"Astaga Lyora!! Mengapa kau menunggu disini!" pekik Rachel sembari menghampiri Lyora— yang tengah terduduk seorang diri di halte bus. Ya, hanya seorang diri. Wanita itu tampak begitu memprihatinkan dengan hanya menundukkan kepalanya. Bahkan hari sudah mulai malam, apa wanita itu benar-benar tak memiliki rasa takut sama sekali?
Tak ada jawaban yang Lyora berikan, namun tiba-tiba saja Lyora berhamburan kepelukan Rachel, "Bawa aku pergi dari sini dan jangan katakan pada Sean aku pergi bersamamu."
Rachel membalas pelukannya meski ia sendiri masih tak mengerti mengapa dan ada apa dengan Lyora, "Baiklah kita pergi dari sini, aku tidak akan memberi tahu kekasihmu."
Lyora melepaskan pelukannya dari Rachel, ia menghapus air matanya, "Ayo!"
Disepanjang perjalanan Lyora hanya bungkam, menatap lurus ke dapan tanpa mengatakan sepatah katapun. Pikirannya masih sangat berkecamuk, ia memikirkan mengapa Sean sama sekali tak memberi perlawanan saat wanita sialan itu menyentuh lengan kekarnya. Oh, dan jangan lupakan sesuatu hal yang begitu penting, ada apa dengan Lyora? Mengapa Lyora terlihat begitu agresif? Memalukan sekali.
"Sudahlah, jangan bersedih seperti itu. Kau tau? Aku memiliki seorang anak kecil yang sangat menggemaskan, aku jamin dia akan mengembalikan mood mu," ucap Rachel mencoba menghibur.
Lyora mendengar, namun pikirannya masih tertuju pada Sean dan wanita yang Sean bawa itu. Itu bahkan sangat menyebalkan.
"Kau tak ingin bercerita pada ku?" tanya Rachel penasaran karena Lyora sedari tadi hanya diam. Rachel khawatir, mengapa Lyora memilih meninggalkan mansion Sean, apa mereka bertengkar? Namun karena apa?
Lyora menggelengkan kepalanya, "Tidak Rachel, aku akan bercerita padamu nanti."
Baiklah, kali ini saja Rachel akan memilih diam. Mungkin memang benar jika Lyora masih belum ingin menceritakan masalahnya sendiri. Rachel percaya semua orang yang ada di dunia ini pasti memiliki masalahnya sendiri, tak ada yang tak memiliki masalah. Entah itu berat, ringan, sulit sekalipun mudah semua merupakan masalah. Bahkan dirinya sendiripun mengaku memiliki masalah yang begitu rumit.
Hingga akhirnya mereka memilih bungkam disepanjang perjalanan, dengan Rachel yang terus fokus pada jalanan dan Lyora yang masih terpaku pada pikiran-pikiran negatifnya. Bagaimana dengan Sean, bagaiman dengan wanita sialan itu, apa hubungan yang mereka miliki dan mengapa Sean sampai berani menyalahkannya hanya karena wanita itu?
Lyora masih mengingat dengan jelas tatapan dingin yang Sean pancarkan, ia tau betul jika Sean tak pernah menatapnya sedingin itu.
***
"Rachel, kau benar-benar memiliki seorang anak?!" pekik Lyora sembari menghampiri anak kecil berusia sekitar dua tahun.
Belum sempat Rachel memberi jawaban pada Lyora, wanita itu sudah berlari meninggalkannya sendiri membuat Rachel hanya mampu geleng-geleng kepala dibuatnya. Mengapa Lyora sangat mahir merubah suasana hatinya.
Anak itu tampak begitu cantik dengan mengenakan pakaian berwarna merah jambu menambah kesan feminimnya. Hidung mancung, pipi tembem, bibir tipis yang sangat menyerupai Rachel dan jangan lupakan iris mata hijau itu mampu menghipnotis siapa saja yang melihatnya. Namun, satu hal yang menjadi pertanyaan Lyora, darimana anak itu mendapatkan iris mata hijau? Karena Rachel sendiri memiliki iris hitam pekat.
Ah, tentu saja dari ayahnya. Mengapa Lyora selalu memikirkan hal yang tak harus dirinya pikirkan, entahlah, Lyora pun merasa bingung.
Lyora— wanita itu sangat menyukai balita, apapun dan siapapun sekalipun anak itu tak memiliki hubungan darah dengannya. Lyora sungguh mencintai anak kecil, entah mengapa namun itulah adanya.
