Halima merasa sangat senang karena orang kepercayaannya suaminya berhasil menemukan kabar jika saat ini Ayah dan ibundanya tinggal disebuah rumah sederhana yang tentu lebih sedikit kecil dari rumah mereka sebelumnya.
"Sayang ini adalah rumah ayah mertua sekarang ayo turun...," ucap Umar saat dengan lembut mengusap puncak kepala istrinya tercinta yang tertutup jilbab rapi.
"Kak yakin tapi rumah ini juga terlihat sedikit kurang terawat aku tidak yakin bunda mau tinggal ditempat ini, Kak Syila juga pasti tidak akan betah di rumah aku rasa.....," ucap Halima yang saat ini tidak yakin jika ini adalah rumah kedua orang tuanya saat ini karena terlalu banyak sampah dedaunan yang membuat rumah ini terlihat kurang terawat.
Halimah begitu sangat mengenal ibunda dan kakaknya yang cinta akan kebersihan dan walaupun mereka tidak suka bersih-bersih tapi Halima tau jika ibunda dan kakaknya bisa miminta asistennya rumah tangga untuk bersih-bersih Karena uang yang diberikan oleh Halima sekitar 3 bulan yang lalu sudah lebih cukup hanya untuk mencukupi kebutuhan keluarga angkatnya itu tapi sepertinya sifat dari ibu angkatnya yang boros itu belum sepenuhnya hilang sehingga sampai-sampai ayahnya harus pindah rumah.
Memang nama Ayah kandungnya Halima memiliki kesamaan dengan nama Ayah angkatnya hanya saya yang membuat Halima bingung waktu pernikahan saat ini sedikit terjawab walaupun yang menikahkan Halima wali hakim dan ayah yang selama ini Halima kenal ternyata masih terikat nasab dengannya oleh karena itu Ayah Hasan benar-benar mengangagp Halima seperti putri kandungnya sendiri.
"Kita akan tahu nanti ketika masuk sedalam. Disini tidak angker seperti rumah yang sebelumnya sayang tidak perlu takut....," ucap Umar yang terkekeh geli melihat tingkah istrinya tercinta yang mengemaskan.
Karena memang saat ini Halima memeluk erat tangan suaminya seakan-akan takut memasuki rumah sederhana yang ada dihadapan mereka saat ini yang memang sedikit berantakan dan kurang rapi.
"Jika nanti ada hantu bagaimana.....," ucap Halima walaupun hapal ayat-ayat beberapa ayat suci Alquran tapi kayaknya wanita normal pada umumnya Halima tentunya saja merasa sedikit takut karena saat ini sudah menjelang sore dan cuaca mulai gelap karena sedikit mendung.
"Sayang kita bahkan sebelumnya telah melaksanakan sholat ashar mengapa kau takut aku bersama mu dan Allah selalu bersama kita." ucap Umar yang saat ini dengan gemas tanpa ragu mengecup kening istrinya tercinta.
Terdengar suara barang yang dilempar dari dalam rumah sederhana ini yang membuat Halima takut dan refleks memeluk suaminya karena berfikir mungkin saja itu adalah hantu penunggu rumah gersang ini.
"Astagfirullah..., astagfirullah halazim..., Astagfirullah halazim....., Kakak.....," ucap Halima yang merasa sangat takut terdengar suara tangisan seseorang bersamaan dengan suara barang-barang yang dilemparkan dari rumah sederhana yang saat ini ada dihadapannya mereka.
"Hiks....hiks....hiks.... tolong jangan ambil rumah ini.....," tangis seorang perempuan muda dengan pakaian minim agak berantakan saat ini barang-barangnya diselet keluar oleh para laki-laki yang seperti preman pasar itu bisa dilihat jelas oleh Umar.
Walaupun saat ini Umar sambil mengusap lembut punggung istrikanya yang memeluknya erat karena ketakutan tapi Umar sama sekali tidak merasa takut Umar cuman merasa heran dengan wanita yang menangis histeris yang dilihatnya saat ini yang keluar dalam rumah sederhana itu bersama dengan seorang laki-laki paru baya yang sangat di kenalnya.
