Chereads / JAVAS AND OCEAN / Chapter 2 - Ocean Cakrawala

Chapter 2 - Ocean Cakrawala

Happy Reading

***

Ocean hanya mendengar pembicaraan mereka berdua tanpa ikut menyahut obrolan mereka.

Dalam benaknya, benarkah ia mencintai Qanshana Maheswari? Wanita yang ditemuinya tanpa sengaja di dek kapal pesiar saat ikut merayakan pernikahan sahabatnya tiga tahun yang lalu. Dan sejak pertemuan yang tidak sengaja itu, entah bagaimana caranya mereka berdua bisa menjadi sepasang kekasih dan menjalani hubungan sampai 3 tahun lamanya.

Yang jelas Qanshana-lah yang terlebih dulu mengutarakan isi hatinya dan walau setengah hati menerimanya, mungkin sikap manja dan perhatian Qanshana-lah yang mampu membuat seorang Ocean menerima cinta Qanshana saat itu.

Orang tua mereka berdua pun setuju dengan hubungan ini. Justru hubungan ini terbilang amatlah sangat mulus dalam kisah percintaan mereka. Tidak ada pertentangan keluarga, tidak ada drama tolak menolak antar keluarga, yang ada kedua keluarga benar-benar sangat mendukung dan berharap hubungan mereka berdua berlanjut ke jenjang yang lebih serius.

Qanshana terlahir dari keluarga yang cukup terpandang di negara ini, perusahaan keluarganya bergerak dalam bidang konstruksi sedangkan perusahaan keluarga Ocean bergerak dalam bidang tambang batu bara. Menjadikan keluarga mereka berdua masuk dalam jajaran keluarga kelas atas dalam strata sosial kaum elite sosialita kelas super eksklusif. Mungkin ini sebabnya, mengapa hubungan Ocean dan Qanshana sangat amat didukung oleh seluruh lapisan keluarga besar mereka berdua.

Ocean menghembuskan napasnya berulang kali. Mendengarkan pembicaraan kedua wanita yang terdengar seru itu. Mata coklat hazelnya, lama kelamaan meneduh dalam keremangan cahaya mobil.

Hidupnya amatlah sempurna, ia memiliki segalanya. Harta yang berlimpah, kekasih yang teramat cantik dan karir yang cemerlang. Namun, dalam benaknya. Kesempurnaan hidup yang ia dapatkan justru menjadikan adanya sedikit ruang hampa didalam hatinya. Dan Ocean tidak tahu bagaimana cara menutup ruang hampa itu.

Jujur, Ia benar-benar merasa tidak nyaman dalam hubungan ini. Ada sesuatu hal yang ingin ia teriakan dalam hati saat sedang bermesraan dengan Qanshana. Ia harus berpura-pura menjadi lelaki sejati didepan kekasihnya ini. Berpura memuja Qanshana sebagai wanita yang pantas dipuji dan cara pandang Qanshana saat melihat dirinya, jujur membuatnya risih dan tidak nyaman.

Satu rahasia dari hubungan mereka selama tiga tahun ini adalah Ocean sama sekali tidak pernah bercinta dengan Qanshana.

Seks! Tidak ada dalam kamusnya!

Jangankan Qanshana, dengan wanita manapun saja ia tidak pernah bercinta dan dalam artian khusus Ocean masih perjaka tulen. Entah dengan Qanshana, apakah diluar sana kekasihnya itu pernah bercinta dengan pria lain atau tidak. Ocean benar-benar tidak peduli dengan hal itu.

Jujur, ia sama sekali tidak pernah menyentuh Qanshana melebihi dari ciuman bibir dan kecupan di bahu kekasihnya itu. Dan itu membuat Qanshana terharu dan semakin mencintainya sebab yang ada dipikiran kekasihnya itu. Jika ia tidak pernah mau merusak kehormatan wanita yang dicintainya.

Sungguh! Bukan itu! Bukan!

Dan entah mengapa seseksi apapun Qanshana berpakaian dihadapannya hal itu sama sekali tidak meningkatkan libido akan gairah bercintanya.