"Hai sayang, siapa namamu?" tanya Lyora. Seorang anak yang mendapat pertanyaan seperti itu dari Lyora hanya mampu menatap Lyora bingung-- mungkin karena anak itu tak mengenal Lyora sebelumnya.
Rachel datang sembari terkekeh geli, "Namanya Sofia, dia baru menginjak usia dua tahun minggu lalu."
"Sofia sayang, kenalkan teman Mami, kamu bisa memanggilnya Aunty Lyora," sambungnya.
Lyora menatap Rachel bingung, "Kenapa aku tidak tau kalo kau sudah menikah Rachel--
Ting! Tong!
"Ah, sebentar ya." Rachel pergi untuk membukakan pintu rumahnya, ia sangat bersyukur dapat terhindar dari pertanyaan yang Lyora lontarkan, setidanya ia dapat menghindari pertanyaan yang Lyora berikan, ia sungguh bingung harus mengatakan apa pada Lyora dan jawaban apa yang pas untuk membeberkan semuanya. Sedikit merasa takut, karena selama ini semua yang ia temui dan semua yang tau akan apa yang terjadi, mereka selalu menyalahkan Rachel sendiri, tentu Rachel benci itu.
Sedangkan Lyora, wanita itu tampak kembali membujuk Sofia agar mau berbicara padanya, ya walaupun Sofia hanya mau berbicara padanya sepatah dua patah kata saja. Namun tak dapat Lyora pungkiri, ada rasa senang melihat seorang anak kecil berada dihadapannya.
"Mami!! Mami!!" pekik Sofia.
Lyora tersenyum sembari merentangkan tangannya, "Ayo Aunty antar pada Mami."
"Antal?" Lyora mengagguk sebagai jawaban.
Oh God! Sofia sungguh menggemaskan, ingin rasanya Lyora membawa Sofia ke mansion Sean.
Sofia mendekatkan diri pada Lyora, ia bahkan dengan senang hati berjalan ke arah Lyora dan membiarkan wanita itu menggendong tubuh mungilnya.
"Sofia kau sangat berat," gurau Lyora menggoda Sofia. Sedangkan Sofia mulai tertawa geli karena Lyora menusuk-nusuk hidung Sofia pelan.
Lyora tak tau mengapa Rachel sangat lama sekali, ada apa dengan wanita itu? Apa yang datang kali ini Sean? Ah tidak, ia yakin Sean tak akan mengetahui keberadaannya karena Lyora sendiri sudah memberi tahu Lyora agar tak membocorkan keberadaannya pada Sean.
"Marcel," kata Lyora kala ia melihat Marcel yang masih berada di luar sedangkan Rachel tengah berdiri sembari melipatkan kedua tangannya didada.
Marcel yang menyadari keberadaan Lyora tersontak bukan main, "Lyora? Sedang apa kau disini?"
Rachel ikut mengalihkan arah pandangnya pada Lyora yang tengah menggendong Sofia- anaknya. Rachel dibuat heran dengan keadaan, ia melirik Marcel dan Lyora bergantian, "Apa kalian saling mengenal?"
"Tentu saja, Lyora kekasih kakak sepupu ku," jawab Marcel.
Lyora mendekat, "Apa kalian juga saling mengenal?"
"Ti--
"Papi!! Papi!! Fia mau Papi!!" tukas Sofia antusias sembari mengulurkan kedua tangannya pada Marcel.
Lyora semakin dibuat bingung dengan keadaan, ia bahkan melirik Rachel dan Marcel bergantian, ia menginginkan jawaban yang pasti dari keduanya.
"Ayo sayang anak Papi yang cantik." Marcel meraih tubuh mungil Sofia kedalam pangkuannya. Hal itu tak luput dari penglihatan Lyora.
"Ayo, akan kujelaskan.." Rachel tersenyum pada Lyora sembari merangkul Lyora agar ikut masuk ke dalam rumahnya diikuti oleh Marchel.
Percaya atau tidak, ada banyak pertanyaan yang ingin Lyora lontarkan. Namun Lyora memilih untuk mendengar penjelasan mereka terlebih dahulu.
Apa Marcel benar-benar suami Rachel? Mengapa Lyora tak pernah mengetahui itu? Bahkan saat makan malam bersama keluarga besar O'Pry pun Marcel tidak membawa Rachel. Lantas mengapa dan ada apa? Apa mungkin mereka sudah bercerai dan Rachel mendapat hak asuk putri mereka? Ah, mengapa ini sangat rumit.