Sementara di garis belakang saat Mei, Aiza, dan Yohan sedang membantu para warga yang terluka, tiba-tiba Mei diserang oleh satu panah yang beruntungnya masih bisa dihindari olehnya.
Alhasil Mei menyuruh mereka berdua untuk pergi duluan sementara Mei menghadapi lawannya saat ini, meskipun ia masih belum tahu keberadaannya sekarang.
"Aku tidak bisa merasakan keberadaannya."
Sementara Tarantula yang serangan kejutannya tidak berhasil mengenai Mei masih terus bersiap untuk melesatkan panah berikutnya. Di belakangnya juga terdapat puluhan pasukan bawahan pemanah yang berasal dari jenis Chimera Ant.
Chimera Ant adalah salah satu penduduk Kerajaan Hutan yang memiliki bentuk seperti serangga tapi memiliki akal dan dapat berbicara, lalu tingginya juga setara dengan manusia normal. Ada banyak jenis Chimera Ant seperti jenis yang berbentuk semut, lebah, laba-laba, ngengat, dan lainnya.
Mereka semua menyebar menjadi beberapa unit dan mengincar orang yang sama, yaitu Mei. Mereka semua menunggu perintah dari Tarantula untuk menembak Mei.
"Beri kami perintah, Tarantula-sama."
"Tunggu sebentar."
Tarantula memberikan tanda 'stop' dengan tangannya bermaksud untuk menahan serangan. Ia masih terus memperhatikan Mei yang masih berada di dalam jarak pandang dan serangnya, jadi ia memutuskan untuk tidak terlalu terburu-buru untuk menyerang.
Ia masih memperhatikan Mei yang masih terus mencari keberadaan musuhnya. Lalu Tarantula mulai memerintahkan salah satu bawahannya untuk menyerang.
"Kau!" ucap Tarantula menunjuk salah satu Chimera Ant.
"Baik!"
"Buat dirimu berguna dan cepat tembak dia."
"Baik!"
Chimera Ant dengan bentuk semut itu pun kemudian membidik Mei yang masih mencari keberadaan musuhnya. Lalu setelah lama membidik, ia pun melesatkan panahnya.
Swuuushh…
Dengan cepat panah itu melesat menuju Mei yang tentu saja segera disadari oleh Mei. Panah itu berhasil dihindari Mei secara sempurna dengan menghindar ke kiri dan tanpa jeda ia pun langsung membalas serangannya ke arah panah tersebut berasal.
"Gyaaakhh …!!"
Dengan tepat sasaran panah Mei melesat dengan cepat dan tepat menusuk langsung bagian mata Chimera Ant itu yang membuatnya langsung mati.
Sementara dari pihak Mei yang sudah berhasil mengetahui keberadaan musuhnya langsung memusatkan perhatiannya ke tempat barusan dan matanya berhasil bertatapan langsung dengan mata pemimpinnya, yaitu Tarantula.
Ia menampilkan senyum percaya diri lalu mengeluarkan lidahnya seakan mengejek saat matanya bertatapan langsung dengan Tarantula yang membuat Tarantula terpancing kemarahannya.
"Bo-Bocah sialan …!! Oi kalian! Cepat serang dia!"
Para Chimera Ant bawahan Tarantula langsung bersiap untuk menyerang Mei. Sementara Mei yang sadar kalau serangan akan datang langsung mengambil satu anak panahnya dan bersiap menembak lagi.
Swuushh… Swuuushh… Swuuushh…
Kumpulan anak panah mulai melesat menuju Mei, tapi dengan cepat Mei berlindung di balik batang pohon sehingga serangannya tidak ada yang mengenainya. Setelah hujan anak panah itu selesai, ia kembali membidik dengan cepat dan melesatkan anak panahnya.
"Gaakkhh …!!"
Lagi-lagi Mei berhasil membunuh Chimera Ant dengan satu kali tembakan.
Pergerakannya kali ini sangat efisien dan tepat sehingga ia bisa membunuh dengan efektif.
Posisi Mei sebenarnya tidak begitu diuntungkan berbeda dengan Tarantula dan anak buahnya yang masih berada di bagian terluar hutan, sehingga masih ada beberapa pepohonan yang bisa dipakai untuk bersembunyi. Sementara Mei berada di bagian kota sehingga pohon yang bisa ia gunakan sebagai tempat perlindungan tidak terlalu banyak.
Tapi itu tidak membuat Mei mengeluh, sebaliknya ia mencoba mencari cara untuk membalikkan keadaan tidak menguntungkan ini pada dirinya. Ia sadar kalau jumlah musuh lebih dari satu, tapi sebagian besar ia sudah mengetahui posisinya.
