itu berwarna abu-abu dengan pintu-pintu yang berwarna-warni namun, semua warna itu pun terlihat keruh dan padam.
"Wah, sepertinya penyihir titisan Azharu ini pumya kisah masa lalu yang menyedihkan ya..." ucap Willtyanu iba.
Willtyanu terus mengelilingi pikiran Alexander
Dan dia tidak menemukan satu pun Hal menarik dari kenangan pria itu selain dia menyaksikan betapa pekerja kerasnya seorang Alexander.
Mulai dari membantu Ayahnya berkebun saat Matahari terbit, membantu ibunya membersihkan kotoran sapi saat menjelang siang. Dan menggantikan Ayahnya berjualan saat siang dan hingga sore hari dia harus menanam bibit dan memanen sayur atau buah-buahan yang sudah matang.
Memandikan hewan ternak, membersihkan kandang dan memberi pakan pada hewan sampai malam. Bahkan, di saat gelap pun Alexander masih harus belajar demi mendapatkan beasiswa untuk kuliahnya.
"Wow! Jika dia bukan Azharu dia pasri jadi yang terpilih karena sikapnya yang pekerja keras itu. Anak macam apa yang masih membantu orang tuanya di akhir zaman seperti ini..." takjub Willtyanu.
Willtyanu pun membuka pintu lainnya dan semua kenangan Alexander hanya dipenuhi dengan bekerja, belajar, dan bekerja lagi.
"Wow, seumur hidup pria ini dia tidak pernah menggoda perempuan, kasihan sekali dia... jadi hanya wanita Uthir itu satu-satunya perempuan yang dia ajak bicara menyedihkan...." iba Willtyanu.
"Mungkin itu sebabnya Uthirnya sulit di goda ya...." ucap Willtyanu pernasaran.
Willtyanu mengelilingi pikiran Alexander mungkin ada sesuatu hal yang bisa di saksikannya. Dan benar, Willtyanu mejemukan sebuaj pintu dengen warna yang paling mencolok di antara pintu lainnya.
Yaitu sebuah pintu berwarna Hitam dengan ukiran perak di sekeliling pintu kenangan itu.
"Ini titk balik!" ucap Willtyanu terkejut.
Masalah bahkan kenangan dan potongan kisah titik balik Alexander pun merupakan kenangan yang sangat amat menyedihkan.
Willtyanu membuka pintu itu namun, saat tangan Willtyanu menyentuh baru menyentu pintu itu. Sebuah medan kekuatan mementalkan tubuhnya hingga Willtyanu pun keluar dari pikiran Alexander.
"Ah!" Willtyanu terjatuh dan meringis kesakitan pada seluruh tubuhnya.
"Willtyanu!" Ruqztira panik.
"Kau merasuki pikiran orang itu kan?" tanya Ethalind curiga.
"Tak banyak hanya sedikit," jawab Willtyanu.
Beberapa saat kemudian Alexander pun tersadar dan dia menatap Willtyanu dengan tajam. Pria itu membangkitkan tubuhnya bahkan, dirinya mengabaikan wanita cantiknya itu.
Pria itu berjalan menghampiri Willtyanu lalu di tarinya rambut sang Ahli telepati itu.
"Siapa yang menyuruhmu masuk ke dalam pikiranku!" pekik Alexander kesal.
Dan semua Para Penjaga Suci serta Hagai pun terkejut. Karena seharusnya seorang penyihir terhebat pun tidak akan tahu jika pikirannya di rasuki oleh Willtyanu.
"Bagaimana kamu tahu?" tanya Willtyanu bingung.
"Jangan kau berani masuk dalam pikiranku," lanjut Alexander mengabaikan pertanyaan Willtyanu.
"Kau... kau Azharu bukan?Aku bisa menciumnya... kau memiliki aroma tubuhnya!" Adirantu terkejut dengan penciuman supernya.
"Tidak, Azharu meninggal 5 abad lu setidaknya butuh waktu 500 tahun bagi Azharu untuk berenkarnasi...." jawab Alexander.
