Shari tersenyum lagi. Bagaimanapun, ia tahu pasti penyebab Rezqi yang merasa kecapaian tersebut. Yaah, menguras dan memanen ikan-ikan di empang orang tuanya tadi itu bukanlah hal sepele. Semua upaya tersebut pastilah menuntut energi yang lebih. Sudah barang tentu Rezqi sekarang ini merasa penat dan letih, pikirnya.
"Ouh iya," kata Rezqi lagi. "Emang bener, ya, kemarin Babeh nanyain Shari?"
Shari tentu tahu pasti soal tersebut, hanya saja sang gadis ingin bisa lebih berlama-lama dengan Rezqi.
"Soal apa, Bang?" tanya Shari sembari menyembunyikan senyumnya.
"Yaa…" Rezqi tersenyum menatap langit yang begitu indah dengan awan-awan putih yang berarak. "Soal, waktu kemarin kita pas ketemu di simpang jalan ke arah Musola itu."
"Ouh…"
Rezqi melirik gadis di samping kanannya, kembali pandangannya tertuju pada mereka-mereka yang asyik bermain volly.
"Katanya," lanjut Rezqi. "Babeh ngelihat—eeng, Abang… Abang ngelus pipinya Shari."
"I—iya," ujar Shari. "Babeh nanyain Shari soal itu."