Chereads / JAVAS AND OCEAN / Chapter 7 - Pria Bermata Biru

Chapter 7 - Pria Bermata Biru

Happy Reading

***

"Si-siapa dia?" gumam Ocean terkesiap melihat pria yang memiliki mata biru sedalam lautan itu. Pria bermata biru itu mengangkat salah satu tangannya berteriak meminta maaf sambil berjalan menghindari tatapan sinis dari beberapa pengendara mobil yang mengeluarkan kepalanya.

Ocean menepikan mobilnya dia tidak memperdulikan benturan mobil yang didapatkannya tadi dan dengan cepat ia turun dari mobilnya. Melihat keadaan sekitar untuk mengamati pergerakan Pria bermata biru yang sedang menarik tali tuntun anjingnya.

Dan yang Ocean lihat. Ia melihat seekor anjing malamute yang sedang ditarik oleh pemiliknya yang bermata biru itu secara paksa menyebrang jalan. Kepala pria itu mengangguk sopan dan penuh penyesalan pada setiap mobil yang dia lewati. Memohon maaf karena anjingnya sudah membuat ulah. Terlihat dari raut wajah tegas sang pemilik anjing itu jika dia sedang menahan marah pada anjingnya karena sudah membuat keributan di tengah jalan sepagi ini.

"Eh, jangan kasar pada binatang," gerutu Ocean mendengus kesal melihat perlakuan pria itu pada anjingnya. Matanya sedikit pun tak berpaling dari sang pemilik anjing yang saat ini sudah berjalan di trotoar. Bibir Pria itu terlihat komat-kamit tidak jelas, mungkin si anjing berbulu cantik dan seputih salju itu sedang dinasehati. "Awas saja jika dia sampai melakulan penyiksaan pada anjing cantik itu," batin Ocean, belum sampai ia selesai mengumpat tiba-tiba saja ia tertegun saat melihat sikap pria itu pada anjingnya. Walau wajah tegasnya terlihat penuh amarah dan kesal namun pria itu berusaha menggendong anjingnya yang mogok berjalan, menguji kesabaran sang pemilik anjing malamute itu. Tubuh gempal si anjing di puk-puk lalu dia mengelusnya dengan begitu lembut.

Hem, siapa dia? Siapa pemilik mata biru itu? Siapa pemilik anjing malamute itu?

"Kau tidak apa-apa?" Cegah seorang wanita yang terlihat memasuki usia pertengahan memegang tangan Ocean, suaranya terdengar khawatir saat ia akan berlari mengejar pemilik anjing itu.

"Eh." Ocean melirik sekilas pada wanita setengah baya itu. Lalu melihat si Pria--pemilik anjing yang sudah semakin jauh darinya. Ocean sedikit mendengus kesal karena ia berharap; setidaknya bisa menawarkan bantuan, menanyakan apakah anjingnya baik-baik saja? Apakah tubuh anjingnya terluka atau tidak sebab yang tadi dilihatnya jika anjingnya tidak mau berjalan dan menanyakan apakah keadaan pemilik anjing itu baik-baik saja atau tidak.

"Anak muda kau tidak apa-apa?" tanya wanita setengah baya itu memastikan sekali lagi sebab pemuda tampan nan karismatik ini hanya diam saja sejak tadi. Pikirnya pemuda ini syok karena mobil yang dikendarai suaminya menabrak bagian belakang mobil belakang Ocean.

"Aku tidak apa-apa Nyonya," jawab Ocean dengan senyum ramah, kembali menyadarkan lamunannya.

"Tapi bemper belakangmu penyok," timpal seorang pria yang usianya terlihat tidak jauh dengan wanita yang ada di sampingnya ini. Wajah pria itu terlihat amat cemas melihat dirinya. Pikiran polos Ocean, mungkin Pria ini adalah suaminya.

"Kemarilah," Pria itu melambaikan tangannya pada Ocean lalu dia menepuk-nepuk bagian belakang mobil Ocean.

"E-eh iya," ucap Ocean, mengerjapkan mata dengan wajah polosnya. Bukan karena masalah mobilnya, entah mengapa untuk sepersekian detik, pikirannya tadi sedang berkelana di taman bunga bersama pria bermata biru pemilik anjing tersebut.

