Punya niat baik belum tentu prosesnya akan berjalan baik. Melihat Khanza celingak-celinguk sendiri adalah kesempatan emas bagi Arif untuk menawarkan gadis cupu tersebut tumpangan. Mengulas senyum simpul, ia pun menghentikan motor tepat di depan Khanza.
"Butuh tumpangan?" ucapnya.
Pasti Khanza akan setuju, sebab hari semakin gelap adanya. Mungkin sebentar lagi hujan akan turun mendera. Sorak kemenangan pun bergaung di hati Arif kala bibir tipis tersebut terbuka. Namun siapa sangka sebuah proses yang hampir mulus bisa saja gagal. Tiba-tiba Vera datang dan sudah duduk di jok belakang.
Kaget itu pasti dan Arif pun tidak mampu menolak lagi. Tatapan bersalah pun ia layangkan pada Khanza yang telah membuang muka. Menghidupkan mesin motor, ia segera memacu kuda besi tersebut. Takut kalau mulut Vera semakin menjadi menghina Khanza.
Bahkan tanpa pamit, ia meninggalkan Khanza. Masih dalam hening tanpa kata, lelaki itu membiarkan basah hujan mengguyur tubuh ia bersama Vera.