Chereads / JAVAS AND OCEAN / Chapter 8 - Bunga Seroja

Chapter 8 - Bunga Seroja

Happy Reading

***

Berlapis kaca tebal bening sebagai salah satu muka dinding ruang rapatnya. Pupil mata Ocean menyipit saat ia melihat cahaya matahari yang mulai meninggi. Kelopak matanya berkedip pelan, menyesuaikan dengan langit yang begitu cerah tanpa adanya awan yang menutupinya.

Pikirannya saat ini tidak sedang ada di ruang rapat yang memiliki desain klasik modern ini. Tidak ada hiasan dinding yang menggantung di dinding-dinding yang didominasi warna abu-abu gelap yang membuat ruangan ini tampak luas dan terlihat sangat sederhana untuk ukuran Meeting Room.

Tapi, ada satu hal yang membuat ruangan rapat ini tampak terlihat berkelas dan sangat amat mahal yaitu dengan adanya meja kayu jati yang berukir penuh 'Bunga Seroja'. Yang permukaan mejanya dilapisi kaca setebal 5 mm untuk melindungi ukiran itu agar tidak rusak atau pun tergores oleh benda-benda tajam.

Meja kayu ini memiliki panjang 7.5 meter dan lebar 2.5 meter yang terletak tepat di tengah ruangan rapat. Meja ukir ini sengaja di letakkan di sini oleh Papanya karena sebagai point of view untuk menarik perhatian. Tanpa menyombongkan kekayaannya pun jika melihat meja ukir ini, pastilah sudah menunjukkan 'Kelasnya' membuat semua orang selalu terkagum-kagum dengan hasil ukiran Bunga Seroja yang tampak indah dan menawan.

Siapa yang membuat meja ukir itu?

Entahlah?

Di istana megah milik keluarga Cakrawala pun ada meja ukir serupa dengan penambahan 'Bunga Casablanca Lily' setiap ukirannya. Namun, ukirannya jauh lebih rumit dari meja yang ada diruang rapat ini.

Kata Papa, Meja berukir Bunga Seroja dan Bunga Casablanca Lily yang ada di Istananya adalah hadiah untuk Mamanya karena telah berhasil melahirkan Putra Cakrwala, berjenis kelamin laki-laki yang diberi nama Ocean Cakrawala.

Kapan-kapan Ocean akan menanyakan pada Papa dan Mamanya tentang filosofi Bunga Seroja dan Bunga Casablanca ini. Dan kenapa harus Bunga Seroja dan Bunga Casablanca Lyli? Bukankah masih banyak jenis bunga didunia ini yang tidak kalah jauh lebih indah dari kedua bunga itu? Misalkan anggrek bulan? Mawar? Ester? Tulip?

Atau apalah!

Dan sebenarnya, ada banyak juga bunga seroja yang mengambang dikolam yang terletak di halaman depan istananya dan tidak hanya jenis bunga Lily saja-ada banyak juga berbagai jenis tanaman bakung-bakungan yang di tanam di taman belakang istananya.

Boda amat!!

Yang jelas! Yang Ocean tahu, meja ukir kayu jati yang terlihat sangat amat mahal ini sudah ada sejak perusahaan Edificio milik Papanya berdiri dan dioperasikan. Dan gedung Edificio memiliki 33 lantai sebagai pusat semua usaha yang Papanya rintis dari Nol.

Sekarang, sebelum di resmikan menjadi Pemilik Perusahaan Edificio secara sah dan permanen yang perlu Ocean lakukan adalah menjalani apa saja yang diperintahkan Papanya-Mahad Cakrawala. Jika ia membangkang, entahlah apa yang akan terjadi pada jantung Papanya.

Hem…

Ocean menghirup udara Ac bercampur dengan pengharum ruangan beraroma jeruk kesukaannya. Ia mengambil pulpen dengan asal untuk menutupi kegelisahannya. Ia sedang tidak fokus karena sedang memikirkan sesuatu. Walau sayup-sayup terdengar, ia sedikit tidak memperdulikan presentasi yang sedang dibawakan oleh salah satu direktur yang dimiliki oleh Edificio.

