Chereads / Mr. Bodyguard Don't Love Me (Bhs Indonesia) / Chapter 8 - Suara Keras Yang Menakutkan

Chapter 8 - Suara Keras Yang Menakutkan

Ceklek.

Mimin membuka lampu kecil di kamar Verss, mereka sudah tiba di apartemen Verss tapi pemuda itu masih tidur begitu nyenyak hingga sulit untuk dibangunkan, akhirnya Gale menggendongnya dari mulai keluar mobil di lobby lantai bawah hingga lantai apartemennya, membaringkannya dengan perlahan di atas ranjangnya.

Mimin menutupi tubuh Verss dengan selimut.

"Kasihan, dia pasti capek sekali, heh berapa hari ini kerja tidak berhenti" ujar Mimin membelai rambut Verss.

Gale menegakkan tubuhnya.

"Em, aku akan mandi dulu" sepatah kata itu dan pria bertubuh besar itu keluar kamar, sesekali masih menoleh melihat Verss yang tidur dengan sangat nyaman di atas ranjang.

Mimin keluar dan menutup pintu kamar, mendekati Gale.

"Aku tinggal dulu yah, besok dan lusa tidak ada jadwal jadi Verss akan beristirahat saja di sini, seperti biasa petugas gedung akan datang untuk membuat makanan dan membersihkan ruangan.."

"Tidak usah memanggilnya, aku bisa memasak dan membersihkan ruangan" Gale memotong ucapan Mimin, gadis itu agak terkejut karena biasanya kalimat yang diutarakan Gale tidak lebih dari dua suku kata, tadi ia berbicara cukup panjang.

"Emm apa tadi?" Mimin takut salah dengar.

"Aku akan memasak dan membersihkan ruangan tidak usah memanggil petugas ke sini, mereka hanya akan menganggu istirahat Verss"

Mimin membulatkan mulutnya.

"Ooh, baiklah kalau begitu"

Gale baru selesai dari mandinya yang menyegarkan, sudah lama tidak bisa menikmati mandinya karena mengikuti jadwal padat Verss.

Sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuknya ia mendorong sedikit pintu kamar Verss, pemuda itu terlelap pulas di ranjangnya, dengan lampu baca yang menyala, Mimin pasti lupa mematikannya tadi.

Gale masuk, duduk pelan di pinggir ranjang dan merapihkan selimut Verss yang berceceran, wajah Verss yang lelah terlihat dari kerutan halus di keningnya, Gale mengangkat tangannya memijat pelan kening Verss menghilangkan kerutannya.

"Heh"

Ia ingat apa yang terjadi kemarin malam saat Verss berusaha menghindari dirinya karena marah, pemuda itu berjalan cepat ke arah jalan raya dan menurunkan tubuhnya tiba-tiba saat mendengar suara klakson sangat keras.

"Tuuutt!!"

Verss menurunkan tubuhnya jongkok menutupi telinga dengan dua tangannya.

Matanya membelalak besar, keringat dingin membasahi wajahnya seketika, suara klakson bersahutan lagi, semakin ramai, Gale menurunkan tubuhnya menutup wajah Verss dengan dadanya, mendekapnya erat, ia sangat jelas merasakan getaran tubuh Verss, ia bergetar kuat, seperti ketakutan.

"Tuan Muda, Tuan" berapa kali Gale memanggil namanya tapi Verss terus menutup telinganya, ia ketakutan.

Gale memasukkan tangan Verss ke balik selimut, mungkin karena tuannya itu begitu lelah hingga mengalami panic attack seperti kemarin.

Gale bangun dari duduknya, ia juga butuh istirahat, diturunkan tubuhnya mematikan lampu di samping ranjang.

"Ceklek"

Menjelang pagi. Pukul tiga pagi Gale baru menjatuhkan kepalanya di atas bantal empuknya saat mendengar suara ledakan begitu keras, hujan deras, apartemen memiliki kaca double harusnya tidak sampai terdengar jika tidak terlalu keras.

"Duarrr!!!" Suara petir mengguncang keras.

Gale meneruskan tidurnya, hujan atau apapun ia tak peduli, ia kelelahan luar biasa dan yang ia inginkan saat ini hanya tidur yang nyenyak.

"Duarrrr!!"

Tapi,

Gale tiba-tiba membuka matanya, hujan deras, suara keras. Tanpa pikir panjang ia menyibak selimutnya mengenakan sandalnya dan keluar kamar.

"Duarr duarrr!!" Suara petir seakan terus bersahutan, tidak berhenti.

Verss meringkuk di atas ranjang menutup telinganya rapat, menaikkan selimut hingga menutupi semua tubuhnya, tapi suara itu masih terdengar keras, seakan benar ada di depannya.

"Ekch" Verss terlihat menderita, jantungnya seakan ingin meloncat keluar karena berdetak terlalu cepatnya, tangannya gemetar, tubuhnya gemetar, ia berusaha mengumpulkan udara untuk dihirupnya, seakan semua tersedot hingga tak tersisa untuknya.

"Hoh hoh"

Rasanya ingin mati, tapi tidak bisa, ini semua bagai di neraka, Verss berusaha menutup rapat telinganya tapi suara keras itu tetap terdengar, ledakan selanjutnya membuat tubuhnya tersentak bangun.

"Duaarrr!"

"Ekh ma"

Verss hampir tak mampu bertahan, jantungnya mungkin akan meledak keluar karenanya hingga seseorang mendekapnya, dengan tangan sangat lebar melingkari tubuhnya di balik selimut.

Hangat, pelukan yang sangat hangat, bahkan suara detak jantung orang yang kini datang memeluknya bisa didengar jelas oleh Verss.

"Deg deg deg"

"Tenanglah tuan muda, aku ada di sini, tidak akan terjadi apa-apa, tenanglah"

Suara itu, suara milik Gale terdengar jelas sejenak sebelum Verss kelelahan dan menjatuhkan tubuhnya, ia lelah, tubuhnya masih gemetar, tapi ia sudah kelelahan.

Gale memeluk Verss yang berada di dalam selimut lama, perlahan merasakan getaran tubuh Verss yang mulai berkurang, walau masih sesekali gemetar.

"Tenanglah tuan muda, Gale di sini"

Tangan Verss terjatuh, ia tertidur di pelukan Gale, Gale membuka selimut yang menutupi kepala Verss dan merapihkan rambutnya, ia masih gemetar kelelahan, tapi setidaknya ia bisa lebih tenang dan tertidur kembali.

Gale meletakkan kepala Verss ke pundaknya, membiarkan posisi tetap seperti itu tapi sedikit lebih nyaman untuk Verss, hujan masih turun dengan deras, walau suara petir sudah mulai samar terdengar tidak sekeras tadi.

Gale menarik napas pelan, itu pasti hal yang sangat menakutkan untuk Verss hingga tubuhnya gemetar seperti itu, seperti trauma yang sangat mendalam, ia pasti sangat menderita.

##############