Dengan menghembuskan napas panjang, menormalkan pikirannya kembali, Ocean berjalan ke arah belakang mobil untuk memeriksanya. Dari raut wajahnya, terlihat santai melihat adanya penyok di bagian tengah bemper mobilnya.

"Oh!" Ocean menganggukkan kepala mengerti. "Tidak masalah tuan." Ocean mengusap bemper mobilnya yang penyok. "Ini tidak terlalu parah, It's ok." Lalu Ocean melihat mobil klasik milik pasangan yang sudah lanjut usia ini, "Milik tuan juga penyok," ucap Ocean, menatap nanar pada mobil klasik yang terlihat menawan itu. Sayang sekali, mobil retro klasik Corolla DX KE70 berwarna hijau telur asin itu harus mengalami cacat seperti ini.

"Iya, tadi saya yang menabrak mobil Anda karena tadi Anda juga yang mengerem mendadak." Pria tua bersedekap penuh ketenangan, dia tidak akan menyalahkan pemuda ini. Jelas yang salah tetap pemilik anjing itu, sudah tahu ini jalan umum namun tetap membiarkan anjingnya berkeliaran di tengah jalan. Tidak hanya membahayakan anjingnya tapi pengendara lain pun akan terkena imbasnya. Dan siapapun jika berada di posisi ini akan melakukan hal yang sama juga. Mengerem mendadak karena terkejut.

"Berikan saya kartu nama tuan." Ocean berbicara sangat sopan dan ramah, "Biar nanti saya yang mengganti kerusakannya. Maaf 'kan saya membuat mobil retro klasik Anda rusak." Ocean merogoh kantung jasnya. "Ini kartu nama saya. Jika tuan butuh apa-apa hubungi saya langsung," ucap Ocean menyerahkan kartu namanya.

Dengan sangat antusias, Pria itu langsung mengambil kartu nama Ocean. Bukan apa-apa sejak tadi dia sangat penasaran dengan sikap ramah dan sopan Pemuda ini. Wajah dan sikap pemuda ini tidak asing untuknya.

"Ah, tidak perlu anak muda. Suami saya yang tidak hati-hati membawa mobilnya," ucap wanita tua itu tidak enak hati karena meskipun dia wanita, pun dia tahu jika mobil pemuda yang memiliki wajah hangat dan lembut ini adalah mobil yang sangat mahal. Dan hal itu menjelaskan segalanya saat wajah suaminya terlihat terkejut saat membaca nama pemuda itu di kartu namanya. Pikir istrinya, pasti pemuda ini adalah anak orang kaya daerah ini atau anak orang yang sangat berpengaruh.

"Ocean Cakrawala!!" Pria itu menyebut nama Ocean dengan suara bergetar.

"Hah, si-siapa, Pah?" tanya sang istri yang tampak terkejut juga. Lalu dia mengambil kartu nama itu.

"Kau putra satu-satunya Mahad Cakrawala?" tanya pria tua, tidak percaya. Wajah pria itu memancarkan begitu banyak arti pada Ocean. Yang jelas Pria itu terlihat sangat bangga padanya.

"Eh, i-iya, tuan," jawab Ocean salah tingkah melihat ekspresi pria yang hampir seumuran dengan Papanya itu, "Saya Ocean Cakrawala putra Tuan Mahad Cakrawala dan Maya Cakrawala. Tuan mengenal orang tua saya?" Ocean sekalian saja mengenalkan Mamanya, supaya tidak ada pertanyaan lagi.

"Ya Tuhan!" Wanita itu berseru, menepuk bahu Ocean. "Pantas saja!!" serunya lagi membuat Ocean semakin bingung dengan situasi ini. "Kami berdua sahabat orang tuamu, Ocean Cakrawala. Pantas saja wajahmu terlihat seperti perpaduan antara Mahad dan Maya," ucap wanita itu dengan sangat terharu.

"Kalian berdua sahabat Papa dan Mama? Ma-maksudnya apa?" tanya Ocean yang benar-benar tidak mengerti akan situasi ini.

