Langit bersandar pada tembok di sudut jalan mengamati keadaan rumahnya dari kejauhan. Rumah ibunya tampak tenang dari luar, dan Langit menerka bahwa ibunya tidak ada di sana.
Langit menyisipkan tangannya ke dalam saku, menggenggam erat kunci yang berada di dalam. Dengan langkah lebar dia mulai berjalan menyeberangi jalan. Dia tidak pernah mengira bahwa dirinya akan memasuki rumah dengan mengendap-endap seperti ini layaknya seorang pencuri saat dia hendak memasuki rumah di mana telah telah mendiaminya sejak setengah umurnya.
Dia memasuki pekarangan rumah dan mulai membuka kunci pada pintu depan. Langit semakin memasuki ruangan ketika drinya tidak merasakan hangatnya suasana berputar di sana, ibunya mungkin telah pergi kembali malam tadi. Langit tidak menmukan catatan apapun yang ditinggal pada pintu lemari pendinginnya. Dia sadar Renjana pasti marah padanya karena apa yang dia lakukan. Namun, Langit juga marah pada ibunya dan pada semuanya.