Chereads / LYORA IS MINE / Chapter 20 - BAB 20 - LYORA IS MINE

Chapter 20 - BAB 20 - LYORA IS MINE

Lyora kini tengah berada di mansion library, terkadang ia gemar membaca saat Sean pergi entah kemana, tentu tak mudah mencari pria itu di mansion sebesar ini dan tentunya Lyora tak memiliki keinginan atau hanya sekedar rencana untuk mencari Sean saja, masa bodo dengan hal itu toh yang seharusnya marah adalah dirinya.

Membosankan

Ya, itulah yang Lyora rasakan. Wanita itu tampak berjalan keluar, ia mulai berkeliling mencari tangga yang akan membawanya ke rooftop. Ia berjanji akan berusaha mengingatnya dan kembali di malam hari nanti, setidaknya ia berusaha bukan? Walau hasilnya nihil.

"Sayang.."

Baru beberapa langkah berjalan, suara berat seorang pria menghentikan langkahnya, siapa lagi jika bukan Sean? Pria yang membuatnya kesal sekaligus geram akan apa yang Sean lakukan. Lyora tak ada niatan untuk pergi dari kehidupan Sean, ia jelas tau tak akan mudah merubah kebiasaan setiap orang, namun dengan pembunuhan brutal yang selalu Sean lakukan jelas membuatnya tidak tenang, bagaimana jika Sean tertangkap polisi, masuk penjara atau dendam seribu orang yang akan menyerangnya di masa yang akan datang.

Tak ada yang Lyora katakan, wanita itu tampak diam sembari memandang Sean datar. Bagaimana dengan Sean? Tentu pria itu tak menyerah begitu saja, dengan hanya memakai boxer tanpa atasan Sean berjalan mendekat pada Lyora, menarik tubuh mungil Lyora kedalam dekapannya dengan lembut.

"Maaf," gumamnya. Tersirat rasa bersalah yang Sean pancarkan, Lyora tau pada akhirnya akan begini, Sean selalu berusaha mengambil hatinya kembali, seolah pria itu tak pernah ingin dirinya pergi.

Lyora membalas pelukannya, ia mengusap punggung Sean penuh kasih sayang— tanpa mengatakan apapun tentunya. Dan itu justru membuat Sean bimbang, ia tak tau apa Lyora sudah memaafkannya atau belum karena ada dua kesalahan yang dirinya buat, mengingkari janji yang dirinya katakan lalu meninggalkan Lyora di mansion kitchen seorang diri saat seharusnya dirinya menjelaskan semuanya yang telah terjadi.

"Dia membocorkan dokumen perusahaan," gumamnya masih berada dalam pelukan Lyora.

Lyora paham, namun apa harus melakukan hal sekejam itu?

Lyora melepaskan pelukannya paksa, menatap Sean penuh tanya, "Lalu kamu membuatnya menderita dengan melakukan hal yang sadis?"

Sean tak bergeming membuat Lyora kembali buka suara, "Haruskah begitu?!"

Lagi-lagi tak ada jawaban, Sean tampak pasrah dengan apa yang Lyora lontarkan meski nada yang Lyora gunakan semakin meningkat persatu oktaf.

"Bukankah kamu baru mengingkari janji mu padaku untuk tidak melakukan hal sekejam itu?" tanya Lyora semakin menatap Sean tajam.

Sean memberanikan diri membalas tatapan Lyora, "Sayang bukan aku yang melakukannya, tapi Robert... Aku hanya—

"Hanya memerintah!? Iya!?" tukas Lyora.

Shit! Sean tak tau harus menjawab apa, ia seperti bocah tujuh tahun yang sedang di marahi oleh ibunya, ia tak dapat berkutik walau hanya sekedar memberi alasan saja.

"Sampai kapan!? Sampai kapan begini, ha!? Bagaimana jika polisi mengetahui apa yang kamu lakukan!? Bagaimana jika mereka menangkap mu!? Atau bagaimana jika orang-orang yang bersangkutan dengan para korban yang kamu bunuh, menyerangmu!?" Cukup sudah— Lyora sudah tak tahan lagi akan hal ini.

Sean menghembuskan nafasnya perlahan, ia kembali mendekatkan diri pada Lyora lalu menarik wanita itu ke dalam pelukannya, "Dengar aku sayang... Tak akan ada yang bisa menangkap ku, memanfaatkan diriku atau hanya sekedar menyerang ku seperti apa yang kamu katakan, aku—

"JIKA BUKAN KAMU, BAGAIMANA DENGAN ANAK KITA NANTI!!?" bentak Lyora sembari memberontak dalam dekapan yang Sean ciptakan.

