Hari ini hari dimana Asyila Kakak dari Halimah beru selesai dioperasi dan keadaan Asyila kali ini lebih baik dari sebelumnya walaupun kali ini Asyila belum sadarkan diri karena memang baru tadi malam melakukan operasi besar untuk mengangkat tumor ganas uang ada di bagian otaknya.
"Kakak... apakah aku boleh melihat keadaan dari kakak ku yang saat ini di rumah sakit?" tanya Hajar.
"Tidak, kamu harus di rumah saja saat ini. Kakak mu akan baik-baik saja." ucap Umar sambil menatap kearah Halima dengan pandangan serius.
Sesekali Umar membenarkan kacamata kotak yang bertengger pada hidung mancungnya, memang, dengan kaos santai panjang berwarna hitam serta wajah tampan yang terlihat serius, bulu mata lentik, alis hitam tebal dan terlihat keseriusan Dimata coklat madu milik Umar.
Semua hal itu membuat Umar yang sangat tampan terlihat seperti karakter film drama Korea yang berbadan kekar, pintar tampan dan memiliki hobi membaca buku, tidak hanya itu Umar pun selalu saja berolahraga setelah selesai Sholat subuh tentunya olehraga didalam rumah karena memang rumah orang tua Umar telah lengkap peralatan untuk olah raga Gym.
Dan kemudian juga melanjutkan Umar membaca buku-buku yang berkaitan dengan sejarah dan membandingkan dengan buku karya keilmuan buatannya agar Umar tahu apa saja kekurangan dari karyanya itu hingga bisa lagak untuk di pelajari banyak orang sebagai ilmu pengetahuan.
"Baiklah aku permisi." ucap Halima yang berniat untuk keluar dari tempat khusus yang digunakan oleh suaminya tersebut untuk berkerja.
Umar hanya menganggukkan kepalanya, tentunya Umar sangat yakin bahwa Halima adalah seorang yang patuh dan tidak mungkin seorang gadis lugu itu menentang perintahnya.
"Tapi aku sangat kekhawatiran kakak syila. Mungkin dengan aku yang membuat kue untuk suami ku nanti kakak akan mengizinkan ku untuk bertemu kak syila." ucap Halima dengan tersenyum manis mendapatkan sebuah ide.
Hari ini kebelulan tanggal merah sehingga Halimah tidak bersekolah hari ini, Sebelumnya masalah sekolah Halima sangat ingin menanyakan SMA nya dan mungkin nanti sekalian Halimah akan bertanya pada suaminya.
Karena memang saat ini Halimah adalah tanggung jawab dari Umar, walaupun Halima tidak yakin suaminya tersebut akan mengizinkannya tapi apa salahnya Halimah untuk bertanya terlebih dahulu.
"Istriku.... istriku.... istriku.....?" ucap Umar yang sepertinya terlihat mencari-cari sosok Halimah yang tidak dilihatnya 2 jam yang lalu, Umar hanya takut terjadi sesuatu pada Halimah.
"Maaf tuan muda seperti nya Nona muda ada dibawah sedang membuat kue kesukaan anda." ucap Indra sambil menunduk sopan tentunya juga menjaga jarak sesuai aturan yang ditetapkan oleh Umar.
"Baiklah terimakasih." ucap Umar yang langsung berjalan kearah dapur untuk memeriksa kebenaran dari istri mungilnya itu.
"Istriku.....?" ucap Umar dengan ragu..., karena memang tampak Ibundanya juga ada bersama dengan Halimah di dapur.
"Iya Kakak?" ucap Halimah sambil menoleh kearah Umar dengan tatapan bingung.
"Hemmmmm cuman gak kelihatan bentar ada udah takut ke hilang... dasar anak muda." ucap Sarah.
"Ibunda kok ada disini?" tanya Umar yang mengalihkan pembicaraan, Umar yang mengira bundanya seperti biasanya langsung akan ke butik untuk mengecek karyawan yang bekerja disana.
"Ini Bunda baru aja mau berangkat tapi tadi karena melihat istri kamu yang nampaknya serius ingin belajar membuat kue kering kesukaan mu, maknnya bunda bantuin Halima dulu baru setelah itu ke butik." ucap Sarah menjelaskan.
"Maaf jika membuat pekerjaan Ibunda tertunda gara-gara harus ngajarin Halima." ucap Halima yang merasa tidak enak.