Hanya saja…

Ini bukanlah sikap seorang calon pemimpin perusahaan yang diinginkan Papanya. Yang harus selalu fokus dalam bekerja. Sebagai calon pemilik perusahaan Edificio yang bergerak dalam berbagai bidang konstruksi serta tambang batu bara. Ocean selalu dituntut menjadi pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan yang tegas dan berwibawa. Tidak menye-menye dalam setiap pembawaan dirinya.

Selalu yang dikatakan Papanya.

Berwibawa, berkharisma, Gentleman dan Cakap!!

Menurut Papa, itu point penting yang harus dimiliki Ocean jika kelak ia memimpin perusahaan sebesar Edificio ini. Agar semua para petinggi-petinggi negara selalu berada dalam circle perusahaannya dan tidak lupa agar semua bawahannya selalu tunduk dan menghormatinya tanpa adanya embel-embel syarat dibelakangnya.

Huh!

Ini cara kerja Papanya-Mahad Cakrawala.

Tapi??

Deg!

Semakin Ocean berusaha mengalihkan gelisahan akan pikirannya dari pria bermata biru itu, justru Ocean kembali terjebak dalam pesona pemilik mata biru sedalam lautan itu!

Shit!

Ocean mendengus kesal pada dirinya sendiri. Tanpa sadar giginya beradu dalam keterdiamannya, meringankan beban hatinya yang sedang tidak menentu.

"Siapa dia?" batin Ocean gelisah, menggigit bibirnya secara refleks bentuk dari kekecewaannya karena tidak sempat berkenalan dengan Pria bermata biru itu, "Kapan lagi aku bisa menemukannya?" Dengan menahan kebingungan akan dirinya. Ia mengetuk-etuk pulpen diatas meja, suara ketukannya berirama menggema seantero ruangan raoat ini.

Salah satu kaki Ocean disilangkan, bertumpu pada kaki lainnya. Di sinilah Ocean saat ini duduk diatas singgasana memimpin rapat seperti biasanya, namun kali ini hatinya sedang gelisah memikirkan Pria bermata biru yang mampu membuat jantungnya berdetak lebih cepat dan membuat otak pintarnya memikirkan segala sesuatunya dengan lambat.

"Tuan Ocean Cakrawala." Panggil salah seorang pria bernama Husni-asisten pribadi sekaligus sahabat Ocean. Sejak tadi dia memanggil Ocean namun yang dipanggil hanya diam saja, memainkan pulpen di jarinya dan yang membuatnya aneh adalah sesekali Tuannya ini menggigit-gigit pulpen itu hingga meninggalkan bekas diujung pematik bolpoin yang terbuat dari besi.

"Oce!" panggil Husni sekali lagi, kali ini agak keras. "Tuan Ocean Cakrawala!"

"Hem," sahut Ocean sekenanya. Ini jawaban Ocean jika sedang malas berdebat dengan Husni. Ia sedang tidak ingin di ganggu.

Dia tidak ingin jika lamunan tentang pria bermata biru itu dibuyarkan begitu saja oleh Husni-teman yang sudah dikenalnya selama 15 tahun. Mungkin Husni adalah Sahabat terbaiknya! Entahlah! Yang jelas, kadang sikap Husni membuatnya ingin membunuhnya dalam sekali tusukkan-menggunakan pulpen yang sedang dipegangnya ini.

"Oce!"

Satu hal yang Ocean tidak sadari jika calon pemimpin perusahaan Edificio ini sedang diperhatikan oleh 20 pasang mata yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan keheranan.

"Tidak biasanya Tuan Ocean melamun dalam rapat seperti ini? Oh! Atau gara-gara insiden benturan itu? Aih! Kenapa Tuan Ocean masih memaksakan mengikuti rapat jika keadaanya sedang tidak baik-baik saja. Istirahatlah tuanku." Seperti itulah kira-kira yang ada di pikiran mereka saat ini. Terutama karyawan wanita yang mencari perhatian Ocean lewat tatapan mereka, berharap Ocean menotice mereka.

