Chereads / LYORA IS MINE / Chapter 23 - BAB 23 - LYORA IS MINE

Chapter 23 - BAB 23 - LYORA IS MINE

Sean melangkah memasuki kediamannya dengan langkah lebar, ia tampak tergesa dengan tatapan dingin khasnya. Seperti biasa, seluruh maid serta beberapa koki tampak berbaris rapi menyambut sang tuan. Namun, wanita yang sedari tadi ada didalam pikirannya tak kunjung ia temukan.

"Mary, dimana Lyora?" tanya Sean sembari mengulurkan tas kerjanya yang disambut baik oleh Mary.

Mary membungkuk hormat, "Selamat sore, Tuan— Nona ada di kamarnya."

Sean mengagguk, ia menatap Mary yang tengah menunduk ketakutan, tak seperti biasanya Mary begitu, "Ada lagi?"

Mary semakin dibuat gugup oleh pertanyaan yang Sean lontarkan. Namun mau bagaimana pun juga dirinya harus mengatakan hal ini pada Tuannya, "Nona belum makan sama sekali, pagi pun hanya memakan beberapa keping kue dan yogurt saja."

Sean memang pergi tanpa berpamitan pada Lyora terlebih dahulu, ia sungguh tak tega jika harus membangunkan Lyora di pagi hari, alhasil ia pergi tanpa membangunkan wanitanya, ia tak tau jika semuanya akan kacau begini. Padahal ia sudah mewanti-wanti pada Mary agar mengingatkan Lyora makan.

"Mengapa kau tidak memberi tahu ku!?" tegasnya menatap tajam ke arah Mary.

Mary semakin gelagapan, ia lantas kembali membungkukan tubuhnya berkali-kali, "Maafkan saya tuan, saya sudah berusaha menghubungi tuan, tapi tidak ada jawaban."

Shit! Ini memang salahnya, karena berkas sialan itu ia sampai melupakan benda pipih miliknya.

Sean menghembuskan nafasnya kasar, "Lalu kenapa tidak memberitahu Robert saja!? Biar dia yang memberitahu ku!"

"Maaf atas kecerobohan saya tuan, maafkan saya!" Mary terus membungkukkan tubuhnya berkali-kali. Sungguh, ia sangat ketakutan kali ini, tuannya itu sangat menyeramkan jika sedang marah.

"Antarkan makanannya ke kamar sekarang!" finnalnya sembari pergi dengan langkah lebarnya.

"Baik, Tuan!" Mary akhirnya dapat bernafas dengan lega.

***

Sean membuka pintu kamar, di lihatnya Lyora yang tengah memainkan ponsel miliknya sembari tengkurap di atas tempat tidur. Ia mencoba menghampiri wanitanya meski dirinya sendiri tak tau apa Lyora marah padanya atau tidak.

"Sayang?" Sean duduk di sisi ranjang sembari memandang Lyora. Di layarnya terpampang sebuah game yang tengah wanita itu mainkan.

Tak ada jawaban, Sean mulai sadar jika Lyora memang benar tengah merajuk. Sean tau betul, Lyora tak pernah mengacuhkannya seperti ini.

"Hei? Sedang apa?" ulang Sean, lengan kekar pria itu terulur mengusap lembut surai wanitanya penuh kasih sayang. Namun, tak kunjung mendapat jawaban, Lyora terus fokus pada layar ponsel di hadapannya itu.

Sean menghembuskan nafasnya pelan, ia harus berusaha sabar karena dirinya tau ini murni kesalahannya sendiri, "Kenapa belum makan, hm?"

Seolah tuli, Lyora hanya diam tanpa memberi respon apapun.

Tok! Tok!

Sean mengalihkan arah pandangnya, disana— Mary dengan troli makanannya tengah berdiri. Kebetulan sekali Sean tak menutup pintunya karena tau Mary akan datang membawa makanan ke kamar atas perintahnya.

"Masuklah!" titah Sean dingin. Mary mengagguk, lantas berjalan masuk sembari mendorong trolinya. Dengan telaten, Mary meletakan berbagai hidangan di atas meja yang terletak tak jauh dari tempat tidur berada.

"Kau boleh kembali!" kata Sean menyuruh Mary untuk pergi.

Mary membungkukan tubuhnya hormat, "Baik Tuan, saya permisi."

Mary berjalan, kembali membawa teorinya itu. Wanita paruh baya itu tampak profesional dalam melakukan pekerjaannya. Tak heran jika Mary menjadi kepala maid di mansion ini.

