Sementara itu seminggu setelah insiden penangkapan para Hero oleh Kerajaan Hutan, para Hero yang dipilih oleh Yohan alias Techno Man telah berkumpul semua disini. Semuanya hadir disini hanya minus Fire God yang sakit, Ryuzaki yang masih dalam misi pencarian, dan juga White Shinigami yang keberadaannya hilang entah kemana saat ini.
Di gedung S.E.I.D yang baru, yang telah diperbaiki menjadi lebih besar dan memudahkan para Hero untuk bergerak ke kota-kota lainnya dengan lebih mudah. Mereka berkumpul di suatu ruangan rapat dengan meja panjang di dalamnya.
Saat semuanya sudah berkumpul, lalu yang terakhir datang adalah Techno Man bersama dengan Agent Peterson. Mereka pun memulai rapatnya.
"Ehem … sebelumnya aku sudah memberitahu kalian kalau kita akan melakukan penyelidikan di Phantom Forest, tapi apa masih ada yang belum tahu apa yang sebenarnya terjadi di sana?" tanya Techno Man.
Lalu Shota dan Saibo mengangkat tangannya. Sepertinya hanya mereka berdua yang belum tahu tentang apa yang terjadi karena yang lainnya hanya diam saja.
"Aku terlalu sibuk latihan belakangan ini, jadi tidak update soal apapun tentang Java City," ucap Shota.
"Aku juga. Sebenarnya aku hanya mengiyakan ajakan Yohan saja, aku tidak terlalu mengerti dengan apa yang terjadi," ucap Saibo.
"Baiklah, aku akan menjelaskannya secara singkat."
Techno Man kemudian memencet sebuah tombol di remot dan muncul sebuah layar hologram yang menunjukkan peta Java City dan juga Phantom Forest. Techno Man memperbesar lagi peta tersebut dan memfokuskannya di area perbatasan Java City dan Phantom Forest.
"S.E.I.D saat ini sedang melakukan proyek ekspansi untuk memperluas Java City, tapi rencana itu terhambat karena adanya Phantom Forest. Jadi mau tidak mau kami harus memangkas sebagai kecil hutan, tapi saat proyek sedang dijalankan tiba-tiba ada kumpulan monster yang menyerang dan membunuh para pekerja …."
Techno Man menunjukkan beberapa foto pasca pembantaian dan mayat-mayat para pekerja kepada para Hero.
"Jahatnya …," ucap Aiza Yuki.
"Seminggu yang lalu ada dua Hero yang bertarung disana yaitu Dark Dimensional dan Water Man, lalu datang tiga Hero lagi sebagai bala bantuan yaitu Silver Elf, Raven X, dan Leonardo Zephyrus. Tapi sayangnya sampai saat ini mereka belum kembali dari Phantom Forest," lanjut Techno Man.
"Apa ada tanda-tanda keberadaannya?" tanya Shota.
"Hal itu masih belum bisa dipastikan, status mereka hidup atau mati juga masih tanda tanya. Makanya aku membentuk tim ini untuk melakukan penyelidikan sekaligus penyelamatan mereka jika kelima Hero itu masih hidup."
Setelah penjelasan panjang lebar itu, Techno Man pun mematikan layar hologram yang dari tadi ia nyalakan dan suasana hening pun terjadi.
"Jadi itu alasan kita dipanggil kesini," gumam Big Bro.
"Kau juga tidak tahu?" tanya Mei.
"Soal beritanya aku tahu, tapi aku tidak tahu kalau aku dipanggil karena berhubungan
dengan hal itu."
"Oh."
"Apa-apaan balasan tidak tertarik itu?" ucap Big Bro datar.
"Bagaimana kondisi saat ini di sana?" tanya Lightning Mask.
"Ah, soal itu—"
Blam…
Sebelum Techno Man menjelaskan tentang keadaan di sana. Tiba-tiba ada seorang Agent level rendah yang datang secara tergesa-gesa dan dalam kondisi yang kelelahan.
"Hah … hah … p-permisi …."
"Ada apa?" tanya Agent Peterson.
"Ja-Java City sedang diserang! Dan penyerangnya berasal dari Phantom Forest!"
Mendengar kabar itu membuat semua Hero yang ada di situ terkejut. Mereka tidak menyangka kalau makhluk dari dalam Phantom Forest berani menyerang mereka duluan.
"Sekarang bagaimana?" tanya Saibo.
"Tidak ada pilihan lain lagi, kita harus segera kesana dan mempertahankan Java City," ucap Agent Peterson.
