Pada saat ini Halima dan juga Umar benar-benar kehujanan walaupun pada saat ini kejadian romantis dimana Umar m lindungi Halimah dari air hujan yang turun dengan mengunakan jasnya.
"Kakak nanti akan basah kuyup jika seperti ini..., Halimah baik-baik saja. Bagaimana jika kakak nanti jatuh sakit?" ucap Halimah yang merasa bersalah saat ini suaminya menjemputnya dengan hujan-hujanan dan bahkan melindunginya agar tidak terkena hujan walaupun pada akhirnya mereka tetap kehujanan tetapi ada momen yang bermakna bagi keduanya.
"Aku tidak ingin dirimu berjalan begitu lambat nanti akan kita akan semakin kedinginan sayang, Hujan masih Air bukan salju." ucap Umar tersenyum lembut mengusap puncak kepala istrinya tercinta yang tampak sangat cantik dengan balutan hijab walaupun basah karena hujan.
"Tapi wajah kakak terlihat pucat pasti saat ini Kakak kedinginan karena aku....," ucap Halimah yang saat ini mengusap lembut pipi kanan suaminya namun tangannya tiba-tiba ditarik kedepan sehingga membuat Halima jatuh kedalam pelukan hangat suaminya tercinta yang hangat dan nyaman.
"Iya sayang kau benar, oleh karena itu tetaplah seperti ini. Agar kita berada lebih merasa hangat selama beberapa saat lalu kita langsung pulang setelah itu." ucap Umar yang saat ini merasa sangat senang bisa memeluk tubuh mungil istrinya yang sangat pas diperlukannya.
"Tapi Kakak....., kenapa kakak harus memangku ku?" ucap Halimah yang merasa sedikit tidak nyaman dengan posisi mereka saat ini yang begitu intim.
"Karena kamu Istriku." ucap Umar tanpa dosa mengerahkan pelukannya.
Pada saat ini wajah Halimah sudah Semerah tomat karena begitu malu ucapan sederhana suaminya yang manis dan sangat tampan ini mampu membuat kerja jantungnya berdetak tidak normal saat ini.
"Emuach.... maaf....," ucap Hajar tanpa sengaja saat mendongak menatap suaminya tapi masih mencium bibir seksi suaminya itu yang ternyata dari tadi menunduk memperhatikan dirinya.
"Lagi...," ucap Umar mengatakan jika dia sangat menyukai pada saat istrinya menyatukan bibir mereka seperti tadi meskipun semuanya itu sebenarnya terjadi karena tidak sengaja.
"Tapi kakak... aaaakk....." ucap Halima kaget saat ini wajahnya benar-benar memerah karena malu dan juga bingung pada saat ini suaminya mencium dan melumut bibirnya seperti singa lapar.
Wajah cantik dan sederhana Halima saat ini membuat Umar benar-benar sulit mengendalikan diri selain Umar adalah laki-laki dewasa normal yang tentu saja tertarik dengan wanita cantik yang sederhana namun memiliki bentuk tubuh yang indah seperti istrinya saat ini begitu menyiksanya karena Umar tidak bisa menyentuh istrinya tanpa persetujuan dari Halimah saat ini.
"Huhu...hup....huh....., kakak benar-benar membuat ku malu.....," batin Halimah sambil mengatur napas saat ini di perhatikan oleh suaminya dengan begitu intens.
"Maafkan aku sayang....," ucap Umar yang sangat ini mengecup lama kening istrinya dengan penuh cinta serta menahan gejolak hati yang saat ini sulit dikendalikan.
"Kenapa kakak harus minta maaf mencium istri sendiri tidak dosa, justru aku yang merasa berdosa karena aku yang jelek membuat kakak sampai detik ini hanya berani menyentuh ku sebatas ini." ucap Halimah sambil bergumam pelan sedikit ragu mengatakan fakta besar yang saat ini dia rasakan dalam hatinya.
"Aku memang masih muda dan bahkan kakak menggapai seperti anak kecil mungkin saat ini sehingga takut untuk menyentuh ku. Kata Bunda padahal Istri wajib melayani suaminya sedang aku membuat kakak jatuh hati pada ku saja tidak bisa...., karena kakak mungkin menganggapku bukan seorang perempuan dewasa selama ini dan aku hanya gadis kecil yang mungkin behutang banyak pada keluarga Kakak...." ucap Hajar menunduk sedih yang saat ini terdengar begitu sendu ditelinga Umar yang membuatnya merasa bersalah dan begitu resah saat ini.