Bagi seorang petarung jarak jauh terutama seperti Mei, diketahui posisinya oleh musuh adalah suatu kesalahan besar. Jadi untuk saat ini Mei masih memiliki harapan untuk mengalahkan mereka semua.
Mei mengambil dua anak panah sekaligus dan bersiap untuk menembak lagi. Tapi kali ini ia punya rencana lain supaya setidaknya ia bisa mengurangi jumlah musuh.
"Harusnya tadi aku tidak menyuruh mereka untuk pergi. Tipe seranganku bukan tipe eksplosif, bagaimana caranya aku membuat pengalih perhatian," gumam Mei menyesal.
Ia memeriksa sekitarnya dan menyadari kalau ada sebuah mobil yang ditinggalkan oleh pemiliknya. Mobil itu sudah berada dalam keadaan setengah rusak dan hampir meledak, Mei kemudian berpikir kalau ia bisa menggunakannya saat ini.
"Aku tidak tahu apa aku masih bisa, tapi …."
Ziiing…
Mei melihat ke arah panahnya dan sedikit memberinya aura sehingga panahnya hampir terlihat transparan dan jika ditembakkan, akan lebih senyap dari sebelumnya.
"Ternyata aku masih bisa. Yosh! Saatnya menjalankan rencana ini."
Di pihak Tarantula sendiri, ia dan anak buahnya masih belum melakukan pergerakan karena Mei masih belum keluar dari persembunyiannya. Karena terlalu lama menunggu dan tidak melakukan apa-apa, anak buahnya bertanya kepada Tarantula.
"Tarantula-sama, apa kita akan terus menunggu begini?"
"Diam! Musuh kita hanya satu orang, aku tidak tahu apa yang akan dilakukannya tapi biarkan dia melakukan sesukanya."
Duaaarrrr…
Saat Tarantula sedang berbicara dengan anak buahnya, tiba-tiba ada sebuah ledakan yang terjadi pada salah satu mobil. Hal itu langsung membuat Tarantula dan yang lainnya bersiaga.
"Silent Shoot."
Swuuushh… Swuuushh…
"Gaakkhh …! Akhh …!"
"Dimana itu?! Dimana musuh kita? Akkhhh …!!"
Serangan diam-diam yang dilakukan oleh Mei berhasil membuat panik para Chimera Ant bawahan Tarantula. Tidak hanya itu, seakan serangan itu mengarah langsung ke kepala mereka karena semua serangan yang dilepaskan oleh Mei semuanya mengincar kepala.
Swuushh…
Salah satu panah itu mengincar ke arah kepala Tarantula, tapi dengan sigap Tarantula dapat menangkapnya dengan tangan kosong. Ia melihat ke arah panah yang digunakan untuk menyerangnya.
"Ini …."
Anak panahnya terlihat lebih transparan dan menyatu dengan alam sehingga sulit untuk dideteksi. Terlebih lagi dengan bagian panah yang kecil dan diberikan suatu tambahan aura sehingga membuatnya melesat lebih cepat dan mengurangi suara saat terbang.
Kraakk…
"Bocah sialan itu sudah benar-benar menghina kita! Serang balik dia!"
"Ba-Baik!"
Swuuushh… Swuuushh…
"?!!"
Tarantula mematahkan anak panah milik Mei dan menyuruh anak buahnya untuk menyerang balik. Sementara Mei yang sadar kalau ia diserang balik dengan puluhan anak panah langsung menghentikan serangannya dan bersembunyi di balik pohon.
"Aku akan coba menyerang lagi."
Mei mencoba untuk menyerang lagi, tapi jeda yang diberikan pasukan Tarantula terlalu sempit sehingga ia tidak memiliki waktu untuk melakukan serangan balik. Baru selesai serangan pertama, hanya beberapa detik saja serangan kedua sudah muncul lagi.
Serangan yang tak diduga oleh Mei itu hampir saja membuatnya terluka karena salah satu panah hampir mengenai bagian dahinya.
"Padahal aku sudah mengurangi cukup banyak musuh, tapi kenapa mereka masih banyak?!"
Ia juga sudah berhasil mengingat wajah pemimpin mereka, yaitu Tarantula. Jadi Mei memutuskan untuk mengincar dia terlebih dahulu.
"Jika aku berhasil membunuh pemimpinnya, otomatis bawahannya akan mundur," gumam Mei.
Ia pun mulai bersiap untuk menyerang lagi. Tapi entah kenapa tangannya tiba-tiba gemetaran seakan ia sedang panik dan tegang.
Swuushh…
"Gawat …!!"
Mei tidak sengaja melepaskan panahnya saat ia sedang tidak siap sehingga arahnya sangat jauh dari sasarannya. Tarantula yang melihat anak panah yang melesat di sampingnya hanya diam saja sambil terus menyuruh anak buahnya untuk membalas serangan Mei.