Setelah kepergian Mary, Sean kembali memandang Lyora yang masih saja fokus pada game di ponselnya, Sean mendekat dan—

Cup!

Satu kecupan singkat mendarat di pipi Lyora. Tak ada perlawanan, tak ada protes yang Lyora layangkan. Lyora benar-benar menganggap Sean tak ada.

"Kenapa diam saja?" tanya Sean mulai bingung harus melakukan apa.

"Apa peduli mu?" ketus Lyora membuat Sean tersenyum dalam diam. Ia senang, setidaknya Lyora sudah mau memberi respon padanya.

Sean kembali membelai surai Lyora, "Bukan seperti itu sayang. Aku memang peduli padamu, aku tak ingin kamu sakit, ayo sekarang makan—

"Tidak Sean! Pergilah!" tukas Lyora tanpa mengalihkan arah pandangnya, wanita itu tampaknya benar-benar marah pada Sean.

Cukup sudah, Sean tak ingin begini. Ia meraih ponsel yang tengah Lyora pegang, namun—

Tetap tak ada pergerakan dari Lyora, wanita itu memilh untuk menyembunyikan wajahnya di bantal. Sean menghembuskan nafasnya kasar, tak masalah jika Lyora sudah makan, namun jika belum sama sekali rasanya Sean ingin menyuapi Lyora dengan mulutnya saja.

Sean ikut berbaring di atas tempat tidurnya setelah melepas sepatunya, pria itu mencoba membalikan tubuh Lyora dan dengan mudah memindahkan Lyora ke atas tubuhnya, "Maafkan aku, tadi pagi kamu begitu pulas tertidur, aku jadi enggan membangunkanmu."

Lyora tampak memberontak, namun mau bagaimana pun juga tenaganya tak sebanding dengan tenaga milik Sean, "Kenapa tidak membalas pesan ku? Dan kenapa tidak menerima panggilanku, huh?" kesalnya.

"Aku sibuk sayang," balas Sean menatap Lyora penuh arti. Tak ada kebohongan yang Sean pancarkan, namun tetap saja Lyora tak suka itu.

"Apa kesibukan mu bisa melupakan ku?" tanya Lyora. Jelas Lyora tau jawabannya, namun dirinya tak ingin mempermudah Sean dengan memaafkan pria itu begitu saja.

"Tidak sayang, tolong mengerti ya?" Sean kembali mencuri kecupan di bibir, hidung, kening dan pipi Lyora. Berkali-kali pula Lyora mencoba menghindari kecupan Sean walau hasilnya selalu gagal.

"Baiklah, sekarang apa yang harus aku lakukan agar kamu mau memaafkan ku dan mulai makan?" tanya Sean setelah puas menciumi wajah Lyora, oh tidak— jelas Sean tak akan pernah merasa puas, Sean pikir dirinya kecanduan apapun yang menyangkut Lyoranya.

"Sayang," panggil Sean lembut.

Lyora kembali memberontak, "Lepas Sean!!"

"Maafkan aku." Sean tampak acuh dengan terus menggumamkan kata maaf untuk Lyora.

Sean melirik sekilas ke arah meja, "Apa kamu tidak suka makanannya? Biar aku minta Mary mengganti makanannya atau kamu mau makan—

"Tidak! Aku tidak lapar!" tukas Lyora.

"Sayang, kamu harus makan. Katakan, apa yang harus aku lakukan?" tanya Sean lagi. Sean sepertinya tak akan menyerah kali ini. Atau mungkin sebentar lagi Lyora lah yang akan menyerah?

"Tidak ada! Pergilah."

Sean memutar akalnya, ia sungguh harus membuat Lyora makan. Tentu saja, ia sangat mengkhawatirkan Lyora, ia tak ingin Lyora jatuh sakit. Ia menginginkan yang terbaik untuk Lyora, bukankah hal yang wajar jika Sean terus mendesak Lyora agar mau memakan makanannya?

"Sayang, bukankah kamu ingin pergi berbelanja bersama Rachel?" tanya Sean tiba-tiba membuat Lyora diam.

Ya, Lyora benar-benar diam dengan apa yang Sean katakan. Tanpa Lyora ketahui, Sean mulai menyunggingkan senyumnya, ia tentu tau sebentar lagi Lyora akan luluh padanya.

"Kamu mau mengizinkan ku dan Rachel pergi?" tanya Lyora masih dengan nada ketus namun kali ini wanita itu mau balik menatap Sean.