Keesokan harinya Karina bangun lebih bagi. Dia sudah memakai baju rapih ala-ala asisten rumah tangga lainnya. Ia sudah menyiapkan semua keperluan Jack.
Semalam ia bahkan terbangun karena Jack memintanya membantu mengganti baju. Karina menutup matanya dengan selendang agar tidak melihat bagian tubuh Jack.
"Hai, kamu sudah mandi?" tanya Jack begitu membuka mata dan melihat gadis itu duduk di sampingnya.
"Yup, aku sudah bebenah dan menyiapkan Tuan sarapan,"
Jack melirik ke arah meja, ada roti juga bubur di samping ranjangnya itu. "Kenapa kamu bekerja keras?" tanya Jack.
"Karena aku bekerja!" jawaban polos Karina.
Jack mengangguk saja, kemudian Karina segera memberikan laki-laki itu air putih.
Butuh 3 hari untuk Dokter mengecek kaki Jack lagi, cedera kaki itu harus benar-benar total bed rest.
Setelah memberi makan Jack Karina juga memberinya obat. "Karina!" panggil Jack.
Ini untuk pertama kalinya Jack memanggil namanya. "Iya!" jawab Karina.
"Pergilah makan dulu, kemudian baru kesini lagi. Aku mau mengecek pekerjaan dan membutuhkan bantuan mu untuk mengambilkan beberapa berkas di lemari itu."
Karina mengangguk, ia tidak ingin kehilangan kesempatan. Dan segera pergi ke bawah untuk makan. Ia tidak tahu kapan penyakit gila kerja Jack akan kambuh dan itu pasti berpengaruh padanya. Selagi bisa, Karina mengisi perut ratanya dengan banyak makanan.
Kemudian ia kembali ke kamar Jack. Laki-laki itu sudah duduk dengan laptop di pangkuannya yang di alasi bantal.
"Sudah makan?" tanya Jack dengan tatapan yang hanya fokus pada laptopnya.
"Sudah!" jawab Karina.
"Tolong ambilkan berkas warna kuning di lemari sebelah kiri itu."
Karina segera melakukan apa yang di suruh Jack.
Tapi ia salah mengambil, kemudian terus kembali bolak-balik.
Karena kesal Jack hanya bilang, bukan ini bukan itu! Karina akhirnya menurunkan setumpuk berkas dan menaruhnya di depan Jack.
Jack menahan tawanya melihat Karina tampak kecapean, ia tetap fokus pada pekerjaan.
Beberapa jam berlalu, tanpa suara Jack menyelesaikan pekerjaannya kemudian menutup laptop. Ia melihat Karina yang tertidur di atas kursi di sampingnya.
Gadis itu tampak kelelahan karena duduk ber jam-jam walau tak melakukan apapun.
Jack tak membangun kan Karina, selang satu jam Karina terlihat menggerakkan badannya tampaknya gadis itu akan bangun. Jack kembali membuka laptopnya layaknya seperti masih bekerja.
"Tuan, apakah anda sudah selesai?" tanya Karina.
"Masih ada sedikit kerjaan, pergilah mandi dan makan lagi. Setelah itu baru kemari, aku ingin mandi."
Mendengar itu Karina langsung shock. Bukan hanya dibuka kan baju sekarang Jack ingin dimandikan. "Tuan, tapi kata Dokter, Tuan harus istirahat selama tiga hari."
"Ah, betul. Tapi badanku sangat lengket." jawab Jack.
Setelah saya membereskan ini dan mandi! Aku akan kembali untuk menyeka tubuh Tuan."
Jack setuju dan memperbolehkan Karina membenahkan semua berkasnya kemudian gadis itu pergi keluar untuk mandi dan makan.
Sembari menunggu Karina, Jack mendapat telepon dari Ayahnya. "Jack apa benar kamu sakit?" tanya langsung suara dari balik telepon itu.
"Siapa yang memberitahukan?" jawab Jack singkat pada Ayahnya.
"Dokter, kenapa tidak memberi tahu Ayah bahwa kamu terluka. Bagaimana dengan perusahaan?"
"Ayah mengkhawatirkan aku atau perusahaan?"
Suara Ayah nya tertahan. "Tentu saja kamu, jika kamu baik-baik saja sudah pasti perusahaan juga akan aman."