Pernah Ocean menyangka jika ia terkena Impotent, sebab burung kebanggaannya tidak pernah merespon dengan baik setiap kali Qanshana memberikan rangsangan. Tapi, menurut dokter semua alat reproduksinya normal. Sebab saat diberikan rangsangan oleh perawat laki-laki atau perempuan saat itu, burung kebangaannya menegak dengan sempurna dan sehat dengan urat-urat yang menunjukkan kejantanannya sebagai seorang pria yang sehat dan normal. Dan cairan madu putihnya setelah diperiksa pun normal. Justru Dokter mengatakan jika cairan madu itu siap kapan pun membuahi indung telur dalam rahim seorang wanita.

Semuanya normal! Lantas apa yang salah dengan dirinya?

Pernah suatu hari, Qanshana menggodanya. Menggunakan lingerie merah tipis memperlihatkan seluruh lekuk tubuhnya. Namun tetap saja, hanya berakhir dengan ciuman panas penuh gairah tanpa adanya penyatuan antara keduanya. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk mengalihkan gairahnya yang tidak tersalur dengan baik.

Dan Qanshana selalu merasa jika ia benar-benar ingin menjaga mahkota bunganya sampai suatu saat rencana pernikahan yang disusun kedua keluarga besar mereka akan terwujud.

Dan sampai detik ini pun Qanshana belum tahu jika dirinya masih perjaka tulen. Yang Qanshana tahu jika dirinya adalah Casanova yang senang gonta-ganti pasangan wanita hanya untuk menghangatkan ranjangnya saja. Dan jiwa playboynya tobat karena bertemu dengannya.

Tapi masalahnya bukan itu! Bukan!

Bagaimana menjadi playboy jika ciuman pertamanya saja dengan Qanshana Maheswari? Bagaimana menjadi cassanova jika bibir ini saja hanya pernah menyentuh kulit Qanshana Maheswari. Tidak lebih!

Adakah yang salah dari dirinya? Entahlah.

Dan yang membuatnya bingung bukan main adalah Para Wanita Gila yang selalu memujanya bak Dewa Yunani yang jatuh dari langit. Pasti dan selalu, saat ia datang ke klub untuk menghilangkan penat, ada saja wanita berpakaian ketat, menonjolkan segala aset berharga mereka, menghampirinya dengan begitu percaya diri. Menggodanya dengan gerakan seduktif mengajaknya untuk one night stand. Bahkan ada yang terang-terangan memakai bikini di depan matanya, hanya untuk bisa mendapatkan kepuasaan darinya.

Cuh! Bodo amat! Mau memakai bikini, kek! Mau telanjang, kek! Bodo amat! Yang jelas...

Brr!

Tiba-tiba saja bulu kuduk Ocean meremang jika mengingat betapa agresifnya dan mengerikannya wanita malam yang singgah di klub malam, yang hanya ditujukan untuk kaum elit saja. Dan lagi, yang Ocean tahu para wanita itu juga dari kalangan kelas atas bukan kupu-kupu malam yang biasa menawarkan jasanya.

Padahal mereka tahu jika Ocean sudah memiliki Qanshana, putri dari konglomerat yang dikabarkan hartanya tidak akan habis 7 turunan. Iya … tetap, ada saja yang menggodanya. Qanshana seolah tidak ada gunanya, sebagai kekasihnya.

Dan sikap dingin dan angkuh yang dimiliki Ocean hanyalah kedok, supaya tidak ada satu wanita pun yang mendekatinya, Menggodanya apalagi menyentuhnya seenak jidatnya.

His!!

"Kenapa, Oce?" tanya Qanshana mengusap lengan Ocean setelah menutup telepon dari Grace--Mamanya Ocean.

"Malam ini bermalamlah di mansionku, Qans."

"Boleh," ucap Qanshana, "Tapi jangan macam-macam!"

"Tidak akan. Aku hanya butuh teman tidur malam ini." Ocean mengedikan bahu dengan cuek.

"Hanya teman tidur?" tanya Qanshana menaik turunkan alis menggoda Ocean. Biasanya Ocean akan meminta di dongengkan saat ia pulang berlibur dari luar negeri.

"Hem,"

"Tidak mau mendengar ceritaku berlibur selama tiga hari di Belanda?"

"Boleh juga, sekalian kau mendongeng untukku."