"Hmm …? Serangan? Lanjut terus serang!"
Swuushh… Syuutt…
"Hnnghh …!!"
Salah satu anak panah mengenai bahu kiri Mei yang membuatnya meringis kesakitan. Awalnya ia ingin berteriak tapi ia langsung menutup mulutnya agar posisinya tidak diketahui musuh. Ia pun memutuskan untuk beristirahat sebentar.
"Si-Sial …."
Ia melihat anak panah yang menempel bahunya, beruntung itu tidak mengandung sesuatu seperti racun yang bisa mengancam hidupnya. Mei juga melihat ke arah tangannya yang belum berhenti dari gemetarannya.
"Apa-apaan ini, kenapa … aku bisa gemetar seperti ini …?"
Ia bertanya pada dirinya sendiri dalam kesakitan. Ia ingat kalau dirinya pernah mengalami hal yang sama saat berada di depan Lord Irits, gemetaran karena ketakutan juga terjadi saat itu.
"Jangan bilang kalau aku ketakutan?"
Buukk… Buukk…
"Berhenti gemetaran … dasar bocah!"
Ia memukul-mukul batang kayu karena kesal menerima fakta bahwa dirinya masih ketakutan. Ia masih mengalami trauma saat melihat perbedaan kekuatan yang sangat besar saat berhadapan langsung dengan Lord Irits.
Tapi ia mengingat sesuatu yang tiba-tiba saja terbesit di dalam pikirannya yang sedang kacau saat ini. Ia mengingat kata-kata Aiza beberapa Minggu setelah kemenangan para Hero dari Lord Irits.
Mereka memang berencana bertemu karena ingin mendekatkan pertemanan mereka. Meskipun Aiza Yuki jauh lebih tua dari Mei yang masih sekolah, tapi itu tidak membuat mereka menjadi canggung. Saat sedang ngobrol santai, Mei bertanya sesuatu kepada Aiza.
"Aiza-san, aku ingin tanya sesuatu apa boleh?"
"Tidak usah sungkan begitu, selama aku bisa tahu jawabannya aku pasti akan menjawabnya."
"Bagaimana caramu mengatasi ketakutanmu?"
"Kenapa tiba-tiba tanya begitu?"
"Waktu berhadapan dengan Alien itu, aku tidak bisa berhenti gemetaran karena sangat ketakutan. Yang bisa kulakukan hanya berharap ada yang datang dan menolongku, aku bahkan hampir menangis. Aku sangat ingin tahu caranya agar bisa mengatasi hal itu."
"Hmm … begitu ya."
Aiza diam sebentar untuk berpikir jawaban apa yang tepat untuk pertanyaan Mei barusan. Dan setelah menemukan jawabannya, ia pun menjawabnya.
"Aku rasa memang tidak ada caranya deh, hehehe …."
"Eh? Serius?"
"Aku tidak tahu apakah ini jawaban yang kau cari atau bukan, tapi aku mengatasi ketakutanku dengan berpikir kalau aku lebih kuat dan lebih hebat dari yang lainnya. Dengan begitu aku tidak perlu memikirkan hal sepele lain seperti kekalahan atau semacamnya."
"Berpikir kalau aku lebih hebat … dari yang lainnya?"
Mei terus memikirkan jawaban yang diberikan oleh Aiza saat itu, bahkan sampai saat ini. Tapi entah kenapa itu memberikannya ketenangan, seperti itu adalah jawaban yang tepat, setidaknya untuk dirinya.
"Aiza-san, terima kasih," gumam Mei.
Seketika gemetarannya hilang dan Mei sudah bisa berpikir lebih jernih saat ini. Tatapannya jadi lebih tajam dan ia sadar kalau masih ada pertarungan yang harus diselesaikan.
Mei kemudian memikirkan sebuah strategi. Ia tidak harus mengincar pemimpinnya terlebih dahulu, yang harus dia lakukan adalah mengurangi rintangannya terlebih dahulu, yaitu anak buahnya.
Dengan dirinya yang lebih tenang saat ini, Mei mengambil beberapa anak panah sekaligus. Ia tidak mencabut anak panah yang menancap di bahunya karena akan menyebabkan pendarahan.
Lalu kemudian Mei berdiri dan berlari meninggalkan posisi sebelumnya. Tentu saja hal itu disadari oleh Tarantula dan anak buahnya, mereka langsung dengan cepat membidik dan menembak Mei.
"Itu dia targetnya! Serang dia!"
Swuuushh… Swuuushh… Swuuushh…
Chimera Ant dan Mei menembak secara bersamaan, tiga anak panah berhasil ditembakkan secara bersamaan oleh Mei dan semuanya berhasil membunuh target secara sempurna.
