Kucoba melukis sebuah kekuatan diri, berkanvaskan kesabaran menghadapi sebuah masalah, berwarnakan senyum dan tawa di dalam menutupi tangisan, dan berbingkaikan kesabaran dan ke ikhlasan menjalani rintangan.
***
Aku masih mampu tertawa walau sebenarnya hati ini tetap terluka. Mungkin hari memang giliran aku berduka. Namun bukankah esok belum tentu lagi takdir-Nya.
Khanza—gadis cupu tersebut mencoba melupakan masalah hatinya dengan Arif. Bersenda gurau dengan Faizal, ia tak henti tertawa walau mereka sudah dalam mobil dan dalam perjalanan pulang rumah.
"Jadi selama ini kamu sering berhubungan dengan Kak Zay?" Mata Khanza melotot tajam pada sang sahabat, awas saja kalau itu benar adanya. Maka ia akan mengeluarkan jurus mantra omelan emak-emak.
"Baru satu bulan ini Za," ralat Faizal. "Aku juga dapat nomor Kak Zay dari Papa."
"Apa?! Satu bulan? Dan kamu tidak mencariku sama sekali."
Ckck tak patut-patut! Sontak sebuah capitan mendarat pada kuping Faizal.
"Aduh! Ampun!" ringisnya.