"Ahaha!" kekeh Pria tua tidak kalah mengusap kepala pucuk kepala Ocean. Perlakuan hangat mereka berdua padanya membuat Ocean benar-benar salah tingkah.

"Kau terlihat sangat sopan dan tampan, Oce." Wanita itu mengusap lembut wajah Ocean. "Hem, pantas Mahad dan Maya sangat menjagamu."

"Eh?" Wajahnya kali ini bersemu merah. Sepasang suami istri ini terlihat begitu sangat hangat dan bersahabat pada dirinya.

Yang jelas pernyataan wanita itu benar, Mama dan Papanya bukan hanya menjaga dirinya tapi sangat Overprotektif padanya. Usianya sudah 25 tahun, tapi Papa dan Mamanya selalu menganggapnya berusia 2,5 tahun, hem.

"Panggil saja, Yasa." Pria itu mengulurkan tangannya pada Ocean dan dengan cepat pula Ocean menerima uluran tangan itu, "Dan ini isteri saya, Sari…"

"Paman Yasa dan Bibi Sari?" Ocean mengernyitkan keningnya, "Kalian berdua sahabat orang tua saya?" tanya Ocean memastikan sekali lagi. Siapa tahu kedua orang ini penipu, eh!

"Ehehehe," lagi Yasa hanya terkekeh melihat wajah curiga sekaligus bingung Ocean. "Katakan pada Mahad dan Maya, kami mengundang kalian bertiga untuk makan malam bersama."

"Mendadak sekali." Ocean menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, "Papa dan Mama…"

"Sudah … sudah! Papa mu tidak akan menolak ajakan kami, asalkan kau menyebut nama kita berdua, Ok." Kekeh Yasa sekali lagi. Dia menepuk bahu Ocean dengan penuh rasa bangga. Sebelum dia melangkahkan kaki memasuki mobilnya, "Katakan jika mereka tidak datang aku akan menculik putra kesayangannya ini!" seru Yasa tertawa lepas.

"Menculikku?" Mata Ocean mendadak bergetar keheranan.

"Papa jangan meledek Ocean!!" seru Sari menggelengkan kepala melihat tingkah suaminya ini. "Jangan didengarkan, Oce," ucap Sari, mengusap jas mahal Ocean dengan penuh perhatian. "Paman dan bibi akan menunggumu." Usapan lembutnya turun ke lengan Ocean, "Jam 7 malam, Ocean." Senyum sari mengembang penuh haru saat menyebut nama Ocean dengan begitu bangganya.

"I-iya, Bi. Tapi rumah bibi dimana?" tanya Ocean.

Sari tersenyum gemas mendengar pertanyaan dari Ocean, "Untuk 1 minggu ini Paman dan bibi akan tinggal di apartemen milik anak bibi. Kau sudah memberikan kartu namamu, nanti bibi akan menghubungi, Ok."

"Oh, ok, Bi." Ocean mengangguk ragu-ragu. Ia benar-benar tidak tahu siapa pasangan suami istri ini. Tiba-tiba saja mereka mengaku sebagai sahabat orang tuanya dan mengajak orang tuanya makan malam bersama. Dan mereka sangat ramah dan bersahabat pada dirinya.

Hati-hati, modus penipuan selalu beragam. Ocean mengangguk mantap atas pikirannya sendiri, ia harus memastikan pada Papanya terlebih dahulu siapa pasangan suami istri itu dan lagi…

Astaga!

Pria bermata biru menyenangkan itu?

"Hem … aku kehilangan jejaknya." Mata coklat hazel miliknya sedari tadi tidak lepas menyapu setiap trotoar yang kebetulan dilihatnya saat ia kembali mengemudikan mobilnya. Siapa tahu pria bertubuh tegap, berwajah tegas, berambut ikal dan tampan itu masih berada di sekitaran sini.

Eh…?

Deg! Deg! Deg!

Ada apa denganku? Ke-kenapa jantungku berdegup dengan sangat cepat? Apa ini?

***

Terima kasih yang sudah membaca sampai bab ini. ^^

Semoga kalian suka…

***

Salam

Busa Lin