"Sayangku jangan takut lihat bukankah itu adalah Ayah dan kakak mu.....," ucap Umar yang saat ini dengan lebut mengusap puncak kepala istrinya dengan penuh kasih sayang.
Halima yang penasaran pun menoleh saat mendengar suaminya mengatakannya prihal tentang Ayah dan kakak perempuannya itu. Dan tidak hanya ada mereka tapi juga ada laki-laki dewasa yang terlihat seperti kepala dari preman pasar itu.
"Itu Ayah dan kakak tapi kenapa mereka diusir bukannya uang yang kuberikan dengan ibunda sudah lebih cukup untuk membayar sewa sebuah rumah sederhana ini bahkan jika mereka sedikit hemat tidak perlu pindah dari rumah sebelumnya...," ucap Halima yang merasa heran.
Karena Halima tidak suka saat ini bagian dari keluarganya diperlakukan buruk tapi saat mendengar Ayahnya berbicara suatu Fakta yang sebenarnya membuat hati Halima sangat begitu sakit.
"Baiklah aku akan mengatakan sebenarnya Halima adalah putri kandung dengan istri kedua ku, tapi aku sengaja mengarang cerita karena istri pertama ku akan membunuh putri bungsu ku dengan wanita lain itu dan kalian tidak bisa membawa putri bungsu ku itu hanya karena dia tidak ada disini dia telah menikah dan bersama suaminya Majikan kalian tidak perlu lagi membawa putri ku bukannya dia memiliki putra kebanggaannya sendiri sampai rela membuat putri kandungnya sendiri meregang nyawa."Ucap Hasan yang saat ini membuat semua orang yang ada ditempat itu kaget.
"Kau bodoh idiot tau bagaimana tuan kami itu tidak bisa mengangkat pewaris yang bukan merupakan keturunannya." ucap salah seorang pria yang memiliki tampang paling seram dan dingin dari yang lainnya dan bahkan dibagian wajahnya terdapat tato tengkorak yang membuat siapapun melihatnya merasa takut.
"Apa maksudmu bukannya dia yang mengatakan sendiri jika putranya Hanya laki-laki itu dan Putrinya telah dicoret dari bagian keluarga. Lalu kenapa dia saat ini dengan egois menginginkan putri ku dan cucu perempuan yang tidak pernah dianggap olehnya....," ucap Hasan yang saat ini merasa begitu marah karena istri kedua meninggal merenggang nyawa saat melahirkan putri mereka dan saat ini Putri kesayangannya yang dilindungi mati-matian oleh Hasan pun juga ingin direbut oleh mereka.
"Seharusnya kau tanya saja dengan Putri sulung mu yang gila harta ini bahkan rela menjual tubuhnya dan segala informasi penting tentang keluarga kalian hanya demi uang." ucap laki-laki dewasa itu yang saat ini menatap jijik kearah Syila.
"Tidak Ayah aku tidak pernah melakukan hal itu, mereka yang memaksaku dan menodai ku..., aku merasa hancur dan terpengaruh obat setan yang mereka berikan." ucap Syila membela diri.
"Aku tidak peduli tentang segala drama menjijikkan kalian sekarang katakan dimana Cucu dari tuan besar yang memiliki wajah sangat mirip dengan Almarhum Nona muda?" ucap laki-laki dewasa yang bertampang sangat itu saat ini telah menodongkan pistol pada kepala Hasan.
Halimah yang merasa sangat kecewa punya saat ini tapi tetap tidak bisa membiarkan Ayahnya dibunuh oleh orang-orang itu. Begitu pula dengan Umar yang tidak akan membiarkan pertumpahan darah terjadi didepan matanya begitu saja apalagi yang menjadi target itu ternyata adalah Ayah kandung dari istrinya tercinta.
"Hentikan." ucap Halima yang saat ini berteriak dengan keras sebelum pelatuk pistol itu ditarik oleh laki-laki dewasa berwajah seram itu.
"Bagaimana mungkin nona muda....," ucap laki-laki dewasa itu yang melihat kearah Halima dengan mata berkaca-kaca terharu karena saat ini menganggap yang mirip dengan sosok ibunya yang merupakan seorang Nona muda dari keluarga ternama yang telah lama menghilang.