"Rapat, Oce." Husni mengernyit heran. "Kita dalam mode rapat Tuan Ocean Cakrawala!" Husni menekan suaranya, supaya dia tidak berteriak di depan wajah pemilik perusahaan sekaligus sahabat terbaiknya ini.

"Eh?" Mata Ocean mengerjap tak terkendali, semua pasang mata tidak lepas melihatnya dengan tatapan campuran. Antara sedih, terharu, perhatian, menyelidik, kebingungan dll.

"Jika Tuan tidak enak badan, kita bisa lanjutkan rapat ini nanti, besok, lusa atau kapan-kapan tuan," ucap salah satu karwayan yang memang murni mengkhawatirkan tuannya.

Ocean sekilas melihat Husni, bibirnya komat-kamit lirih memaki sahabatnya ini. Bisa-bisanya ia dibiarkan melamun didalam rapat dan lagi, yang dipikirkannya bukan pekerjaan melainkan pria bermata biru itu.

Sial!

"Iya, tuanku. Saya dengar Anda…"

"Ah!" Potong Ocean cepat, masih tetap melihat Husni. Kali ini matanya lebih membulat menatap Husni. Harusnya tugas Husni sebagai asisten untuk mengingatkannya jika ia sedang dalam mode rapat.

"Lho, kok?" batin Husni yang tahu akan maksud komat-kamit dan tatapan Ocean.

"Saya tidak apa-apa. Lanjutkan saja rapatnya," kata Ocean membenarkan jas-nya, mengumpulkan kembali konsentrasinya.

"Tidak apa-apa, tuanku. Silahkan jika tuan mau beristirahat. Kapanpun tuan siap silahkan saja adakan rapatnya. Kapanpun Anda memintanya kami akan siap sedia akan ada untuk tuan." Kata salah satu staf karyawan dengan tutur kata penuh pengertian pada Ocean.

Semua staf karyawan yang ada dibawah kepimpinan Ocean sangat amat sangat menghormatinya. Sebab, Ocean adalah pemimpin yang terkenal ramah, perhatian, sopan dan baik. Dia tidak pernah menyombongkan barang sepersen pun kekayaannya pada siapapun. Tidak pernah bersikap semena-mena pada bawahannya. Selalu bersikap profesional dalam keadaan apapun. Hanya siang ini tuannya sedang tidak fokus.

"Ok, ok. Baiklah! Serahkan semua laporan presentasi yang saya lewatkan," ucap Ocean dengan penuh kewibawaan.

Salahnya juga tidak fokus!

"Saya sudahi saja rapatnya. Sekali lagi maafkan saya karena kurang berkonsentrasi dalam rapat kali ini," lanjutnya lagi. Ocean berdiri dari duduknya lalu membungkukkan sedikit tubuhnya, memberikan rasa penghargaan pada seluruh karwayannya yang sudah hadir dalam rapat ini.

Dengan gugup dan penuh kehormatan semua karyawan membalas penghargaan dan permintaan maaf Ocean dengan senyum ketulusan serta membungkukkan setengah tubuhnya dengan teramat bangga pada tuannya-mereka selalu bersyukur jika Tuanya ini adalah Bos yang baik dan tidak semena-mena pada bawahnya.

Dan mereka semua secara langsung, memaklumi apa yang terjadi pada tuannya sebab berita yang mereka dapatkan jika Tuannya baru saja mengalami insiden benturan mobil yang mengakibatkan bemper mobilnya penyok. "Pasti kepala tuanku pusing," batin ke-20 karyawan dengan perasaan cemas pada tuannya. Diam-diam mereka pun mendoakan kesehatan serta keselamatan Ocean, dimana pun Ocean berada.

"Terima kasih untuk hari ini." Tutup Ocean.

"Sama-sama, tuan." Serempak mereka menjawab, "Tuan jangan lupa beristirahat!" seru para karyawan wanita dengan senyum sumringah tak tahu malu. "Jangan memikikirkan apapun lagi iya? Hwaiting!" seru mereka serempak.