Mereka pun membubarkan rapatnya lebih cepat dari yang dijadwalkan karena ada urusan yang lebih penting. Saat ini kota Java City sedang diserang dan mereka harus segera pergi kesana.
**
Sementara itu di perbatasan Java City dan Phantom Forest, garis pertahanan terakhir yang dibuat oleh S.E.I.D telah hancur. Para makhluk kerajaan hutan yang terdiri dari berbagai jenis ras pun masuk ke dalam kota. Mulai dari ras elf, goblin, serangga humanoid, manusia setengah binatang, dan yang lainnya.
Agent-Agent yang sedang berada disana untuk mengawasi keadaan semuanya lari kocar-kacir dari sana. Sementara ada juga beberapa Hero kelas rendah yang dipanggil untuk membantu menjaga perbatasan, tapi semuanya berhasil dikalahkan karena musuhnya yang terlalu banyak dan kuat.
Dan diantara banyaknya pasukan Kerajaan Hutan, ada wajah salah satu jenderal yang memiliki aura kuat, yaitu Kaylee. Ia memimpin penyerangan bersama dengan kroco-kroco yang lain.
"Bunuh semua manusia yang kalian lihat! Jangan sisakan siapapun!"
Kekacauan menyebar begitu cepat bagaikan api yang membakar sebuah kertas.
Hampir seluruh bagian kota yang berdekatan dengan Phantom Forest sudah dihancurkan dan banyak juga manusia yang telah mati.
Para Hero yang baru datang beberapa saat kemudian menyaksikan kekacauan yang terjadi disana. Nampaknya mereka sedikit terlambat karena jarak yang lumayan jauh dari kantor S.E.I.D, tapi itu tidak menghentikan mereka untuk langsung menolong orang yang mereka lihat saat sampai disana.
Seorang nenek tua terlihat terjatuh dan tak bisa bangkit lagi karena kakinya yang tertimpa reruntuhan bangunan. Dengan tenaganya yang tersisa ia mencoba untuk menarik kakinya, tapi usahanya percuma. Sialnya, ada sesosok monster kroco yang melihat keadaan nenek itu.
"Kukukuku … akhirnya aku bisa membunuh seseorang walaupun cuma satu," ucapnya senang.
"To-tolong aku …," ucap nenek dengan nada lemah sekaligus pasrah.
Swuushh… Syuutt…
"Gaakkhh …!!!"
Tapi tidak secepat itu bagi monster kroco tadi untuk melukai nenek tadi. Sebelum ia sempat berbuat apa-apa kepada nenek tadi, sebuah anak panah melesat dengan cepat dan tepat mengarah ke kepala monster tadi yang membuatnya mati seketika.
Mei yang menembakkan panah tadi langsung menghampiri nenek tadi dan Shota pun langsung mengangkat reruntuhan yang menimpa nenek tadi.
"Apa nenek tidak apa-apa?" tanya Mei.
"Te-terima kasih …."
Nenek itu pun langsung dibantu untuk berdiri dan dibawa ke tempat yang lebih aman. Sementara para Hero lainnya berniat untuk pergi lebih dalam ke sumber masalahnya, yaitu Kerajaan Hutan yang berada di dalam Phantom Forest.
"Sepertinya kita harus pergi menuju hutan," ucap Shota.
"Aku akan ikut denganmu."
"Aku juga."
"Kau tidak bisa pergi sendirian, kan?"
Saibo, Big Bro, dan Lightning Mask tidak ingin membiarkan Shota untuk pergi sendirian masuk ke dalam hutan, jadi mereka ikut memutuskan untuk pergi bersama ke dalam hutan.
"Mei, Aiza, dan Yohan! Kalian tunggu disini saja sambil menjaga barisan belakang dan membantu evakuasi para warga."
"Baik!" jawab mereka bersamaan.
Setelah setuju dengan peran dan bagiannya masing-masing, mereka pun berpisah menjadi dua tim dimana tim yang dipimpin oleh Lightning Mask masuk ke dalam hutan dan tim yang dipimpin oleh Techno Man berjaga di luar hutan.
Tim Lightning Mask terus melesat dengan cepat menuju ke Phantom Forest dan saat ini sudah sampai di perbatasan antara Java City dan juga Phantom Forest. Pembatas untuk melindungi Java City telah hancur dan keadaannya juga sangat kacau.
Saat mereka ingin masuk lebih dalam, tiba-tiba mereka dihalangi oleh para monster kroco. Meskipun mereka kroco Kerajaan Hutan, tapi jumlahnya tidak bisa dianggap remeh karena berjumlah kurang lebih lima ratus ekor.
