Awan masih terdiam membisu, kakinya terasa dipaku kuat ke lantai. Dia bahkan harus mengingatkan dirinya sendiri untuk tetap bernapas. Tidak pernah dalam pikiran Awan sebelumnya dia harus melihat kejadian ini di depan matanya sendiri dan bagaimana cara darah itu menyembur serta mengalir dari leher Michelia yang terbuka.
Dia menarik tangannya hingga caiaran merah itu menetes ke lantai putih. Aroma besi yang kuat menguar dari Michelia memicu kepalanya berdenyut menyakitkan dan terasa berputar. Tubuh tanpa kepala itu bersandar duduk di kursi dan menumpukkan beratnya di pinggir meja dengan bagian kepala yang tergeletak begitu saja di atas meja. Darah merah segar mengotori meja layaknya sebuah cat pada kanvas, hingga mengalir dan menetes ke lantai.
Bayangan-bayangan akan senyum Michelia, suaranya, tawanya bergema di pikiran Awan. Hancur dengan cepat ketika dia kembali di tarik oleh kesadaran dengan kondisi Michelia sekarang.