Chereads / Suami Autis Kesayanganku / Chapter 15 - Tamu Tidak Diundang

Chapter 15 - Tamu Tidak Diundang

Pada saat ini Umar begitu kesal kegiatannya harus ditunda karena ada suara ketukan pintu dari luar kamar mereka yang cukup keras membuat Umar dan Halima sedikit kaget.

"Umar... tok, tok, tok.... cepat keluar jelaskan pada ku jika kabar yang kudengar akan pernikahan mu itu salah!" ucap seorang wanita cantik yang saat ini berpenampilan terbuka dengan dandanan yang cukup menor mengetuk-ngetuk pintu kamar Umar dengan begitu kuat yabg menyebabkan keteduhan diluar bahkan banyak pelayan yang berusaha menghentikan wanita itu.

Tapi mereka tidak berani mengusir wanita yang sebelumnya merupakan wanita yang paling dekat dengan tuan muda mereka walaupun saat ini penampilannya berubah drastis menjadi seperti wanita yang tidak polos seperti dulu.

"Kakak siapa itu yang mengetuk pintu begitu keras?" ucap Halima saat ini merasa sedikit takut.

"Jangan khawatir sayang dia hanya salah sahabat kecilku yang memang memiliki sifat bar-bar diatas rata-rata." ucap Umar sambil menenangkan istrinya dan merapikan penampilan mereka berdua saat ini.

"Tapi suaranya seperti sedang datang dalam keadaan marah, bagaimana nanti kalau dia melukai kakak?" batin Halimah yang saat ini ketakutan meskipun suaminya menggendong dan memeluknya layaknya baby koala saat ini.

"Dia mungkin baru mendengar tentang pernikahan kita sehingga marah karena aku lupa mengundangnya karena acara pernikahan kita memang dadakan dan dilaksanakan sederhana dalam waktu singkat aku bahkan tidak pernah tahu jika akan menikah dengan bidadari cantik secepat ini tapi aku sangat bersyukur an bahagia." ucap Ilyas sambil memeluk dan mengecupi pucuk kepala istrinya kakinya melangkah kearah dekat pintu kamar mereka untuk memeriksa siapa tamu yang berani datang disaat yang tidak tepat seperti saat ini.

"Kakak aku malu..., jika kita seperti ini pasti mereka yang diluar akan menertawakan kita...," ucap Halima yang saat ini berusaha turun dari gendongan suaminya karena walaupun saat ini mereka berdua telah mengenakan pakaian yang tertutup dan cukup rapi tapi tetap saja saat ini dirinya merasa kemesraan mereka tidak layak dipertontonkan dihadapan orang lain.

"Sayang tapi...., baiklah." ucap Umar yang saat ini tidak bisa lagi protes karena wajah cantik Istrinya sendu dengan mata terlihat berkaca-kaca sehingga membuat Umar terpaksa menuruti permintaan istrinya sebelum membuka pintu kamar yang memang sebelumnya telah dia kunci.

Halimah sedikit sembunyi dibalik punggung suaminya karena merasa sedikit takut pada tamu yang datang sepertinya saat ini benar-benar seorang wanita yang cukup bar-bar dan kuat sampai teriakan dan kedoran pintu di ruangan kamar mereka terdengar begitu jelas padal keran air telah hidup dan mengalir deras.

"Kamu bukanlah sahabat yang baik...," ucap Wanita cantik yang saat ini berhadapan langsung dengan Umar membuat Umar menatap perempuan itu dengan tajam dan melemparkannya sebuah selimut yang cukup tebal karena pakaian perempuan itu terlalu terbuka menurutnya saat ini.

"Aku bukan sahabat mu kamu berpenampilan seperti itu!" ucap Umar dengan tegas saat ini sehingga membuat perempuan cantik bergaun Hitam yang cukup ketat itu terpaksa membalut tubuhnya dengan selimut.

"Maafkan aku, aku baru pulang dari Amerika dan langsung datang kesini...., mana istrimu?" ucap wanita cantik itu dengan penasaran.

"Sayang ayo kita berbicara dengan wanita bar-bar ini sebentar." ucap Umar yang saat ini memeluk pinggang Halima yang sebelumnya bersembunyi dibalik punggungnya.

"Kakak tapi....., " ucap Halima yang sangat ini merasa gugup karena diperhatikan begitu intens oleh wanita cantik yang saat ini menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut kecuali bagian wajah, pergelangan tangan dan kakinya.

"Jangan takut padanya seharusnya dia yang takut padamu.....," ucap Umar yang saat ini dapat merasa jika istri mungilnya sedikit gugup karena kedatangan wanita bar-bar yang tampaknya sangat meneliti detail istrinya dengan tatapan serius.