"Jangan anggap kalian bisa lewat!" ucap salah satu monster kroco.
"Bagaimana ini? Jumlah mereka tidak bisa diremehkan," tanya Big Bro.
Tapi sebelum yang lainnya menjawab, Lightning Mask berjalan maju ke depan sehingga ia berada di posisi paling depan dari para Hero lainnya. Setelah itu ia menengok ke belakang dan mengucapkan sesuatu.
"Aku akan melawan yang disini, kalian lewatlah."
"Aku mengerti."
Bzztt… Bzztt…
Lightning Mask mengeluarkan aura petir yang ia modifikasi menjadi bentuk pedang petir yang menyambar-nyambar, lalu setelah itu ia memasang kuda-kuda.
"Aku akan membuat jalan."
Bzztt… Blaaaaaarrr…
"Gyaaakhh …!!!"
Setelah itu Lightning Mask melesat dengan cepat meninggalkan yang lainnya sampai ke belakang pertahanan lawan. Monster-monster yang terkena serangannya pun hanya bisa terpental dan terbakar karena petir yang sangat panas.
"Lightning Mask sudah membuat jalan! Ayo cepat kita lewat!"
Mereka bertiga pun kemudian berlari masuk ke dalam hutan meninggalkan Lightning Mask yang membalik badannya dan menghadapi musuhnya yang masih berjumlah empat ratusan lebih.
"Mau lewat? Lewati aku dulu."
Lightning Mask kemudian kembali memasang kuda-kudanya dan bersiap untuk membantai monster-monster lagi.
**
Sementara tiga Hero yang telah masuk ke dalam Phantom Forest menemukan sebuah jalan besar yang sepertinya adalah jalan menuju ke Kerajaan Hutan.
"Sepertinya ini jalan yang benar. Eh?!"
Duaaarrrr… Duaaarrrr… Duaaarrrr…
Ledakan beruntun mengarah ke arah mereka bertiga yang membuat mereka harus menghindarinya. Beruntung saja itu tidak melukai mereka sedikitpun, tapi serangan kepada para Hero tidak berhenti sampai disitu.
Setelah ledakan beruntun yang terjadi tadi, sebuah asap tebal menyelimuti mereka bertiga yang membuat pandangan mereka terbatasi dan membuat mereka terpisah.
"Cih! Apa kalian tidak apa-apa?!" tanya Shota.
"Ya, tapi aku tidak bisa melihatmu!" ucap Big Bro.
Shota, Big Bro, dan Saibo terpisah oleh sebuah asap yang mengelilingi mereka. Asap itu berasal dari sebuah cerutu yang ditiup oleh sesosok makhluk yang terlihat sedang duduk santai di atas sebuah batang pohon.
"Fyuuhh … meskipun aku tidak sekuat para Jenderal Kerajaan Hutan, tapi setidaknya aku bisa membuat mereka terpisah agar memudahkan yang lainnya …," ucap makhluk itu.
Makhluk itu memiliki kulit berwarna biru dengan topi penyihir yang menjulang tinggi. Ia membawa sebuah cerutu yang digunakannya untuk menyesatkan serta memisahkan para Hero tadi.
"… Vindiru, telah melaksanakan tugasnya, Zuriguri-sama," gumam wanita monster bernama Vindiru itu.
Sementara bagi para Hero yang saat ini terpisah, saat asap kabut itu menghilang mereka menyadari kalau mereka terpisah di tiga tempat yang berbeda. Shota berada di sebuah lapangan luas, Big Bro berada di sebuah daerah dengan pepohonan yang rindang, sementara Saibo berada di depan sebuah bibir gua.
"Dimana aku sekarang?" gumam Shota.
"Hehehe … sepertinya kau yang jadi lawanku, ya?"
Manusia setengah binatang berjalan dengan percaya dirinya kearah Shota yang terlihat waspada kepadanya.
"Siapa kau?"
"Kanelu. Ingat nama itu, karena nama itu yang akan membunuhmu."
Shota tidak membalas perkataannya lagi, ia lebih memilih untuk waspada dan memasang kuda-kuda daripada membuang tenaganya hanya untuk berbicara.
Lalu ada juga Big Bro yang masih kebingungan dengan keberadaannya sendiri saat ini. Ia menengok ke kanan dan kiri mencoba menebak posisinya sekarang, tapi percuma karena pemandangannya semuanya hampir sama. Saat Big Bro sedang bingung, tiba-tiba ada suara yang menggema di dekatnya.
