Jero terhuyung ke kanan dan kiri saat berjalan keluar dari cafe dibantu Caoli. Tidak terlalu mabuk tapi tetap saja mempengaruhi dirinya, mungkin dikarenakan sepanjang hari Jero belum makan maka tubuhnya tidak dapat mentoleransi jumlah alkohol yang masuk. Ayun bersandar pada Carlo dengan nyaman. Mereka bertiga membawa Jero ke tempat rumah Caoli. Kebiasaan jika ada salah satu ada yang mabuk maka akan dibawa ke rumah Caoli karena dekat cafe. Namun, Caoli ingin melihat Riu.
"Menurut kalian, kita bawa pulang ke rumahku atau Riu?"
"Tidak bisa. Jero dibawa ke rumah Caoli saja" bantah Ayun tidak menyukai ide Caoli. Kalau dibawa ke rumah Riu, bisa gawat. Enak saja, wanita sial diberi kesempatan, mana bisa.
"Ayun, ini tidak baik" tegur Carlo, mana boleh mengikuti keinginan Ayun, sejak tadi ia sengaja tidak mabuk supaya bisa berdekatan dengannya. Setiap kali mabuk, ayun akan bertindak konyol yang bikin darah mudanya mendidih disertai pelepasan yang manis. Ayun setengah mabuk jadi masih bisa berfikir jelas.
"Benar kata Caoli, lebih baik kita bawa ke rumah Riu saja. Biar Riu yang mengurusnya"
Caoli memasukan Jero ke dalam mobil di bagian depan. Ayun cemberut mendengar itu, kesal masuk ke bagian belakang mobil diikuti Carlo. Jero membuka kaca jendela mobil saat mobil mulai bergerak.
"Kamu pikir aku terlalu mabuk! bawa aku ke hotel saja". Jero mengembuskan nafas dengan satu kali tarikan. Hatinya gelisah, tadi sempat bertengkar, mana bisa pulang secepat ini.
"Kamu nyakin?" tanya Caoli kecewa. Mengapa Jero menolak pulang ke rumahnya?. Ada apa ini?. Semua bentuk pemikiran bermunculan di kepala Caoli.
Ayun dan Carlo diam di belakang, sejak Jero menikahi Caoli, mereka berdua terlihat seperti musuh. Ayun merasa lebih baik membawa Jero ke hotel daripada rumah yang ada wanita sial itu.
"Tidak apa-apa, bawa saja Jero ke hotel, biar aku yang mengurusnya"
"Tidak bisa! kamu bersamaku"
Carlo cepat menarik Ayun dekat padanya. Ayun terkejut dengan gerakan tiba-tiba Carlo hingga jatuh pada kakinya.
"Eh, apaan Carlo" teriak protes Ayun, Carlo membuat posisi Ayun tetap di tempat dengan menekannya. Ayun terus berusaha berontak tetapi Carlo membuat gerakan ayun menjadi diam dan berubah.
Caoli melirik keduanya melalui kaca spion. Tampak Ayun mulai jinak di tangan Carlo, iapun melirik ke arah Jero. Jika, ada perasaan untuk Ayun, bukankah menjadi marah tapi ini mengapa menjadi dingin seperti kutub es Utara.
"Antar aku sampai hotel terdekat saja"
"Kamu sudah punya istri. Ini tidak baik"
"Urus saja dirimu, tidak usah atur kehidupan rumah tanggaku"
"Jero! aku tidak ingin ikut campur tapi sebagai teman yang baik, aku hanya mengingatkan"
"Teman baik?"
Caoli terdiam mendengar kalimat yang bernada mengejek. Ia hanya ingin melihat Riu saja, apa itu sulit. Terlalu kesal, ia mengarahkan mobil ke jalan masuk hotel, begitu di lihatnya. Mobil berhenti di depan lobi hotel.
"Kamu nyakin bisa sendiri?"
Terdengar suara-suara dari belakang mobil, Caoli ingin mengutuk Carlo yang tidak tahu tempat.
"Pulanglah, bawa pasangan mesum itu pulang, tidak baik jika terlihat polisi"
Jero keluar dari mobil lalu menutup pintu mobil dengan kencang. Caoli menarik nafasnya, lagipula terlalu lama berdebat juga tidak akan melihat Riu. Mobil digerakkan lagi meninggalkan hotel. Jero berdiri dengan susah payah, kepalanya berputar-putar, berbalik berjalan masuk untuk cek in.
Caoli gusar, ditariknya bungkus rokok dari saku celananya. Carlo bergerak maju dan duduk disampingnya.
