Mentari telah terbit, weker mulai berdering kencang. Alexander masih tertidur lelap dan pulas, sedangkan Hagai langsung terbangung dan mematikan weker, tersebut.
"Hoi Xander! Kenapa kau membawa benda seperti ini dalam liburan hah..." Teriak Hagai kesal.
"Syndrom," jawab Alexander mengantuk.
"Kasihan," ucap Hagai datar.
Hagai mematikan dan mencabut batrai weker tersebut. Lalu dia memerintahkan Alexander untuk mandi dan menyiapkan baju untuknya.
"Kau tahu Tuan bahkan, ibuku tidak pernah melakukan hal semacam ini..." ucap Alexander menatap baju yang disiapkan oleh temannya itu.
"Ya... selamat! Kau mendapatkannya dariku, dulu aku selalu melakukan ini. Saat putraku masih hidup..." cerita Hagai.
Mendengar cerita temannya itu Alexander hanya menatap lirih dan penuh dengan rasa kasihan. Karena Alexander sendiri pun bukan orang yang merasakan kasih sayang.
"Jangan menatapku begitu..." ucap Hagai merasa tak nyaman dengan tatapan Alexander.
"Maaf jadi, pergi kemana kita hari ini?" tanya Alexander mengalihkan pembicaraan.
"Kita akan ke Oechin," jawab Hagai riang.
"Tempat apa itu, terdengar konyol..." sebut Alexander malas.
"Itu pantai," jawab Hagai.
"Pantai!!" Alexander memastikan, karena jika benar mereka pergi ke pantai. Itu artinya dirinya bisa melihat para gadis cantik dan sexy disana.
"Akhirnya sesuatu yang menyenangkan," batin Alexander.
"Apa kau tahu disana terdapat gua mistis yang..."
"Apa katamu Tuan, Gua mistis!?" tanya Alexander.
"Ya... mengasikkan bukan, kita akan pergi kesana di bekalang hutan yang berada di seberang pantai..." terang Hagai riang.
"Sial!! selamat tinggal nona-nonaku, padahal baru ku berpikir tentang para wanita sexy dengan rambut indah dan tubuh indah mereka..." pikir Alexander kesal.
"Bisakah kita bersantai saja hari ini, aku baru saja pulih...." tolak Alexander, Meskipun tidak untuk melihat para gadis-gadis dan para wanita sexy. Alexander tetap tidak ingin untuk pergi ke gua mistis itu.
"Ah benar, baiklah aku akan pergi sendiri..." ujar Hagai cepat.
"Jangan!! Anda temani saya saja, aku tidak pernah berpergian jadi aku sangat takut akan tersesat...." rayu Alexander berharap Hagai akan menuruti keinginannya lagi.
"Tidak, tenang saja pulau Azthariland sangat lah aman kamu pasti akan baik-baik saja..." ujar Hagai berusaha menenangkan Alexander yang dianggapnya sedang merasa cemas.
"Bahkan, kamu tidak akan tersesat. kamu hanya perlu menyebut tempat tujuan kamu pada sebuah tiang warna merah bolhan kerucut di atasnya, dan voila! Kamu tiba di tempat tujuan kamu..." lanjut Hagai menjelaskan.
"Yang benar saja pria tua ini...." batin Alexander.
"Baiklah aku akan menemanimu...." ucap Alexander setengah hati.
Sebenarnya dia tidak takut untuk sendiran mengelilingi pulau ini, karena dia sudah membaca semua artikel dan aturan tentang pulau ini, sebelum mengunjungginya.
Hanya saja Alexander merasa khawatir jika Hagai pergi sendirian di usianya yang sudah sangat tua. Karena meskipun fisik dan rupanya muda namun, cara berpikir dan pemikiran orang ini sangatlah tua.
Sehingga Alexander takut, jika Hagai terlalu berani dan akhirnya mengakhiri hidupnya sendiri. Karena dia tenggelam di air mancur awet muda, bukan air mancur keabadian. Dia berumur panjang karena fisiknya bukan kekuatan keabadian.
"Tidak usah, kau istirahat saja di pantai..." tolak Hagai.
"Aku sudah merasa sangat pulih, dan tidak perlu u....." mendadak pandangan Alexander berputar dia pun terjatuh lemah di lantai.
"Alexander!!" Hagai panik.
"Tolong ambilkan, o... obat" pinta Alexander dengan suaranya yang sangat pelan.
Hagai bergerak cepat mengambilkan obat Alexander dan memberikan pada pria itu lengkap dengan air putih yang sudah di siapkan.
Alexander langsung mengambil 3 butir obat itu dan menelannya bersama air putih. Wajah Hagai terlihat sangat cemas dan terus memandangi Alexander.
"Jangan melihatku begitu.." ucap Alexander tak enak hati.
"Maaf ya.." ucap pria itu.
"Tidak apa," jawab Hagai lembut mendekatkan badanya dnegan posisi Alexander.
