Chereads / Cinta Istri Kedua / Chapter 8 - Sepasang Anting (4)

Chapter 8 - Sepasang Anting (4)

Jero memainkan kotak perhiasan dengan pikiran rumit. Diam-diam mengambil dari meja rias sebelum Riu menyadari. Perbedaan waktu berangkat kerja, membuat mudah bagi Jero untuk mengambil kotak tanpa pertanyaan yang menggangu. Kursi di geser ke kanan dan kiri. Sungguh membingungkan.

"Dikembalikan atau tidak"

Gumaman terdengar jelas oleh sekretaris besar. Tak mau menganggu tapi terganggu, tarik nafas jadi jalan alternatif daripada bikin keributan.

"Menurutmu, harus dikembalikan atau tidak" ucap Jero menghentikan gerakan kursinya lalu dibuat menghadap sekretaris besar yang langsung gugup.

Sejak kapan big bos bertanya hal sepele, mata sekretaris besar melotot ngeri. Jero menatap mata sekretaris besar dengan penuh perhitungan, hal ini bikin takut sekretaris besar dengan cepat.

"Tuan, sebaiknya jangan. Nyonya sudah melihat. Kalau dikembalikan malah jadi masalah, nyonya Ayun mungkin tidak akan mempermasalahkan tapi nyonya..."

"Itu juga yang aku pikirkan, sebaiknya kamu lihat lambang di kotak ini dan cari tahu ada perhiasan lain yang bisa di ambil hari ini"

Kotak diberikan pada sekretaris besar. Walau terlihat sepele namun bagi Jero ini masalah besar. Mana mau wanitanya mendapatkan bekas dari orang lain, harus yang pertama dan terbaik.

Sekretaris besar berjalan keluar agar cepat selesai masalah kotak ini, kalau sampai siang akan mempengaruhi kinerja kantor.

Warna langit sudah terang, Riu memandang suram dari lantai tempat ia bekerja. Emosinya naik turun begitu mau berangkat kerja, kotak perhiasan hilang dari meja rias, siapa lagi kalau bukan Jero yang melakukan. Ia nyakin sepasang anting yang ada di kotak bukan untuknya. Siapa yang bersama Jero kalau bukan wanita ular itu pikirnya bercabang.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Leti mendekati sahabat kerjanya. Mereka berdua sudah lama bekerja di perusahaan ini sejak belum berkembang seperti sekarang. Suka duka di lewati hingga tak terhitung lagi rasa lelah demi mencari sesuap nasi. Beruntung dalam perjalanan itu, Riu menikahi Jero dan Leti menikah dengan Jose.

"Tidak ada"jawab Riu mulai malas berfikir. Tangan bersedekap, mata memandang luar kaca, Leti hanya bisa menarik nafas dengan prihatin.

"Kamu tahu, hari apa ini?" tanya Leti bersimpati. Riu mengelengkan kepala tak berdaya, kalau memikirkan Jero malah bikin sakit kepala.

"Tentu saja tahu" jawab Riu bertambah kecewa. Hari ini ulangtahun dirinya, punya suami setengah gila tapi mirip tidak punya suami. Apa daya?.

"Dan kamu masih diam saja melihat ular berbisa itu dekat suamimu" bentak Leti pelan, ia takut semua mendengar.

"Aku bisa apa! Dia beli sepasang anting lalu berkata ingin pergi denganku ke acara Carlo. Jelas-jelas aku menolak sekarang malah sudah dibeli perusahaan ini" ungkapnya dengan kecewa.

"Beruntung kamu masih di posisi sama, kalau tidak banyak nyawamu mati" kata Leti, melihat ke arah sekitar yang masih teratur tanpa ada kehebohan berarti.

"Suamimu menyusahkan" kata Leti lagi, kalau mau dikatakan ingin rasanya mencekik leher Jero sekuat tenaga.

"Aku tahu...aku tahu" ujar Riu putus asa. Ia tidak mau datang ke pesta acara Carlo, dipastikan disana ada ayun mantan istri Jero dan dipastikan lagi ia akan dianggap patung pajangan lagi. Perasaan seperti itu tidak mau di rasakan lagi.

"Kamu datang lalu boom" ujar Leti tangan ke arah atas seperti mempraktekkan sesuatu, memanasi suasana hati Riu. Desahan tidak puas dikeluarkan Riu, berusaha menjadi istri Jero ternyata sulit.