"Dia terlihat begitu mudah dan lugu." ucap wanita cantik itu ketika mereka telah sampai di ruang tamu dan duduk di sopa yang empuk.

Halimah duluk disamping suaminya tercinta Sedangkan wanita cantik yang tidak dikenalnya itu tampak duduk dihadapan mereka berdua tanpa dosa dengan tatapan hanya fokus pada handphone saat ini.

"Jadi kedatangan mu kesini hanya untuk menumpang menginap bukan?" ucap Umar dengan malas.

"Iya kau sangat mengerti aku...., oh iya kado untuk kalian berdua akan datang sebentar lagi datang dibawakan oleh kurir." ucap wanita cantik itu sambil tersenyum lebar menunjuk deretan giginya yang putih dan bersih.

"Apakah wanita cantik ini memiliki hubungan yang begitu dekat dengan suami ku...., mereka dari tadi tampaknya saling menatap lekat." batin Halimah yang saat ini merasa tidak suka dengan kedekatan suaminya yang wanita lain.

"Oh iya aku bahkan belum memperkenalkan istrimu yang mungil itu pada ku..., dia sangat menggemaskan boleh aku mencubit pipinya yang chubby itu?" ucap wanita cantik itu yang saat ini begitu sangat gemas dengan Halima yang menurutnya terlalu lugu dan imut.

"Jangan coba-coba menyentuh istriku, kamu membuatnya salah paham dan dia takut pada mu!" ucap Umar dengan malas berdebat dengan wanita bar-bar yang keras kepala yang ada dihadapannya saat ini.

"Kalau aku tidak bisa mengunyah aku menyentuh mu saja...," ucap wanita cantik itu sambil tersenyum jail.

"Maaf kakak cantik tapi Kakak Umar Suami ku dia tidak boleh disentuh oleh sembarang wanita apalagi yang bukan mahramnya." ucap Halima yang saat ini mulai bersuara.

"Wah ternyata kamu selain imut dan menggemaskan juga cukup berani...., apakah dia telah melecehkan mu sebelumnya sehingga gadis muda seperti mu mau meningkatkan dengan om tua sepertinya?" ucap wanita cantik ini yang tidak jadi mencubit pipi Umar padahal tangannya sudah begitu dekat dengan Umar yang terlihat menatapnya dengan tatapan malas.

"Tidak Suamiku sangat baik bahkan kami menikah karena kebaikan hatinya yang menolong saudariku sedang kritis dan perusahaan ayahku sebelumnya hampir guling tikar. Walaupun kami menikah karena perjodohan tapi kami saling menyayangi satu sama lain." ucap Halima dengan berbicara dengan jujur.

"Baiklah itu artinya kalian berdua tidak saling mencintai karena ini hanya pernikahan dari sebuah perjodohan?" ucap wanita cantik itu yang membuat Umar kali ini terlihat begitu kesal.

"Kamu bodoh ya, Sayang dan cinta itu sama saja....., karena rasa saling menyayangi dan kebersamaan kami selama ini membuat cinta di hati kami berdua mulai tumbuh dengan kokoh." ucap Umar dengan percaya diri.

"Iya kau benar....., aku juga dulu dengannya seperti kalian tapi.....," ucap wanita cantik itu yang terhenti karena suara seorang laki-laki bule yang cukup tampan dengan tubuh tinggi kekar layaknya seorang aktor tampan dari barat yang memiliki tubuh banyak menjadi sempurna idaman wanita pada saat ini sedang menggunakan pakaian formal dan terlihat sangat ceria.

"Sayang..... kau meninggalkanku... emuach.. emuach, emuach. Umar seharusnya Kakak perempuan mu ini kamu biarkan dia istirahat. Oh iya ini kado untuk kalian berdua dari kami....," ucap laki-laki dewasa itu yang sangat ini tampak biasa saja setelah mengecup bibir wanita cantik itu di hadapan Umar dan Halima yang saat ini matanya ditutup oleh Umar karena bagi Umar istrinya hanya boleh berciuman ataupun membayangkan adegan ciuman hanya dengannya saja bukan orang lain.

"Kalian berdua memang sangat menyebalkan. Aku heran mengapa kakak sepersusuan ku begitu sangat menyebalkan sama saja dengan suaminya yang terlalu tidak tahu aturan ini di Indonesia bukan di negara kalian yang bebas itu!" ucap Umar dengan kesal saat ini membawa istrinya pergi.

"Alhamdulillah...ternyata mereka bersaudara sepersusuan ya Allah dan yang tadi itu adalah kakak perempuannya dan kakak iparnya." batin Halima yang saat ini menyimpulkan sendiri dari kejadian yang telah terjadi tadi.