Matahari pagi hangat.
Bersinar masuk melalui sela tirai yang terbuka, tidak terlalu panas tapi melihat posisinya sepertinya sudah agak tinggi.
Verss mengangkat tangannya menghalau matahari yang langsung mengenai matanya, kepalanya sakit, tenggorokannya agak perih, apa ia mulai sakit?
Perlahan ia bangun, duduk sebentar melihat sekitarnya, memegang lengannya sendiri, semalam, ada yang memeluknya hangat, itu, pasti hanya mimpi, ia terlalu lelah hingga semua seakan mengambang di luar kepalanya.
Verss menyibak selimutnya, pukul sepuluh, ia sudah tidur cukup lama, sudah berapa lama ini tidak merasakan bagaimana rasanya bangun siang karena selama ini ia harus keluar apartemen bahkan sebelum matahari terbit.
"Akh"
Verss hendak bangun tapi seseorang tiba-tiba sudah menahan tangannya.
"Tetap di atas ranjang tuan"
Gale, sudah ada di depan Verss, menahan tangan Verss dan membantunya duduk kembali di atas ranjang, ia membawa nampan yang diletakkan di samping meja, mengenakan cemelek bermotif stroberi milik Verss, mengenakan sandal rumah berkepala kelinci milik Verss yang lain, walau ia selalu tampil rapih mengenakan kemeja putih lengan panjang lengkap dengan dasi dan celana bahan sangat licin berwarna hitam, ia sepertinya hanya memiliki pakaian itu di tas kopernya.
Gale menaikkan dua kaki Verss ke atas ranjang, menyelimutinya kembali.
"Tuan agak demam, saya sudah bertanya pada Mimin kalau demam obat tuan muda biasanya apa, dan tadi barusan membelinya di toko obat, saya juga sudah masuk sup ayam gingseng, menurut Mimin hari ini acara bebas, jadi lebih baik tuan muda istirahat saja di kamar"
Verss meletakkan kepalanya di bantal agak tinggi yang ditumpuk Gale tadi, selama ini ia hanya mendengar satu dua patah kalimat dari Gale, kali ini, ia berbicara sangat banyak, suaranya agak berat seperti pria bertubuh besar layaknya, tapi nadanya cukup enak didengar, membuat orang tenang.
Verss ingin bicara tapi tenggorokannya sakit sekali.
"Ehem, aku, ingin keluar nanti sore"
Gale mengangkat kepalanya melihat Verss, duduk di samping ranjang dan mengangkat sup ayam dengan bubur yang sudah dibuatnya.
"Apa begitu penting tuan? Anda sedang demam kurasa kalau tidak begitu penting lebih baik ditunda sampai besok saja"
Verss menatap Gale sejenak, ia membuka mulutnya saat Gale menyodorkan sendok bubur padanya.
Ia memang sangat lelah, entah karena pekerjaannya, atau karena hari ini, hari yang sebenarnya tidak ingin ia ingat, semua begitu melelahkan, fisik, juga mentalnya, Verss menghentikan gerakan tangan Gale, ia ingat semalam memang ada yang memeluknya, sangat hangat.
"Aku ingin tidur lagi Gale, rasanya lelah sekali"
Gale menaruh mangkuk bubur ke tempatnya, membantu Verss menurunkan tubuhnya dan tidur kembali.
Tidak ada suara lain lagi, entah karena Verss baru minum obat yang diberikan Gale tadi ia terlelap begitu cepat.
Gale meraba kening Verss, setidaknya panasnya sudah agak berkurang.
Gale meraih handuk yang tadi juga dibawanya dari luar dan membasuh kening dan leher Verss pelan, Mimin bilang, Verss hampir tidak pernah sakit, ia selalu kuat walau sebanyak apapun pekerjaan yang diberikan untuknya, tapi hari ini, ia terlihat rapuh, karena hari ini, memang bukan hari biasa lainnya.
Angin berhembus membawa udara dingin bersamanya, langit mulai gelap, padahal jam baru menunjukkan pukul tiga sore.
Di depan pusara yang ada di antara banyaknya pusara di tengah tanah pemakaman pribadi tak jauh di luar kota, Verss duduk di depan pusara yang dibangun dengan nisan dari batu dan dikelilingi batu alam di bagian belakangnya, ada photo seorang wanita muda di pusara, masih terlihat muda, waktu meninggal delapan tahun lalu.
Gale berdiri tak jauh di belakangnya, walau Verss berkeras ingin menyendiri tapi Gale tidak akan membiarkannya, siapa saja bisa mengintai Verss saat ini, bahkan di tempat seperti ini.
Verss merapatkan syalnya, harus diakui ia kedinginan karena angin yang bertiup cukup kencang.
###############