Jack masuk kedalam rumah kemudian merebahkan dirinya di ruang tamu. Menatap langit-langit yang lebar dengan hiasan lampu kristal nan indah.
Karina Mera tidak enak, ia hanya tidur makan dan yang lainnya. "Tuan, sampai saya menerima informasi kak Dave. Bisakah saya bekerja saja disini? saya tidak enak hanya menumpang."
Jack menoleh pada Karina. "Kerja apa yang kamu inginkan?"
"Menjadi asisten rumah tangga seperti yang lainnya."
"Ok, mulai besok kamu akan menjadi pelayan khusus untukku. Semua keperluan ku harus kamu yang siapkan, dari mulai makan juga bajuku "
"Benarkah, aku senang mendengarnya. Aku akan menelpon pada Ayahku karena aku kini bekerja, agar dia tidak khawatir."
Jack tidak terlalu mempedulikan ucapan Karina.
Han mengatur semua urusan Jack di kantor. Satu per satu ia selesaikan dengan baik. Han juga bersekolah di universitas bagus sama seperti Jack, ia hanya ingin balas Budi atas kebaikan keluarga Jack.
"Nyonya Emily!" panggil Jack, dalam hitungan detik pelayan utama rumah itu sudah berada di hadapannya.
"Nyonya ajarkan Karina tentang semua keperluan ku, mulai dari makanan sampai baju. Mulai sekarang dia bekerja sebagai pelayan pribadi ku."
Mendengar itu nyonya Emily tampak kaget, sebelumnya Jack bahkan tidak mengizinkan siapapun menyentuh barang pribadinya, kini ia memperkerjakan seorang gadis untuk layanan pribadi.
"Aku ingin berkuda, tolong siapkan bajunya antarkan ke kamarku." ucap Jack, ia kemudian pergi ke lantai dua lebih dulu.
Nyonya Emily mengajak Karina ke sebuah ruangan, dimana ruangan itu dipenuhi peralatan baju olahraga. Bisbol, berkuda, fitnes sampai golf. Karina menganga, sebelumnya ia hanya melihat alat-alat itu di televisi.
"Nona, antarkan baju ini ke kamar Yuan Jack. Kemudian bantu dia memakainya." ucap nyonya Emily.
Karina mengangguk, ia segera naik ke lantai dua rumah itu.
Gadis itu masuk ke kamar Jack, segera ia menaruh baju itu di atas ranjang. Jack hanya memakai celana bagian bawahnya saja di dalam kamar mandi. Kemudian keluar dengan bertelanjang dada. Karina memundurkan langkahnya. "Astaga!" lirihnya.
"Kenapa?" tanya Jack.
Karina menggeleng, Jack membalik tubuhnya menatap kaca besar di lemari. Bentuk kotak-kotak di perutnya membuat Karina salah fokus. "Hei, cepat pakaikan bajunya!"
Karina segera menyabet baju di atas kasur. Kemudian ia memakaikan nya kepada Jack, Karina mengancingkan bajunya dengan sedikit berjinjit karena Jack cukup tinggi.
Entah pria itu menggoda Karina atau bagaimana. Tiba-tiba Jack memajukan langkahnya dan membuat Karina menempel di kaca lemari. "Astaga aku tampan sekali!" lirih Jack memuji wajahnya, sedangkan Karina menatap leher jenjang Jack yang membuat jantung nya berdegup.
"Tuan sudah selesai." ucap Karina.
"Ah, tolong bawakan teh dan cemilan! Minta pada nyonya Emily, dia sudah tau."
Karina mengangguk paham.
Jack mengeluarkan kuda nya, kuda blasteran dari Italy itu benar-benar memiliki tubuh yang indah, dengan warna hitam mengkilat.
Karina berjaga di tepian guna memperhatikan Jack jika saja ia menginginkan sesuatu.
Jack tampak berbicara dengan Kuda kesayangan nya itu. Kemudian menaikinya, satu putaran kemudian dua putaran. Jack mengambil ancang-ancang untuk melakukan lebih kencang, tapi di putaran ke tiga Kuda itu tampak sedikit menggerakan tubuhnya kemudian berlari tanpa arah. Membuat satu tali di tangan Jack terlepas dan membuatnya terbanting ke belakang.
Melihat itu Karina langsung panik dan berteriak, Jack sudah jatuh di tanah. Kudanya terus mengamuk di pojokan.
Karina berteriak membuat pegawai yang membersihkan kandang kuda datang. Segera berlari kepada Jack dan sebagian menenangkan kuda itu.