"Siap, bos!" seru Qanshana dengan riangnya. Hubungannya dengan Ocean tidak hanya melulu soal seks. Bercerita sepanjang malam dan bercanda dengan Ocean itu sudah cukup membuatnya merasa senang.

Beradu rayuan penuh seduktif yang berakhir dengan perang bibir diantara keduanya, hal seperti ini pun sudah menjadikan Qanshana menjadi wanita paling beruntung di dunia.

Dan lagi, Selama 3 tahun berpacaran dengan Ocean, mereka sama sekali belum pernah bercinta. Belum pernah sekalipun mengadukan penyatuan antara mahkota bunganya dengan burung Ocean. Yang kata orang jika mereka saling bertemu, bisa membawa para penikmatnya terbang hingga ke nirwana.

Entahlah! Having Seks, sepertinya tidak ada dalam kamus Ocean. Mungkin, Making Love…? Astaga, Entahlah! Ocean tidak pernah menuntut soal hal itu.

Dan lagi, Qanshana pun masih menyandang status perawan ting ting. Mahkota bunganya sama sekali belum pernah di sambangi oleh Ocean. Bahkan, jari-jari dan bibir Ocean pun belum pernah menyapa mahkota bunganya sama sekali.

Adakah yang salah dengan dirinya? Entahlah, yang jelas Qanshana tahu jika Ocean tidak ingin merusak hidupnya.

Jadi teman tidur hingga pagi, It's Ok!

No Seks! I'm Ok!

I Love, Ocean! Ini baru benar!

Untuk itu sahabatnya selalu meledeknya. Karena selama berpacaran 3 tahun, ia tidak pernah melihat barang sedikitpun burung gagah miliki Ocean. Jangankan burung Ocean, milik pria lain saja ia tidak pernah lihat. Menurut sahabatnya, kejantanan seorang Pria diukur dari seberapa panjang kepakan sayap dan besarnya burung itu. Dan menurut sahabatnya lagi, merugilah ia jika tidak pernah mencicipi burung indah milik Ocean.

Hesh, tidak apa! Pikirnya, ia akan mempersiapkan dirinya sebaik mungkin tenggelam dalam lautan penuh cinta bersama Ocean di malam pertama setelah pernikahan mereka, yang entah kapan terlaksana. Karena sampai sekarang pun Ocean belum melamarnya, sampai detik ini pun diantara mereka belum ada pembicaraan khusus mengenai pernikahan. Hanya orang tua merekalah yang selalu bersemangat, memaksa mereka berdua untuk segera menikah.

Tanpa sadar!

Karena bergelut dalam pikiran masing-masing.

Mobil Ocean memasuki halaman Mansion yang teramat luas ini. Walaupun ini sudah malam, namun lampu taman tetap bisa memperlihatkan betapa indahnya halaman mansion milik Ocean. Ocean selalu menyebut Mansionnya dengan sebutan 'Sky', sebab jika pagi hari kalau tidak tertutup mendung, langit biru yang indah akan memantul ke dalam mansionnya ini.

"Kau tidak membawa apapun, Qans?" tanya Ocean baru menyadari sesuatu jika Qanshana tidak membawa kopernya.

"Kau baru sadar?" Qanshana bertanya balik dengan gemas pada Ocean.

"Mungkin kau terlalu manis Qans, jadi aku melupakan segalanya," ucap Ocean menggandeng tangan Qanshana dengan mesra.

"Uhh, gombalnya!" Qanshana tertawa kecil, "Pinjam bajumu, iya?"

"Telanjang lebih manis, Qans."

"Dasar mesum!" Qanshana mencubit gemas perut keras milik Ocean. Tawanya yang renyah memenuhi 'Sky' yang teramat lengan ini. "Aku mandi duluan iya, Oce?"

"Jangan terlalu lama, kau belum makan malam, Qans." Ocean sedikit berteriak mengatakan hal itu, sebab Qanshana sudah berlari menaiki tangga yang didesain transparan menuju kamarnya.

"Tidak ikut mandi, Oce?" Qanshana geli sendiri dengan pertanyaannya, yang jelas-jelas Ocean akan menjawab…

"No! Thank's, Qans."

***

Salam

Busa Lin