"Lagi-lagi aku menghalangi perjalananmu, lakukanlah tanpa aku pergilah kejar petualanganmu," ucap Alexander merasa bersalah.
Mendengar perkataan Alexander, ekspresi wajah Hagai mendadak berubah, wajah ramah dan lembut itu berubah menjadi wajah serius yang sedih
"Xander, dulu ketika anakku mengatakan hal yang itu adalah moment terakhir aku melihat wajahnya, jangan sampai itu terjadi padamu...." tolak Hagai.
"Tapi..." Alexander benar-benar menyesal, padahal dia bisa melihat pria hipster itu cukup senang saat mendengar dirinya akan ikut bersamanya.
"Tak, apa..." ucap Hagai menepuk lembut tangan Xander.
"Aku minta maaf Tuan Hagai," Mata Alexander perlahan mulai tertutup. pria itu tertidur pulas di pundak teman sekamarnya itu.
Pamdangan Alexander mulai gelap lalu tiba-tiba datang cahaya dan dirinya berasa di mimpi itu lagi.
"Ah yang benar saja, bahkan saat aku sedang sakit..." keluh Alexander.
"Berikan aku gadis cantik mimpi sialan!!" pinta Alexander. Meskipun sedang sakit namun, tetap saja dia masih menginginkan untuk bertemu dengan gadis cantik.
Di tengah rasa frustasinya Alexander mendengar suara kericikan dan hentakan kaki yang berirama. Alexander pun mencari sumber suara itu.
Dan betapa terkejut dia ternyata suara kerican itu bersumber dari gelang kaki yang digunakan oleh seorang gadis cantik, sexy dan lemah gemulai.
Gadis cantik itu berambut panjang hinnga pinggul dengan rambut hitamnya yang sangat gelap. Dengan warna mata yang bewarna biru langit, pipi yang bulat dan kemerahan. Serta, wajah berbentuk oval dengan kaki yang jenjang dan tubuh seperti buah pear.
Lelaki manakah yang tidak seterpesona Alexander saat melihat wanita cantik tersebut.
"Tuanku, mohon agar kertersediaan anda untuk mengikuti saya ke taman Istana..." ajak gadis itu dengan suara yang halus dan lembut.
"Siapa namamu?" tanya Alexander.
"Hamba adalah Yhusiner, Tuanku..." jawab gadis itu sambil membungkuk.
"Yu... yu siapa?" tanya Alexander bingung.
"Ikutlah dengan hamba, Tuanku..." gadis itu tidak menjawab.
"Hm.... baiklah," terima Alexander.
"Ya setidaknya yang ini tidak pergi..." pikir Alexander.
Alexander pun mengikuti gadis cantik itu sampai kepada taman istana. Lalu gadis itu berjalan hingga mereka sampai ke sebuah gua.
"Tunggu bukankah ini gua yang ingun kumasuki waktu itu...." pikir Alexander.
Gadis membukan gua itu dengan membuay sebuah simbol dan mengucapkan kata-kata yang sangat asing di telinga Alexander.
"Lue' Manu shyekha Idoyhe!!" dan pintu gua pun terbuka.
Alexander pun sangat terkejut, dengan apa yang di saksikannya.
"Hohoho.... cantik dan berilmu haha, sepertinya akan menyenangkan," batin Alexander.
"Silahkan masuk Tuanku, Khalil..." ucap gadis itu.
"Ah... baiklah," jawab Alexander.
"Lagi-lagi nama itu," batin Xander.
Saat dirinya memasuki gua itu Alexander melihat Sebuah cahaya datang menghampirinya. Dan cahaya itu sangat tidak asing untuk Alexander.
"Oh.. tidak jangan sekarang," ucap Alexander, dirinya masih ingin menikmati mimpi indahnya bersama dengan gadis cantik.
Alexander melangkah mundur namun, cahaya itu terus menghampirinya dan ketika dirinya tertangkap oleh cahaya itu dia melihat sebuah kristal berbentukan kotak dengan warna emas.
Dan kristal itu memasuki tubuh Alexander, dan membuat perut Alexander terasa sangat sakit.
"Ah.... tolong!!,"
"Tolong!"
"T... t... tolong!!!" Alexander terbangun dari mimpinya. Dia melirik sekeliling dan mendapati dirinya berada di ranjang hotel.
Hagai pasti yang merebahkan tubuhnya di ranjang saat pingsan tadi.
Meskipun sudah bangun dari mimpinya, Alexander masih terasa sakit pada perutnya dan Alexander muntah.
"Hoek..." Alexander muntah namun, tidak ada satupun muntahan yang keluar dari mulutnya itu.
Hagai yang sedang di kamar mandi terkejut mendegar suara Alexander, langsung menghampirinya dan dia melihat pria itu terus berusaha untuk muntah tapi tidak keluar juga.
