"Ada apa, Mom?" tanya Sean to the poin saat panggilan sudah terhubung. Sean tak tau mengapa Elise menelponnya di jam kerja seperti ini.
"Kau lupa!? Bagaimana dengan Clara! Cepatlah jemput dulu dia," jawabnya dengan nada tinggi di sebrang sana.
Saen menghembuskan nafasnya frustasi, "Ayolah Mom, aku sibuk."
Sean tak habis pikir dengan Elise, bagaimana bisa wanita paruh baya itu meminta dirinya menjemput wanita lain selain Lyora? Tentu itu tak akan pernah terjadi, Sean tak akan pernah melakukan itu. Percaya atau tidak Sean merasa malas.
"Kau yakin ingin menolak permintaan Mommy mu ini?"
Sean tak menjawab, ia merasa kalut dengan pekerjaannya, ditambah lagi permintaan Elise sangatlah menyebalkan baginya.
"... kalo begitu Mom akan membawa Lyora pergi berlibur tanpa mu dengan bantuan Daddy mu, bagaimana?" sambungnya.
Shit! Jelas Sean bungkam dengan ancaman yang Elise lontarkan satu ini. Bahkan Sean mengaku kalah, "Baiklah Robert akan menjemputnya untuk ku."
"Sean--
Pip!
Sean memutuskan sambungannya sebelum Elise melayangkan beberapa protes padanya, menekan nomor yang sering dirinya hubungi hingga--
"Selamat sore, Tuan." Suara Robert disebrang sana menyapa indera pendengarannya.
Sean menghembuskan nafasnya kasar, "Kau tau Clara? Wanita yang sempat bertengkar dengan Daddy ku?"
"Saya ingat tuan, apa ada yang bisa saya lakukan?"
"Jemputlah dia di bandara dan antarkan ke mansionku," jawab Sean.
Pip!
Sean kembali fokus pada berkas-berkas di hadapannya itu. Sungguh, tanpa sekertaris membuatnya semakin gila. Ia tak mungkin mempercayakan semua ini pada Robert. Ada banyak hal pula yang harus Robert lakukan atas perintahnya. Dan lagi, ia sangat merindukan kekasihnya itu. Lyora-- sedang apa wanita itu, andai saja Sean dapat melarangnya dan mengurungnya disini, dengannya.
"Tuan Sean yang terhormat, sedang apa kau?" tanya Marcel yang baru saja datang tanpa Sean sadar.
Sean mengalihkan arah pandangnya pada Marcel, sedang apa pria itu disini. Bukankah seharusnya Marcel sedang disibukan dengan perusahaan keluarganya sendiri bukan malah pergi menemuinya disini?
"Ada apa?" tanyanya dingin.
Raut wajah Marcel sama dinginnya dengan Sean. Keduanya sama-sama memancarkan aura yang pekat. Pria itu tampak duduk di salah satu sofa yang tak jauh dari Sean berada, "Bagaimana hubungan Clara dan Paman Luciano? Kudengar Clara datang ke Indonesia hari ini."
Mengapa semua orang harus membahas Clara, murkanya dalam hati.
"Go fuck yourself!" sahut Sean tanpa peduli.
Marcel terkekeh, "I can't pass it, damn."
Sean mengernyitkan dahinya bingung, ia lantas bangkit dari duduknya. Berjalan dengan langkah gontai ke arah Marcel lalu duduk berhadapan dengan pria itu, "Apa ada hubungannya dengan kecelakaan Lyora?"
"Entahlah," sahutnya acuh.
Tentu Sean kesal dengan apa yang Marcel katakan, ada apa dengan pria itu sebenarnya. Marcel seolah tau sesuatu namun pria itu enggan mengatakan padanya.
"Enyahlah kau!" kata Sean menatap malas pada Marcel.
Marcel mengagguk, bangkit dari duduknya. Sebelum Marcel pergi pria itu buka suara, "Kau harus berhati-hati dengan Clara, Sean. Kau ingat apa yang ular berbisa itu lakukan juga padaku dan sekertaris mu?"
"Tapi aku tidak sebodoh dirimu," ejek Sean.
***
Di tempat lain, seorang wanita dengan surai hitamnya tampak berjalan sembari membawa koper di tangannya. Dress yang wanita itu kenakan begitu minim. Jangan lupakan cara berjalannya yang terlihat seperti sedang menggoda para pria.