Jack mengaduh nyeri. Karina memegangi kepala laki-laki itu. "Tuan, kamu baik-baik saja?" pertanyaan konyol gadis itu keluar begitu saja, padahal sudah jelas Jack sangat kesakitan. Namun paniknya tak mampu menyaring ucapannya.
"Tuan-tuan tolong bawa Tuan Jack pelan-pelan ke rumah." ucap Karina.
Kemudian tubuh Jack di pangku oleh tiga pegawai dan di tidurkan di ruang tamu di sofa yang muat untuk tubuhnya itu. Nyonya Emily panik dan menghampiri Tuannya itu.
"Kenapa ini? ada apa?" suara nyonya Emily panik.
"Pedrosa mengamuk." jelas salah satu pegawai, mengatakan nama kuda itu.
"Biasanya dia tidak seperti itu, aku akan memanggil Dokter sekarang!" Nyonya Emily langsung menelpon seseorang yang ia sebut Dokter itu.
Lelaki paruh baya membawa peralatan medis datang setengah jam setelah Nyonya Emily melakukan panggilan.
Jack menutup wajahnya dengan satu lengan, sembari menelentangkan tubuhnya di atas sofa.
"Tuan Jack kita potong saja celana ya, sepertinya ini akan sedikit sakit jika dipaksakan harus membuka celana nya."
Jack mengangguk. Dokter memotong celana Jack dari lutut ke bawah. Benar saja, Dokter hanya menarik bahan itu dan Jack berteriak nyeri.
Dokter memasangkan alt penopang di kaki Jack untuk menjaga tulang nya agar tidak di pakai berjalan dulu.
Dokter memberikan obat, dan Karina dengan sigap mendengarkan apa saja yang harus ia berikan kepada Jack.
"Nyonya Emily, tolong panggilkan pegawai pria untuk membantuku naik ke kamar."
Nyonya Emily mengangguk. Kemudian Jack kembali di pangku menaiki tangga oleh tiga pegawai.
Karina tetap berada di kamar Jack. Sementara pegawai lain pergi. "Tuan, maafkan saya!" lirih Karina.
"Kenapa minta maaf?"
"Karena saya Tuan jadi cedera, seharusnya Tuan berangkat bekerja. Tapi...." ucapan Karina tertahan.
"Tidak, ini memang sudah kecelakaan tak perlu membahasnya. Kamu hanya harus menjaga ku dengan baik." jawab Jack.
Karina mengangguk. Ia memberikan obat pada Jack, kemudian laki-laki itu tertidur dan Karina tak beranjak sedikitpun dari samping Jack.
Han pulang dari bekerja. Ia di beritahu oleh ibunya bahwa Jack jatuh dari berkuda dan membuat kakinya cedera. Han segera berlari ke kamar Tuannya itu karena panik.
Han masuk ke kamar Jack tanpa permisi, namun begitu masuk ia kaget, melihat Karina sedang tidur di samping Jack, walau tidak di ranjang Karina tampak menelungkup kan wajahnya, dan tubuhnya tetap di lantai.
Melihat pemandangan itu, Han memutuskan keluar lagi. Entah mengapa hatinya seperti tak rela melihat Karina seperti itu.
Gadis polos itu benar-benar masuk kedalam kebohongan Jack, dan dengan polosnya dia percaya.
Nyonya Emily melihat putranya yang mematung di depan kamar Jack. "Han, ada apa?" tanya ibunya.
"Kenapa Karina masih disini?"
"Dia menjadi pelayan pribadi Tuan Jack mulai hari ini!"
"Apa pelayan?"
Nyonya Emily mengangguk. "Kenapa harus gadis itu, dan kenapa harus seperti ini." Han berbicara pada dirinya sendiri tanpa menatap nyonya Emily.
"Han, biarkan saja. Lagi pula ini bukan urusan kita!"
"Bagaimana bisa Bu, aku melihat Kakaknya tewas dengan pelatuk yang di tarik Jack, apakah aku bisa pura-pura melupakan kejadian itu?"
Nyonya Emily terus melihat rasa bersalah di wajah putranya begitu mengingat kejadian itu. "Han, lupakan itu!" lanjut nyonya Emily.
"Tapi Dave temanku Bu, kamu besar bersama di kampung kecil itu sebelum mengenal keluarga ini."
Nyonya Emily mengerti perasaan Han, yang memang memiliki ikatan kuat dengan Dave.