"Alexander biar ku bantu," Hagai menghampiri Alexander dan memijat tengkuk pria itu alhasil semua muntahan yang tidak bisa keluar itu keluar dari tubuh Alexander.
"Hoek... hoek... hoek... ohk!! Ha... ha.. ha.. ha.." Alexander kelelahan.
Namun, yang terkejut saat Hagai ingin membersihkan muntahan Alexander. Pria hipster itu menemukan sesuatu yang tidak biasa pada muntahan pria itu.
"Alexander.." Hagai memanggilnya.
"Ya..." jawabnya lemas.
"Kau memuntahakan emas!?" ucap Hagai bertanya-tanya, jiwa ingin tahunya aktif hagai mengambil sebagian muntah Alexander dab memasukkan kedalam tabung kecil untuk di telitinya.
"Tuan hagai itu menjijikan kau membuatku ingin...."
"Hoek... hoek....," melihat Alexander yang tiba-tiba muntah lagi, Hagai langsung menghampironya dan terkejut lagi dan kali ini Alexander pun sama.
Karena dirinya memuntahkan cahaya namun, meskipun begitu Hagai tetap membantu Alexander yang sedang tidak berdaya sambil melihat muntah cahaya itu keluar dari mulut pria itu.
Hagai pun berpikir apa yang terjadi pada Alexander. Dan Hagai pun mendapat jawabannya tapi, dia menahannya hingga Alexander telah selesai muntah.
"Hoek... ohk... ha.. hah... hah.." Alexander benafas lelah, dadanya terasa sangat sesak.
"Aku su.. lit.. hah..." menahan dadanya.
"Maaf Xander, kamu ini sebenarnya Alexander Trifforkan..." tanya Hagai lembut, melihat Alexander yang sedang tidak berdaya ini sebenarnya dia tidak tega untuk menanyakan. Namun, untuk membantu Alexander dia harus tahu siapa sebenarnya pria yang berada di hadapannya ini.
"Hah.. ha..." Alexander terus berusaha untuk bernafas dan sulit menjawab pertanyaan Hagai.
"Alexander Triffor adalah orang yang ketika berada di Azthariland dia akan memuntahkan cahaya dan emas. Karena di dalam tubuhnya terdapat Kristal Hukania. Sebuah kristal berbentuk kotak yang sebening cahaya matahari." ungkap Hagai.
Mendengar ucapan temannya itu, Alexander langsung mengingat kejadian di saat tubuhnya di masuki oleh kristal itu.
"Hah... hah... ya, A.. akh... a.. aku Alexander Triffor hah.. hah.. " jawab Alexander menahan dadanya yang sesak.
"Mengapa kamu tidak jujur sejak awal!?" tanya Hagai dengan nada kecawa dan khawatir karena telah di bohongi oleh Alexander.
"Aku hah... phobia sulap, a... aku takut sihir hah... hah.. mendengar namaku disebut di sebuah buku mantra membuatku sangat ketakutan dan berbohong... ah... akh...." Alexander terus menahan dadanya yang semakin terasa nyeri.
"Tunggu sebentar Xander, aku akan mengambil sesuatu..." ucap Hagai mengambil tasnya dan mengeluarkan sebuah cairan merah aneh dalam sebuah sebuah wadah kristal
Pria hipster itu lalu menuangkannya ke gelas diberikannya air hangat dan bunga warna putih yang membuat cairan tersebut menjadi berwarna merah muda.
Hagai mengamduk cairan itu kemudian dia menghampiri Alexander dan memberikan cairan itu padanya.
"Minumlah, Xander ini merupakan ramuan penawar dari dadamu yang sakit," ucap Hagai memberikan cairan itu padanya.
Alexander yang sudah tidak tahan dengan rasa sakitnya langsung meminum ramuan itu tanpa bertanya. Dan seperti yang dikatakan Hagai rasa sakit di dada Alexander mulai menghilang.
"Terima kasih Tuan Hagai, kau baik sekali maaf ya, aku membohongimu..." ucap Alexander merasa bersalah.
"Tidak apa, kau punya ketakutan. Itu wajar...." jawab Hagai tersenyum.
"Bagaimana dadamu masih terasa sakit?" tanya Hagai yang lebih peduli dengan keadaan pria itu dibandingkan kebohongannya.
"Masih sedikit sakit tapi... itu sedikit sekali mungkin efek dari aku yang terus menekan dadaku..." jawab Alexander.
"Istirahat dulu Alexander begitu kau reda, kita akan ke Oechin, semua pertanyaan tentangmu akan terjawab dia gua itu..." ucap Hagai.
"Gua mistis itu?" tanya Alexander.
"Ya.. aku tahu kau takut tapi, tenanglah aku akan menemanimu..." ucap pria hipster itu.
"Baiklah besok kita mencari..." jawab Alexander pasrah.
Bagaimanakah dimulainya pencarian itu, apakah Alexander akan menemukannya apa yang dia cari.
Hanya dia Azharu dan 4 Penjaga Suci....