Pandangannya terfokus pada salah seorang dari banyaknya orang yang tengah memegang sebuah kertas berukuran sedang bertuliskan, 'Welcome Nona Clara.'
Bukan, jelas bukan pria itu yang Clara harapkan, kemana Sean? Mengapa Sean tak datang menjemputnya?
Namun meski begitu Clara tetap berjalan menghampiri Robert, jelas Clara tau siapa Robert. Pria itu merupakan orang kepercayaan Sean sejak dulu. Pria itu sering Clara temui saat dimana dirinya masih tinggal di Indonesia. Dan kali ini wanita itu kembali ke Indonesia, ia merindukan Sean.
"Kemana Sean?" tanya Clara sembari memberikan kopernya pada Robert.
Robert menerima koper itu lantas membawanya, "Tuan Sean sedang sibuk dengan pekerjaannya, Nona."
Clara mengagguk, mereka berjalan dengan Clara sebagai pemimpinnya. Tentu hanya ada Robert saja, tidak seperti Lyora yang selalu pergi dengan para bodyguard dibelakangnya. Mungkin karena Lyora seorang wanita yang istimewa di hidup Sean sedangkan Clara? Entahlah, wanita itu hanya angin lalu semata.
"Aku ingin membeli beberapa pakaian terlebih dahulu," kata Clara setelah dirinya dan Robert sudah memasuki mobil.
Robert mengagguk, "Baik Nona."
Clara menyumpal telinganya dengan airphone, wanita itu tampak tersenyum sembari memandang ke luar kaca mobil. Senang rasanya dapat kembali ke Indonesia dan menemui Sean. Sudah lama ia mengaggumi pria itu namun selalu saja gagal. Sikap Sean yang dingin nan tak tersentuh membuat Clara harus menelan kenyataan jika tak semua yang ia mau dapat dirinya dapatkan. Akan tetapi Clara tak akan pernah mau menyerah sebelum mendapatkannya.
"Sudah sampai, Nona."
Clara mengagguk, wanita itu tampak keluar dari dalam mobil setelah Robert membukakan pintu mobil untuknya, "Kau tak perlu membuntuti ku, berikan saja aku uang."
"U-- uang, magsudmu nona?" tanya Robert tak mengerti.
"Ck, iya uang! Sean pasti tak memberi mu black cardsnya bukan? Untuk itu berikan saja aku uang yang banyak," jawabnya.
Robert sungguh bingung, pasalnya tuannya itu tak memberi perintah apapun padanya selain menjemput wanita bernama Clara di Bandara.
"Baiklah, tolong tunggu saya sebentar Nona." Setelah mengatakan itu Robert pergi meninggalkan Clara. Ia mencari tempat yang cukup jauh dari wanita sialan itu. Jika boleh berkata jujur mungkin Robert akan dengan senang hati mengatakan jika dirinya sangat tak suka pada Clara. Berbeda dengan Lyora yang tampak baik hati dan lebih seperti menjadi dirinya sendiri bukan Clara yang lebih menyerupai jalang berwujud wanita elegan.
"Hallo, Tuan. Nona Clara meminta uang cash, apa yang harus saya lakukan?" tanya Robert setelah panggilan sudah tersambung. Ia memang menghubungi tuannya untuk memberi tau prihal apa yang Clara lakukan.
Terdengar helaan nafas di sebrang sana, "Jalang itu selalu saja merepotkan. Berikan saja dia uang, dan satu hal lagi-- jangan laporkan seluruh tentangnya padaku. Aku sungguh muak mendengar namanya saja."
Robert mengagguk meski dirinya tau Sean tak melihatnya, "Baik Tuan seperti perintahmu."
Tut.. tut…
Panggilan terputus dan Robert sudah terbiasa dengan perlakuan tuannya, Sean memang tampak enggan berbasa-basi.
Sebenarnya ia benar-benar kesal pada Clara, toh Lyora juga yang sudah jelas merupakan calon istri Sean tak pernah membuatnya merasa serba salah seperti sekarang ini. Biarkan saja, mungkin suatu saat nanti Sean akan menyingkirkan Clara dari Indonesia, tak pernah Robert bayangkan bagaimana jika Clara benar-benar menetap bersama Sean dan Lyora di mansion, sudah dipastikan dirinya kewalahan dengan segala tingkahnya.