"Jika ayah tidak melihat harga saham turun, berarti perusahaan baik-baik saja." Jack menutup teleponnya.
Dengan kasar ia membanting ponsel harga puluhan juta keluaran terbaru itu sampai terpental di atas ranjangnya.
Begitulah sikap Tuan besar terhadap putranya. Setelah kepergian ibunya, Jack memilih tinggal sendiri dan dibesarkan oleh nyonya Emily. Sementara sang ayah menikah lagi.
Jack berusaha valas dendam pada Ayahnya dengan tidak membiarkan adik-adik tirinya ikut ambil alih di perusahaan, ia juga tidak mematuhi ucapan Ayahnya tentang perjodohan dengan sesama pebisnis.
Sampai beberapa saat akhirnya Karina selesai dan datang ke kamar Jack. Gadis itu sudah berubah memakai baju tidur. Dengan rambut yang ia ikat keseluruhan membuat Jack pangling melihatnya pertama kali seperti itu.
Karina hanya diam, masuk ke kamar mandi dan keluar membawa baskom beserta handuk kecil. "Tuan, mau saya seka sekarang?" tanya nya.
Jack mengangguk, kemudian Karina segera membuka baju Jack. Kini Karina hanya mencelupkan handuk kecil itu sampai basah ke air hangat yang di bawanya.
Dimulai dari menyeka wajah, kemudian leher Jack, ia sedikit membungkuk sehingga wajahnya sejajar dengan wajah Jack.
Kini Karina mulai mengelap bagian perut Jack, ia mulai terbiasa karena sudah melihatnya beberapa kali. Karina memegangi kepala Jack agar ia bisa mengelap bagian belakang tubuhnya. Kemudian tangannya.
Setelah semua selesai Karina mengeringkan tubuh Jack dan memakai kan nya piyama dengan full kancing depan.
"Karina!" panggil Jack, begitu gadis itu akan membawa baskom ke kamar mandi lagi.
"Ya, Tuan?" ia membalikan tubuhnya.
"Kamu hari ini tidur disini ya, aku takut kesulitan jika meminta sesuatu!"
Karina yang termangu dengan ajakan Jack akhirnya mengangguk. Setelah ia menatap kaki Jack yang tidak mungkin melakukan hal senonoh padanya.
Dengan sigap Karina memberikan makan dan obat pada Jack, membantu nya merebahkan diri di atas kasur.
"Kamu tidur di sampingku saja, aku tidak suka ada yang menaruh selimut atau karpet lain di lantai kamarku," Karina bengong mendengar ucapan Jack, apakah itu berarti dia harus tidur satu ranjang dengan Tuan nya.
"Cepat tidur, ini sudah malam! Kamu tidak tahu jam berapa aku akan membangunkan mu."
Karina segera berjalan ke arah lain ranjang Jack dan dengan malu-malu naik ke kasur besar itu. "Pakai selimutnya."
Karina langsung menarik selimut menutupi tubuhnya, begitu Jack mengatakan itu.
Dalam hitungan menit Karina sudah pergi ke alam bawah sadarnya setelah membuka ikat rambutnya, membiarkan rambut yang sedikit bergelombang itu terurai.
Karina menatap ke arah Jack agar ia tidak membentur Kaki kiri Jack yang cedera.
Anehnya meskipun ia sudah pernah menghabiskan malam dengan Karina, Jack seperti bertemu belahan jiwa. Dadanya naik turun dan berdegup kencang, sampai akhirnya ia menatap gadis yang tidur di samping nya.
Dengan pelan ia menutupi bagian atas tubuh Karina dengan selimut yang hanya menutupi separuh badannya. Senyuman langsung terukir di wajah Jack tanpa sebab, membuat ia semakin serba salah bahkan keringat dingin.
"Apakah kalian melihat Nona Karina keluar dari kamar Tuan Jack?" tanya Nyonya Emily.
Para anak buahnya itupun menggeleng. "Tadi Nona Karina bilang akan menyeka Tuan Jack, namun ia belum kembali," jawab salah satu pelayan.
Nyonya Emily mengangguk paham. Walau tak banyak bicara ia sering juga mengkhawatirkan gadis dari kampungnya itu. Mengingat tabiat bos mudanya yang sering kambuh seenak dirinya.