"Haha, iya … iya." Kekeh Ocean melihat kelakuan genit para karyawan wanitanya. Jika Qanshana tahu, bisa-bisa mereka digoreng dalam kuali. "Silahkan!" Ocean mempersilahkan mereka semua keluar dari ruangan rapat.

Setelah ssmua keluar, tinggallah Ocean dan Husni

"Kau!!" Ocean melempar pulpen pada Husni yang sedang merapikan meja kerjanya.

"Apa salahku?" tanya Husni mendelik pada Ocean. Hanya dia yang berani bersikap seperti ini pada Ocean.

"Ini ruangan rapat! Kau asistenku! Kau sekertarisku! Kau sahabatku! Bisa-bisanya kau membiarkan aku melamun! Dasar! Kupecat baru tahu rasa!!" Ocean berseru.

"Tuan Ocean Cakrawala yang terhormat! Tuan Ocean yang sangat pintar! Tuan Ocean Pemilik perusahaan Edificio yang tercinta… " Husni meletakkan berkas yang sudah di rapikan di depan Ocean dengan penuh kesabaran.

"Belum!" sambar Ocean dengan ketus. Menggeser berkas yang setinggi gunung. Tiba-tiba saja perutnya mual melihat berkas ini.

"Cih! Aku sudah memanggilmu hampir 5 kali, Oce!! Tapi matamu!!" Husni menunjuk matanya sendiri, "Hilang fokus!" Lalu ia mengambil pulpen yang dilempar Ocean, "Kau lihat ujung pulpen ini! Ini hasil dari lamunanmu Tuan Ocean!!"

Bla … bla … bla

Husni sedang berceramah!

Ocean memutar bola matanya dengan malas mendengar ceramah Husni. Lalu ia hanya bisa menahan tawa saat melihat wajah Husni yang terlalu tegang dan tidak bisa menyalurkan kemarahannya karena yang ada dihadapanya adalah Bosnya.

Ting…

Ada notifikasi pesan masuk. Ini dari bibi Sari yang memberikan alamat apartemen anaknya.

[Kami tunggu kedatangan kalian, Oce]

Ocean tidak membalas pesan Sari. Justru ia meneruskan pesan itu pada Mama dan Papanya. Supaya orangtuanya saja yang memastikan kebenaran akan sepasang suami istri yang mengaku sebagai sahabat orangtuanya itu

"Astaga!!" seru Husni membuat Ocean menolehkan kepalanya, melihat Husni yang sepetinya terlihat lelah karena baru saja mengomel. "Aku sedang bicara, Ocean!!"

"Bicaralah," sahut Ocean santai.

"Cih! Qanshana membuatkanmu bekal untuk sarapan tidak?" tanya Husni dengan tatapan menyelidik. Apa mereka sedang bertengkar? Tidak biasanya Ocean tidak sarapan. Biasanya sebelum mengikuti rapat tadi pagi pasti Ocean akan menyempatkan diri memakan sarapan yang di siapkan oleh Qanshana. Dan biasanya jika sedang tidak bersama Qanshana, Mamanya yang selalu menyiapkan bekal untuk Ocean.

"Oce!!" sentak Husni semakin gemas, setiap pertanyaannya tidak ada yang dijawab sejak tadi.

Ocean menggeleng kecil dengan raut wajah kesal pada Husni, "Tapi Qanshana akan membawakanku makan siang," ucap Ocean melihat waktu dijam tangannya.

"Ah, belum sarapan ternyata. Pantas! Tidak biasanya kau melamun seperti ini. Kau butuh asupan makanan bergizi supaya otakmu terisi oksigen dan tidak kebanyakan melamun." Husni menasehati sebisannya.

"Cih!" Ocean semakin mengerucutkan bibirnya. Ia berdiri dari duduknya.

"Mau kemana?!"

"Sarapan!!" seru Ocean.

"Ikut, Oce. Aku juga belum sarapan!"

"Bayar sendiri-sendiri!"

"Dasar bos pelit!!"

***

Salam

Busa Lin