Walaupun yang dikatakan oleh Halima itu tidak sepenuhnya salah tapi tidak semuanya benar, selama ini Umar selalu menganggap istrinya sangat cantik dan sempurna sehingga membuat dirinya mati-matian menahan diri setiap malam.
Bagaimana pula Halima mengatakan jika jika tubuh mungil yang indah dan sempurna miliknya itu sendiri anak kecil bahkan hanya membayangkannya saja saat ini sudah membuat Umar ingin sekali meminta haknya saat ini juga.
"Kamu adalah Istriku selamanya...., jangan berfikir bodoh seperti tadi bukankah kau ingin lulus SMA dulu Sayang..., Aku menahan diri tidak menyentuh mu bukan karena kau tidak menarik tapi karena aku sangat menghargai mu.... aku tidak ingin dirimu kesusahan mengandung sambil belajar pastinya tidak mudah." ucap Umar saat sambil berbisik lembut ditelinga istrinya tercinta yang masih tertutup jilbab.
Hajar yang mendengar ucapan suaminya yang terasa begitu dekat dengannya karena memang Umar berbicara dan bahkan menempatkan bibir seksinya itu tepat ditelinga Halima walaupun masih tertutup jilbab tapi tetap saja membuat Halima sedikit panas dingin dan was-was pada saat ini.
"Tapi aku ingin menjadi seorang istri yang berbakti, kata Bunda aku harus menuruti dan membahagiakan kakak agar pengobatan Kakak perempuan ku tidak dicabut....," ucap Halima dengan polosnya pada saat ini dia berkata sejujurnya apa yang dia takutkan sepertinya akan segera terjadi saat ini karena wajah suaminya berubah dari yang sebelumnya menatap lembut kali ini terlihat datar dan bahkan Umar juga langsung melepaskan pelukan mereka.
"Bagaimana mungkin ternyata istri ku yang mungil ini dengan bodohnya di jadikan mesin uang oleh keluarga angkatnya.....," batin Umar yang tidak habis pikir saat ini sudah tidak bisa tersenyum manis lagi.
"Kakak jangan marah....., tolong jangan marah pada keluarga ku.....," ucap Halimah yang takut keluarga angkatnya akan terkena imbasnya Halima tidak masalah jika dirinya yang terkena hukuman.
"Mengapa kamu lebih takut aku merah pada mereka dari pada aku marah pada mu....," ucap Umar dengan datar pada saat ini dirinya pertama kali berkata begitu datar cuek dan dingin pada istrikanya karena merasa kesal pada sikap keluarga angkat istrinya itu yang ternyata masih memperalat istrinya meskipun Halima telah menikah.
"Karena aku berhutang budi yang banyak pada mereka, sedangkan jika kakak ingin marah pada ku atau pun menyiksa ku aku tidak masalah aku sudah terbiasa dari dulu." ucap Hajar tanpa beban.
"Mengapa dirimu begitu polos dan bodoh!" ucap Umar dengan kesal saat ini berkata dengan nada tinggi sehingga membuat Halima tertunduk takut.
Halimah memang mengakui jika dirinya tidak pintar tapi selama ini Halima begitu percaya pada Allah dan kekuatan doanya setiap hari, menit ataupun detik Halima selalu berdoa agar selalu dekat dengan Allah dan dikelilingi oleh orang-orang Sholeh dan berilmu yang tentunya akan memperlihatkan dengan baik dan tidak ada caci-maki seperti dirumah lamanya dulu.
Ini adalah pertama kalinya suaminya marah padanya entah mengapa hati Halima begitu sakit saat ini saat mengetahui fakta seseorang yang selama ini memperlakukannya dengan sangat baik saat ini bisa mencacinya juga dengan suara nyaring.
"Ya Allah..... ampuni aku..., astagfirullah halazim." batin Halimah sambil beristifar dalam hatinya dan air matanya bahkan telah menetes saat ini suamiya membawa mobil yang mereka tumpangi ini kearah jalan pulang.