"Sudah selesai" sindir Caoli berusaha mengambil rokok tapi di hentikan Carlo. "Jangan merokok! badanmu tidak akan bisa menerima" tegur Carlo mengambil rokok untuk dirinya sendiri. "Sial Carlo! kamu bukan ibuku" bentak Caoli kencang. "Diam lah, Ayun nanti bangun" katanya sambil menyalakan rokok dan tangan satu membuka jendela untuk membiarkan asap keluar.
"Kamu mencintainya tapi dia tidak"
"Aku tahu"
"Lebih baik dilepaskan daripada di pakai berulangkali"
"Aku tidak bisa"
"Kamu kecanduan"
"Aku terlalu mencintai tapi tidak bodoh. Kompensasi harus dilakukan kalau mau hidup enak"
"Kamu kejam"
"Wanita seperti dia itu banyak diluar sana. Kalau baik-baik seperti Riu, mana bisa aku bertindak seperti bajingan"
Mereka berdua merenung sejenak, selalu seperti ini. Mereka berempat memiliki kehidupan yang rumit. Jero, Caoli, Carlo dan Ayun merupakan teman semasa kuliah. Perjalanan waktu merubah banyak hal hingga tanpa disadari namun, cinta dalam hati tetaplah tidak berubah.
"Riu, bukan orang yang bisa kamu sentuh" tegur Carlo pelan. Ia bukan tidak tahu namun, bukankah lebih baik melupakan seseorang jika ternyata jelas milik orang. Dulu iapun berada pada posisi sama dengan Caoli tapi tiba-tiba Ayun bercerai padahal baru menikah satu tahun dari Jero lalu terdengar Jero menikahi Riu dalam hitungan tiga bulan kemudian.
"Aku tahu tapi aku tidak terima dia diperlakukan seperti ini". Caoli memukul setir mobil dengan putus asa. Sangat sakit melihat wanita yang dicintainya diperlakukan mirip boneka dipajang etalase.
"Dia sudah memilih" tegur Carlo seray membuang rokok tersisa lalu menutup jendela mobil.
"Aku akan mencari cara untuk membuatnya kembali padaku" kata Caoli mantap. Sampai kapanpun, ia akan berjuang mendapatkan Riu.
"Kamu gila melawan Jero. Dia tidak akan membiarkan kamu bergerak lebih". Carlo mengambil ponsel, sekedar mengecek ada notifikasi yang masuk.
"Kata orang, cinta butuh perjuangan" ucapnya santai seperti ini perkara kecil dan tidak penting tetapi Caoli tahu ini sulit.
"Iya butuh perjuangan tapi bukan milik orang juga" sindir Carlo dengan sengit. Ia paling tahu siapa Jero sesungguhnya, bukan Caoli yang dilukai melainkan Riu.
Mobil berjalan lambat masuk ke dalam kompleks perumahan Caoli. Mereka bertiga termasuk pengusaha sukses, pertemuan satu kali sebulan dibuat sekedar untuk menambah erat persahabatan. Mobil berhenti tepat depan rumah berpagar putih.
"Bawa Ayun ke dalam" perintah Caoli melepaskan sabuk pengaman dari tubuhnya lalu melirik Ayun yang tertidur pulas di belakang. Tubuhnya tertutup rapat selimut, di mobil Caoli sengaja di sediakan selimut jika ada kondisi darurat yang seperti ini.
"Seharusnya kamu sewa pembantu atau lainnya jadi tidak seperti ini, bikin repot" sungut Carlo begitu mobil dimatikan. Ia malas setiap kali harus mengendong Ayun keluar dari mobil walaupun ia mendapat keuntungan juga dari mabuknya Ayun.
"Untuk apa? aku lebih suka seperti ini" bantah Caoli malas berdebat lagi. Carlo mungkin orang yang tidak bisa mendapatkan cinta Ayun tetapi ia tahu kelemahan wanita, iapun mengelengkan kepala, bagaimana bisa Caoli begitu bodoh.
"Pengusaha sukses tetapi tidak seperti pengusaha sukses malah mirip gembel. Ini yang membedakan kamu dengan Jero" sindir Carlo lagi, Caoli mengambil kunci rumah di samping kursi. Matanya melotot tak senang pada Carlo, mulutnya cerewet mirip ibu-ibu.
"Kamu jangan mirip perempuan. Sudah, bawa Ayun". Carlo segera keluar dari mobil lalu membuka pintu belakang untuk mengendong Ayun mirip bridal sementara Caoli membuka kunci pintu pagar.
Langit berubah warna perlahan, memberikan nafas alami bagi semua mahluk hidup