Lalu Mei menghitung ada sebelas anak panah yang melesat ke arahnya sehingga ia berasumsi kalau tinggal tersisa sebelas musuh saja. Tiga sudah ia kalahkan jadi tinggal tersisa delapan termasuk pemimpinnya.
Mei menghindar dengan melompat ke kiri sambil berputar, saat berputar ia mengambil salah satu anak panah yang sedang melesat dan saat ia sudah menghadap depan lagi, ia langsung membidik dan melesatkan anak panah yang ia dapatkan tadi.
"Gyaaakhh …!!"
Tinggal tersisa tujuh lagi dan serangan berikutnya datang. Kumpulan anak panah melesat ke arah Mei yang berhasil dihindari.
Syuutt…
"Hnnghh …!!"
Tapi sayang ada salah satu panah yang berhasil mengenai paha Mei yang membuat ia harus bersembunyi terlebih dahulu, beruntung ia sudah menghabisi semua anak buah dari Tarantula. Dan sekarang adalah pertarungan satu lawan satu antara Mei melawan Tarantula.
Sementara Tarantula sendiri masih tidak percaya kalau pasukannya dapat dikalahkan oleh seorang anak kecil. Memang anak kecil itu lebih kuat dari kebanyakan pasukannya, tapi ia tetap tidak menyangka kalau semuanya akan mati olehnya.
"Dasar tidak berguna! Kenapa harus aku yang menyelesaikan semuanya?! Bocah itu … bocah itu akan membayar semuanya!"
Tarantula membidik ke arah salah satu pohon. Ia tahu kalau dibalik pohon itu ada Mei yang sedang terluka akibat terkena dua serangan di bagian kakinya. Oleh karena itu jika ia keluar, maka panah dari Tarantula siap untuk menghujam Mei.
Lalu Mei yang berada di balik pohon yang sedang ditargetkan oleh Tarantula, ia sedang meringis kesakitan karena panah yang menempel di bahu dan pahanya.
"Dia sudah tahu posisiku."
Tarantula sudah mengetahui posisi Mei, begitu juga sebaliknya. Jadi pertarungan ini benar-benar sudah sampai pada akhirnya, anak panah milik Mei juga tinggal tersisa satu buah saja. Jadi jika ia gagal, maka tamat bagi dirinya. Tapi …
"Tapi aku lebih hebat dari yang lainnya," ucap Mei pada dirinya.
Ia kali ini percaya pada dirinya sendiri dan tidak meragukan kemampuannya. Bahkan dengan lukanya saat ini dan anak panah yang tinggal satu, ia masih bisa bilang begitu.
"Power Shoot."
Anak panah milik Mei menjadi lebih tajam dan lebih kuat dari sebelumnya. Ini adalah serangan terakhir yang akan mengakhiri pertarungan ini.
Sementara Tarantula yang sudah menunggu Mei akan keluar akhirnya melihat sebuah pergerakan dari balik pohon itu, Mei berjalan dengan tertatih lalu berdiri diam tanpa ada perlindungan sama sekali.
Ia sudah tahu keberadaan Tarantula meskipun berjarak ratusan meter darinya. Dan Tarantula juga sudah bersiap untuk membidik kepala Mei, tapi ia masih bingung dengan Mei yang tidak memasang posisi siap.
Bahkan Mei sudah mengalungkan busur panahnya dan anak panahnya juga sudah habis. Mei memegangi bahunya yang terdapat anak panah menancap di sana, ia terengah-engah dan sudah terlihat sangat kelelahan dan kesakitan.
"Apa yang dia lakukan? Apa dia cari mati?" gumam Tarantula.
"Baiklah kalau begitu, aku tinggal—!"
Craasshh…
Tiba-tiba sebuah anak panah melesat dari atas dan terkena tepat di ubun-ubun Tarantula yang membuatnya terhuyung dan jatuh ke tanah lalu mati.
"A-Apa itu?! Ba-bagaimana bisa?!"
Sementara Mei yang mengetahui kalau Tarantula terkena serangannya hanya bisa tersenyum tipis. Ia bersyukur karena rencananya berhasil.
Saat berada di balik pohon, ia menembakkan anak panahnya ke atas dengan anak panah yang sudah diperkuat sebelumnya, jadi damage-nya akan lebih besar. Lalu ia keluar dari persembunyiannya dan terlihat seakan sudah pasrah untuk menjadi pengalih perhatian.
"Hah … hah … aku berhasil."
Ia yang sadar kalau pertarungannya di sini sudah selesai kemudian berjalan mundur ke belakang dengan tertatih-tatih. Mencari bantuan terdekat yang bisa ia dapatkan sebelum panah yang menancap ini mulai membuat infeksi.
Bersambung...