"Naah," kata Iwan seraya menunjuk-nunjuk Pak Saman. "Itu yang saya maksud."
"Baah…!" Bang Tohap terkekeh geleng-geleng kepala. "Yang ada-ada sajalah kelen-kelen itu!" (Kelen-kelen: kalian-kalian)
"Tapi," kata Bi Ayu pula. "Memang begitu sih yang dibilang sama Rezqi waktu didesak sama pamannya. Dia juga bilang kek gitu."
"Naah, kan," kata Iwan lagi sembari tertawa pelan.
"Tapi ngomong-ngomong," kata Pak Saman kemudian. "Si Rezqi lama amat mandinya?"
"Emangnya ada perlu ya, Bang Man?" tanya Bi Ayu pula.
"Ya nggak juga sih," sahut Pak Saman. "Cuman mau ngajakin si Rezqi buat besok."
"Ouh," Bi Ayu mengangguk-angguk. "Bang Man sama Bang Tohap kerjaannya lancar terus, yak?"
"Puji Tuhan lah, Yu," kekeh Bang Tohap.
"Iya, Alhamdulillah," timpal Pak Saman pula. "Yang namanya rezeki, yaa selagi ada tawaran, kenapa tidak? Ya nggak, Hap?"
"Betul itu," kata Bang Tohap. "Kalau kata Pak Haji, berdosa kita kalau menolak rezeki."