Pagi hari yang cerah lainnya.
Padahal baru pukul enam pagi, matahari baruuu saja naik tapi keramaian fans sudah menumpuk di depan gedung Agency Starshot, kendaraan milik Verss baru berhenti di depan lobby.
"Verssa!!!! Akkkhhh!" Suara teriakan itu, Verss sudah sangat biasa hingga ia mulai semakin santai, dulu pertama-tama ia akan merasa terganggu, iritasi, kesal karena fans yang seakan tidak memberi ia kesempatan untuk beristirahat, sekarang, ia sudah biasa saja tuh.
Edwin mengangkat tangannya meminta para petugas keamanan gedung mendekat sebelum Verss turun dari mobilnya, tapi pintu dibuka sebelum para petugas mendekat, Gale keluar terlebih dulu, ia mengenakan setelan hitam lengkap dengan dasi garis-garis miring layaknya tukang debt collector yang galak, kacamata hitam untuk menutupi mata tajamnya, mengulurkan tangannya melindungi kepala Verss saat keluar dari mobil.
Verss mengenakan kemeja putih bersih dengan sedikit bordiran di bagian pundak sebelah kiri yang dimasukkan ke dalam celana panjang Chino berwarna navy dengan panjang agak menggantung di atas mata kakinya, sepatu pantofel berwarna hitam dan perak mengkilap dengan kaos kaki semata kaki, ia benar-benar menarik, Edwin menyewa penata kostum untuk semua cara berpakaian Verss sebagai artis besar.
Verss melepaskan kacamata hitamnya saat tiba di dalam gedung, ia baru menghentikan langkahnya saat tiba-tiba dari arah kerumunan seseorang berhasil merangsek maju langsung menuju ke arahnya.
"Verssa sayangku!!!" Seorang wanita muda, ia hampir berhasil meraih tangan Verss jika bukan karena Gale berhasil menahannya.
"Akkh Verss!"
Serentak para petugas keamanan memperketat penjagaan, tapi kerumunan semakin banyak, Verss melirik Gale yang terkepung di tengah saat menahan fans gilanya tadi, Edwin segera menarik tangan Verss.
"Ayo Verss kita cepat naik, situasinya benar-benar di luar kendali"
Gale hanya bisa melihat Verss masuk ke dalam lift bersama Edwin, sial ia tertahan, umpatnya dalam hati, ia berusaha keluar dari kerumunan, bagaimanapun ia harus segera menyusulnya.
Di dalam lift.
Ada tiga orang di dalam lift, Edwin, Verss, dan satu lagi pria yang berpakaian seperti petugas pengantar makanan, mengenakan jaket biru tua, mengenakan topi berlogo rumah makan dan membawa tentengan di tangannya.
Edwin menekan tombol lantai dua puluh tiga, kantor miliknya di atas, tak lama ponselnya berdering.
"Yah Min, cepat bawa ke kantor, poster sebesar itu harusnya sudah ada sejak pagi di lantai bawah acaranya akan dimulai sore ini tapi sedikit persiapanpun belum ada, bagaimana kalian bekerja!"
Pintu lift terbuka di lantai lima, dua orang pria masuk lagi, satunya seperti petugas kebersihan dan satunya lagi seperti pengunjung biasanya, situasi jadi agak panas, pikir Verss, entah kenapa jantungnya berdetak cepat, apa mungkin orang-orang itu mengejarnya sampai ke kantornya? Ini tempat umum, kalau ingin menculik bukan di sini khan, Verss tak ingin berpikiran buruk, tapi pintu lift kembali terbuka, ada kereta untuk laundry kostum yang didorong masuk seorang wanita sebaya.
"Permisi" ia langsung berdiri di depan Verss yang sedikit mundur untuk memberi ruang, wanita itu sempat tersenyum pada Verss, yah siapa yang tidak akan senang melihatnya, wajah Verss memang sangat bercahaya, ia membuat semua orang yang melihatnya senang hanya dengan melihatnya saja.
Verss menarik-narik pakaian Edwin, manajernya itu masih sibuk dengan teleponnya hingga tidak menyadari situasi di depannya kini, Verss hanya merasakan aura tak enak seakan semua orang yang masuk itu benar mengincarnya, mungkin hanya perasannya karena traumanya belum juga hilang setelah hampir diculik kemarin.
Edwin hanya menoleh, lantai tujuan mereka sudah hampir tiba, ia menarik tangan Verss mendekati pintu melewati lainnya.
"Cepat bawa poster, figure semua yang sudah selesai ke kantor, jangan lupa souvernirnya juga, kerja sudah lama ssperti orang baru saja, permisi" Edwin masih sempat permisi pada pria di depannya hingga lift berhenti di tujuan mereka.
"Ting!"
Edwin keluar, Verss segera mengikutinya, tapi tiba-tiba ia ditarik ke belakang dan masuk kembali ke dalam lift.
"Umpp!"
Edwin menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, tidak ada Verss di mana-mana, di mana anak itu?
"Verss!"
Di dalam lift.
"Akh lepaskan!" Tangan Verss ditahan dua pria asing di dalam lift tadi sementara satunya siap maju mendekat dengan kain untuk menyumpal mulut Verss, pasti ada obat biusnya! Verss bisa menciumnya dari kejauhan, kereta itu disiapkan untuk menyembunyikan dirinya, ini tidak boleh terjadi ia harus melawan.
"Akh apa yang kalian inginkan!"
Sedikit lagi kain itu menutup mulut Verss saat tiba-tiba pintu lift dibuka paksa dari luar.
Kretttekkkkk.
Gale sudah berdiri dengan sekuat tenaga melebarkan pintu lift dan langsung menerjang dua orang yang menahan tubuh Verss.
"Bukkk!"
Tanpa kompromi menendang satunya hingga jatuh keras membentur dinding lift, mengarahkan kepalan tinjunya pada satu lagi yang menahan tangan Verss.
"Bukkk!"
Ia menarik tangan Verss ke belakangnya sementara ia membereskan seorang sisanya, wanita sebaya itu ketakutan dan berlari keluar lift secepat ia bisa.
Hanya beberapa detik tiga orang pria yang hendak menculik Verss terkapar kesakitan di sudut lift.
"Aduuuh"
Para petugas keamanan segera masuk dan menahan mereka.
Gale melihat Verss, memeriksanya depan dan belakang, juga wajahnya, ujung keningnya ada sedikit darah, Verss baru menyadarinya saat Gale menyentuhnya, pasti karena tadi terbentur kereta barang saat orang-orang itu mendorongnya.
Edwin lari mendekat dari arah anak tangga, ia cepat mengabari petugas keamanan yang berjaga di setiap lantai untuk menunggu di depan lift, beruntung karena Gale yang cepat membuka paksa lift yang berhenti hingga bisa menghentikan upaya penculikan nekat di siang bolong.
Edwin baru hendak mengangkat tangannya memeriksa Verss saat Gale sudah menggandeng tangan Verss pergi.
"Ayo, bersihkan lukamu"
Verss tak bisa menolak, Gale sepertinya marah padanya karena ia pergi tanpa dirinya tadi.
"Eh Gale"
######################