"Wah, wah, wah, sepertinya lawanku adalah seorang yang amatir."
"Siapa itu?!"
"Hoo … apa aku menakutimu?"
"Ap—?!"
Tiba-tiba Kadaal muncul di belakang Big Bro yang membuatnya terkejut dan reflek mengarahkan pukulannya ke belakang, tapi Kadaal masih dengan cermat menghindarinya. Ia kemudian kembali melompat ke atas pohon dan melakukan kamuflasenya lagi.
"Kau punya refleks yang bagus, tapi sayang kau tidak tenang," ucap Kadaal yang sedang berkamuflase.
"Yang benar saja, lawanku seekor bunglon?" gumam Big Bro.
Big Bro kemudian menarik pedangnya dari sarungnya dan berada dalam posisi siaga. Lawannya kali ini lebih merepotkan dari yang ia duga karena memiliki kemampuan kamuflase.
Dan yang terakhir adalah Saibo yang tersesat karena kabut dan berakhir di depan sebuah bibir gua. Dengan dua buah obor di pintu masuknya, Saibo bisa mendengar samar-samar suara berisik dari dalam gua yang menarik perhatiannya. Karena ia tidak tahan, akhirnya Saibo pun masuk ke dalam.
Di dalam gua ternyata lebih terang dan rapi dari yang ia duga karena terdapat sebuah obor di setiap beberapa meter di pinggir gua. Lalu Saibo terkejut ketika ia bertemu seseorang yang sedang sibuk memakan sesuatu di depannya.
"A-Apa yang terjadi?"
"GroOoagghh …!!!"
Manusia-manusia itu terlihat lebih kuat dari manusia normal karena tubuhnya yang lebih berotot dan normal dari manusia biasa. Lalu darah di mulutnya yang membuatnya semakin menyeramkan. Saat Saibo ingin keluar dari gua itu, tiba-tiba ada seseorang yang mencegatnya.
Seorang monster yang berasal dari suku dwarf karena tubuhnya yang lebih kecil dari manusia biasa. Ia sepertinya adalah pemimpin dari manusia-manusia tadi. Ia adalah Immanuel Sabactee.
"Siapa yang berani memasuki gua milikku?!" ucapnya marah.
"Aku tidak bermaksud masuk kesini sebenarnya, ku-kumohon …."
Tapi ia sepertinya tidak peduli karena Immanuel menyuruh manusia-manusia gua itu menyerang Saibo. Dengan ukuran gua yang tidak terlalu besar membuat pergerakan Saibo jadi terhambat.
"Sial! Kenapa hidupku selalu sial?!"
**
Sementara itu di perbatasan Java City, Mei dan Aiza Yuki yang sedang membantu warga-warga yang terluka terlihat sibuk. Ada banyak warga biasa yang memerlukan bantuan dan para Agent pun juga ikut membantu mereka.
Saat Mei sedang sibuk, dirinya tidak sadar kalau ada sesosok makhluk yang sedang membidiknya dari kejauhan. Serangga raksasa itu berada di tempat yang tersembunyi dan jauh sehingga tidak ada yang menyadari keberadaannya sampai ia menembakkan anak panahnya.
"Jadi mereka juga Hero, ya? Baiklah, aku akan mengincar yang paling kecil dulu," ucap Tarantula yang sedang membidik ke arah Mei.
Swuushh…
Anak panah pun dilepaskan oleh Tarantula menuju ke arah kepala belakang Mei.
Sementara Mei belum menyadari sampai di momen anak panah itu menembus sebuah daun yang jatuh dan menimbulkan suara kecil yang bisa di dengar oleh Mei.
Ia pun langsung memiringkan kepalanya ke kiri dan anak panah Tarantula hanya mengenai rambut panjangnya saja. Mei membalikkan badannya dan langsung sedia dengan panahnya setelah melihat anak panah yang melesat kearahnya.
"Mei, ada apa?"
"Kau bisa pergi duluan Aiza, ada sesuatu yang harus aku urus disini," ucap Mei sambil mempertajam penglihatannya.
"Ba-Baiklah."
Aiza pun pergi meninggalkan Mei dan membantu warga lainnya. Sementara Mei masih siaga dengan kemungkinan serangan selanjutnya.
"Aku tidak tahu keberadaannya," gumam Mei.
Para Hero sudah akan memulai pertarungannya masing-masing. Dengan lawan yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda juga, mereka bertarung dengan kekuatan yang mereka miliki untuk mempertahankan Java City.
Bersambung...