Sean tersenyum dalam diam, ia semakin mengeratkan pelukannya pada Lyora, "Jadi kita akan menikah dalam waktu dekat."

Bukan— bukan pertanyaan melainkan pernyataan tanpa persetujuan.

"A-- apa maksudmu?"

"Kamu bilang, bagaimana dengan anak kita nanti— itu berarti kamu sudah memiliki bayangan keluarga kita bukan? Bagaimana jika kita mewujudkannya, hm?"

Shit! Lyora bungkam hanya dengan penuturan manis seperti itu.

"Kita akan hidup bahagia bersama keluarga kecil kita nanti, aku berjanji pada mu akan selalu menjadi pilihan terbaik untuk mu, so— will you marry me Lyora Axelyn?"

Lyora mengernyit dahinya bingung, ditengah perdebatan seperti ini Sean malah melontarkan pertanyaan yang jelas hanya akan menambah keadaan semakin rumit, dirinya belum memaafkan pria itu sepenuhnya bagaimana bisa ia menerima tawaran Sean?

"Oh astaga! Apa ini?"

Sontak Sean dan Lyora mengalihkan arah pandangnya pada seseorang yang baru saja datang. Bagaimana bisa ada orang lain selain Sean dan Lyora disini?

"Shit!" maki Sean.

Bagaimana dengan jawaban Lyora akan pertanyaannya? Itulah yang menjadi masalah Sean kali ini.

"What the hell are you doing here?" tanya Sean merasa murka.

Marcel terkekeh, "Ada sesuatu yang harus aku bahas dengan mu, cepatlah pakai bajumu! Aku akan menunggu."

Disaat Sean yang tengah dilanda api amarah, lain hal nya dengan Lyora, wanita itu bahkan terlihat berseri-seri, ia sangat berterimakasih pada kehadiran Marcell yang secara tiba-tiba itu. Setidaknya ia tak perlu menjawab pertanyaan Sean sekarang, percaya atau tidak Lyora masih belum bisa memutuskan semuanya, ia hanya ingin menikah satu kali seumur hidupnya.

"Aku akan menemani mu, Marcel!" ucap Lyora antusias sembari berjalan menghampiri Marcel, namun itu semua tak berlangsung lama saat tiba-tiba saja Sean menariknya menjauh dari Marcel.

"Aku tak suka melihatmu berdekatan dengan si keparat itu," kata Sean tenang.

Marcel yang merasa tersinggung dengan apa yang Sean katakan menatap pria itu datar, "Siapa yang kau sebut keparat?"

"Siapa lagi jika bukan kau?" balas Sean menyeringai.

Lyora tak tau apa yang harus dirinya lakukan selain diam mematung diantara Sean dan Marcel. Keadaan pun semakin mencengkram, tak bisa dipungkiri jika Sean dan Marcel tak selamanya selalu saling diam seperti dua kutub yang dipertemukan di tempat yang sama.

"What the fuck is with this guy?" Tampaknya Marcel tak ingin kalah dengan apa yang Sean katakan. Jelas ia tak terima, bagaimana bisa Sean mengatai dirinya keparat hanya karena ia datang dan mengacaukan semuanya.

Sean menarik Lyora dan menyembunyikannya di belakang tubuh kekarnya, tetap menatap Marcel tajam sembari mendesis, "Get the fuck out of here!"

"Are you kidding me? Bukankah aku sudah mengatakan ada sesuatu yang harus kita bicarakan!?"

Sean memutar bola matanya jengah, mengapa harus sekarang dan mengapa harus di situasi seperti ini?

Lyora yang merasa kalut akhirnya memberanikan diri untuk menengahi, "Ayolah Sean jangan kekanak-kanakan seperti ini, pakai baju mu dan temui Marcel! Dan kau Marcel—

Ia melirik Marcel yang tengah membuang wajahnya kesembarang arah, "Pergi saja dan tunggu Sean datang!"

"Mengapa harus bertengkar terlebih dahulu seperti ini?! Huft—

Lyora menggantungkan ujarannya sejenak saat setelah menghembuskan nafasnya kasar, "Sangat kekanak-kanakan!"