"Leti, bantu aku pikir sesuatu". Riu melihat Leti dengan mata kucing miliknya. Sangat menggemaskan di mata Leti tapi harus berurusan dengan Jero, tidak mau. Jose sudah mengingatkan bahwa harus ada jarak gosip jika mau pernikahan mereka berdua tenang. Ia juga bukan tidak tahu Caoli, atasan Jose sangat mencintai Riu.

"Really Riu? suamimu itu menakutkan" tolak Leti bergerak menjauh dari Riu menuju tempat ia biasa bekerja.

"Ayolah". Riu mengikuti langkah Leti dari belakang mirip anak kucing. Beberapa kali Leti menghentikan kaki untuk berbalik lalu melanjutkan lagi sambil menggelengkan kepalanya.

"Katakan padaku, kamu tidak jatuh cinta padanya kan" ujar Leti mendadak begitu terlintas di kepala. Riu nyaris terjatuh karena kaget Leti berputar cepat menghadap dirinya.

"Itu, aku tidak tahu" kata Riu sangat pelan. Leti melotot kearah Riu dengan pandangan mana mungkin tidak.

"Ayolah, kalian makan dan tidur di tempat yang sama. Jangan bilang tidak ada" tuduh Leti dengan memicingkan mata.

"Aku tidak tahu, tidak tahu. Ayolah Leti, bantu sekali ini saja". Riu memegang kencang tangan Leti, diayunkan ke kanan dan kiri. Leti mendelik lalu menghempaskan tangan Riu.

"Dengar ya! Kali ini aku tidak bisa ikut campur, Jose sudah marah dengan terakhir kali kita berpura-pura lembur malah kepergok di mal" ucap Leti sewot. Gara-gara itu, Leti dihukum Jose habis-habisan bahkan terpaksa gigit jari sebulan penuh tidak diperbolehkan belanja online. Kalau ingat penderitaan tidak bisa belanja online membuat nafas Leti terganggu seketika.

"Leti..." teriak Riu sedikit kencang. Leti mengelengkan kepala dengan kuat. Ia harus kuat walaupun mata kucing milik Riu sangat menggemaskan.

"Tidak bisa Riu. Ini mulai mengancam kehidupan rumah tangga aku yang cantik. Aku takut Jose tidak mau melihat aku terus aku bagaimana, bisa repot kan" tuturnya penuh kesabaran, memberikan fakta jika Jero sangat menakutkan termasuk Jose suaminya.

"Lalu bagaimana?" tanya Riu kebingungan, kepanikan dan takut mulai menggelayuti dibenaknya. Berhadapan dengan ular berbisa tidak masalah tapi Jero yang dingin dan datar membuat jantung berdetak cepat.

"Tidak bagaimana-bagaimana lagi, pergi saja dan tunjukan kamu layak menjadi istrinya bukan patung atau keset kaki" kata Leti berusaha keras menenangkan. Suami sendiri takut, lalu untuk apa menikah.

"Mudah bicara Leti. Coba kamu ingat ular berbisa itu dapat membalikan semua perkataan lalu aku jadi orang tak berguna di hadapan banyak orang" ujar Riu tak mau terima jikalau harus datang ke pesta itu nanti malam.

"Itu salah kamu juga. Kamu masih pemula" elak Leti dengan cantik. Kalau diingat deretan peristiwa tentang Ayun, semua dibela oleh Jero tanpa ampun, nasib malang sudah pasti di sematkan pada Riu, sialnya lagi Jero tidak tahu kalau itu adalah trik Ayun.

"Kamu ingat tidak, kapan itu..." ujar Riu masih keras kepala. Benar-benar celaka 12 tidak menyenangkan. Bulu halus tubuhnya sampai berdiri, terlalu menakutkan.

"Stop! tidak ingat. Aku mau kerja" elak Leti berjalan cepat memasuki lift yang pintu terbuka sehingga Riu tidak bisa mengejar sama sekali. Sontak Riu menghentakan kaki ke lantai dengan keras hingga menimbulkan suara di depan lift kemudian berbalik menuju tempat duduknya.

Jero mengeryitkan kening melihat cctv kantor Riu, tadi iseng meretas karena ingin melihat tapi tampaknya ia ketinggalan sesuatu yang penting. Wajah Riu seperti panik dan gelisah. Sebenarnya apa yang terjadi di belakangnya pikir Jero sambil mengetuk jari ke atas meja.