"Tapi, Aromamu..." ucap Adirantu.
"Ya dia bukan aku melihat merasakan Aura Azharu pada dirinya tapi tidak, dia tidak memiliki kekuatan Azharu..." cela Willtyanu yang masih berusaha melepaskan tangan Alexander dari rambutnya.
"Dengar ya, sekali lagi kau melihat pikiranku, kau akan merasakan lebih sakit dari apa yang kau rasakan saat ini..." ancam Alexander melepaskan tanganya dari rambut Willtyanu.
"Jadi, Yhunmant akan bangkit. Kalahkan mereka!" ujar Alexander singkat.
"Yhunmant!?" ucap para penjaga itu terkejut.
"500 tahun! Seharusnya dia tidak dapat bangkit setidaknya butuh 500 tahun..." ujar Ruqztira.
"Ya, setahuku juga demikian aku melihat Azharu membunuh mereka semua..." ungkap Ethalind.
"Apa kau melihatnya dengan jelas?" tanya Alexander.
"Ti... dak," jawab Ethalind.
"Hm.. menurus analisaku ya kalau benae dan sudah pasti benar, Azharu itu tidak membumuh Yhunmant atau mengalahkan mereka tapi sebaliknya... karena dia mati 500 tahun lalu..." terang Alexander.
"Azharu tidak pernah kalah! Dia selalu menang selama 500 kali kebangkitannya," bela Ethalind tidak terima.
"Ya selalu ada yang pertama untuk segala hal," sahut Alexander.
"Beraninya kau!" Ethalind sangat murka hingga melempar bola api ke arah Alexandee namun bola Api tersebut pudar saat mendekati tubuh pria itu.
Alexander sangat terkekut, dan merasa lega di saat yang sama. Sedangkan amarah Ethalind semakin memuncak dan terus melempar bola api pada Alexander.
"Hentikan!" pinta Monner.
"Blazzssh!" Sebuah bolah api telempar ke arah Monner. Dan saat Monner ingin menepisnya Alexander memeluk Monner erat erat dan melindungi wanita itu dengan tubuhnya.
"Beraninya kau!" pekik Alexander.
"Ya, aku berani kau mau apa!" tantang Ethalind.
Alexander menundukkan kepalanya darahnya mulai mendidih dan tubuh merasakan sensasi panas yang luar biasa. Lalu pria itu mengangkat kepalanya dan aura pada pria itu terlihat sangat berbeda. Hingga para penjaga yang lain ketakutan.
"Mundur Ethalind, dia sudah berbeda!" ucap Willtyanu.
"Ya Ethalind bau pada tubuhnya sudah bukan manusia biasa lagi.." Adirantu memperingatkan.
"Persetan akan ku bunuh dia!" tolak Ethalind.
"Ethalind!" tegur Ruqztira.
"Hagai bawalah Monner!" perintah Alexander.
Hagai yang merasakan perbedaan pada Alexander segera menarik Monner dari area dua orang yang sedang memanas itu.
"Kau ingin membunuku! Bagaimana jika kau menahan seranganmu sendiri," ucap Alexander melempar balik semua serangan Ethalind yang di arahkan kepadanya.
Ethalind berusaha menahan serangan Alexander. Namun, serangan balik Alexander terlalu kuat hingga Ethalind tidak bisa menahannya.
"Akulah sang Penyihir Agung, aku membangkitkanmu! Dan dengan ini aku akan membuatmu menjadi seonggoh manna yang tak hidup..." ucap Alexander menyerang Ethalind.
"Akranna Zethha! Duenvrendah!" Sebuah mantra pengikat emas di lemparkan kepada Ethalind.
Ethalind berusaha melepas ikatan Alexander namun, matra ikatan itu sangatlah kuat hingga Ethalind pun mulai mati rasa.
"Indra perasamu mulai mati dan kini tubuhmu akan mati.." ujar Alexander menatap Ethalind tajam.