"Gak papa kok Sayang, tapi karena kali ini sepertinya ada suami kamu yang akan bantu kamu dan adonannya juga udah jadi kamu tinggal mencetak dan memang aja. Bunda tinggal ke butik dulu ya..." ucap Sarah.
"Iya Bunda, hati-hati....." ucap Umar yang terlihat tersenyum manis tidak seperti biasanya.
"Baiklah nak pertahankan lah senyuman mu..., jaga menantu bunda baik-baik ya...." ucap Sarah yang kemudian langsung meninggalkan anak dan mantunya itu pergi.
Halima hanya dapat tersenyum manis dan merasa sangat malu...., ibu mertuanya sangat memanjakan nya. Berbeda dengan ketika Halima dirumahnya sendiri pasti Bunda angkatnya yang kadang tidak menganggap kehadiran Halima jika tidak ada ayah dan kakaknya.
"Tentu saja Bunda....." ucap Umar sambil tersenyum manis dan terus menatap kearah Bundanya sampai perlahan Sarah tidak terlihat lagi.
Umar yang melihat wajah dari istrinya tersebut yang sepertinya sedang sedih, apa kamu merasa sedih karena tadi tidak ku izinkan untuk melihat kondisi kakak ipar?" tanya Umar.
"Tidak Kakak aku gak sedih, sebenarnya aku tadi telah menelpon Ayah dan kata ayah kakak Syila baik-baik saja dan hanya memerlukan banyak waktu untuk istirahat agar cepat pulih." ucap Halimah dengan jujur.
"Lalu apa yang membuat wajah cantikmu ini tadi terlihat bersedih?" tanya Umar sambil tersenyum dan mencubit pelan Halimah dengan sebelah tangan.
"Aaaw... aku tadi hanya mengingat sikap Bunda Zubaidah pada ku." ucap Halimah dengan Jujur, tentunya Halimah merasa sedikit sakit karena Umar yang menyebut pipinya terlalu muat mungkin karena terlalu gemas.
"Maafkan aku.... sayang... kamu sangat mengemas, sehingga membuat aku sedikit gemas dengan pipi chubby mu ini." ucap Umar dengan jujur dan kemudian mengusap dengan lebut pipi Halimah yang di cubitannya tadi.
Memang walaupun Halimah memiliki tubuh yang mungil dan pipi chubby tapi badannya terbilang cukup kurus, Karena memang dulu Halimah sempat mempunyai berat badan yang berlebihan sehingga membuat kakaknya Syila mengatur pola makan Halimah kembali.
Syila sangat menyayangi Halimah seperti adik kandungnya sendiri dan tentunya Syila tidak ingin Halimah menjadi obesitas karena hal-hal itu sangat mengancam nyawa Halimah.
"Tidak apa-apa.... kakak.... sepertinya kuenya sudah matang." ucap Halimah yang langsung berbalik badan karena merasa malu.... untuk pertama kalinya ada laki yang tidak lain adalah suaminya yang memangilnya dengan panggilan Sayang.
Halima langsung saja mengecek kue yang ada di open tersebut dan benar ternyata kue itu telah metang dengan sempurna, kue coklat kering kesukaan suaminya telah matang. Ternyata karena terlalu malu Halimah lupa mengunakan sarung tangan Anti panas.
"Berhati-hati lah sayang benda itu panas, lain kali kamu tidak perlu melakukan hal yang berbahaya ini."
"Aku menikahi mu untuk menjadi seorang istri ku... bukan menjadi seorang koki apalagi menjadi seorang pembantu." ucap Umar dengan tegas yang membantu Istrinya tersebut untuk mengeluarkan semua kue kering pada wadah khusus dan mematikan oven.
"Tapi kakak aku hanya berniat untuk membuat kakak senang dengan belajar membuatkan mu kue." ucap Halimah yang menunduk menatap tangannya yang masih memerah karena sedikit terkena bagian loyang panas.
Setelah mematikan oven, Umar langsung saja membantu Halimah untuk mengobati luka bakar pada tangan istri tersebut agar tidak melepuh dengan mengunakan odol. Ternyata Halimah selain sangat polos tapi sangat ceroboh juga.
"Lain kali kamu tidak ku izinkan lagi untuk berada di dapur." ucap Umar dengan tegas.
Umar kemudian langung membawa Halimah kedalam peluangnya setelah mengobati kedua tangan Halimah tentunya. Halimah hanya diam saja karena memang sangat paham jika suaminya tersebut mungkin sangat cemas karena ke cebohanya.