Chereads / Sexy Husband / Chapter 16 - Bersatu

Chapter 16 - Bersatu

Bersatu

"Masalah kecil seperti itu kau permasalahkan, bukannya kamu kaya? Semua gadis pasti akan jatuh hati padamu," jawab Shui dengan santainya, oke kalau kita kaya maka akan banyak gadis yang datang.

"Tidak ada salah satu dari mereka yang memikat hati." Ayato pun mulai kesal dengan Shui, tatapan matanya seperti tidak meyakinkan.

"Jadi, siapa yang memikatmu?" tanya Shui kali ini serius, apa dia akan memberi gadis yang diinginkan Ayato.

"Mirai!" Dengan senyum smirknya dia mengucapkan itu kepada Shui, padahal dia tahu bahwa aku adalah calon istri tuannya, lagian kenapa dia bercanda membawa namaku, aku menatapnya dan dia tersenyum layaknya tidak ada masalah sama sekali.

Mata Shui langsung membulat dan kembali ke mode mengerikan dia memandang serius Ayato, begitu juga dengan Ayato dia memandang serius Shui. Mereka tidak akan memperebutkanku bukan?

"Kau serius?" Seketika suara Shui berubah menjadi seram, tatapan wajahnya yang ceria tadi berubah seketika.

"Iya." Dengan gampangnya lagi Ayato menjawab pertanyaan Shui, akan ada pemberontakan pasti.

"Hm."

"Haha ... jangan pasang muka seperti itu, aku hanya belanda. Ternyata kau sangat mencintai gadis kecil itu ya, gadis yang ketika kecil kau anggap adik dan sekarang kau malah menikahinya."

"Kau berani memanggilku dengan sebutan seperti itu?" tanya Shui dengan raut wajah yang menikam, belum hilang dari wajahnya tadi.

"Aku bukannya kakakmu, jadi biarkan aku berbicara seperti ini sebelum adik terkecilku ini menikah dan melompati aku." Ayato memayungkan bibirnya sambil menepuk pundak Shui.

"Bodoh! Siapa suruh belum menikah, umur sudah 30 tahun tapi belum nikah juga," protes Shui sambil memalingkan wajahnya. Kenapa mereka seperti tidak menganggapku ada.

"Iya, aku akan segera menikah," jawab Ayato dengan senyum di wajahnya. Shui yang melihatnya langsung ikut tersenyum dan mereka pun berpelukan. Sepertinya ada yang disembunyikan mereka dariku, jika Shui dalam mode seperti ini itu sangat langkah.

Sudah lama mereka tidak melakukan itu semenjak kematian orang tua mereka, mereka selalu menyendiri mengambil kesenangan masing-masing. "Apa aku bukan adik kalian?" Dari arah sebelah terdengar suara seorang pria yang melihat Shui dan Ayato pelukan.

Mereka pun melepaskan pelukannya dan melihat ke arah suara itu

"Shido!" Panggil Ayato saat melihat pria itu. Tambah satu lagi kakak beradik yang mendadak bersatu, lalu aku hanya pajangan saja, padahal dulu juga masuk bagian.

Shido pun berjalan ke arah mereka lalu memeluknya secara tiba-tiba, membuat Shui dan Ayato kaget lalu tersenyum sambil membalas pelukannya.

"Aku kangen saat-saat seperti ini, kita melakukan ini 20 tahun yang lalu bukan?" Dengan nada menahan air matanya Shido mengucapkannya, membuat Ayato ikut menangis sedangkan Shui hanya menatap dan mengelus pundak Shido yang lain sedih dia merasa heran.

"Sudahlah yang penting kita selalu bersama." Shui berusaha menenangkan mereka aku yakin di hatinya dia juga ingin menangis mengingat kenangan masa lalu yang indah. Namun itu tidak akan kembali lagi, kenangan yang dicampur dengan kesedihan tidak pantas untuk diingat, begitulah pikiran dia mungkin.

Jika dia tidak menerapkan pemikiran seperti itu, aku yakin hidupnya tidak bakal serumit ini. Tenang tentu saja aku akan mengubah sifatnya setelah menikah nanti, membuka setitik cahaya dan membuatnya besar.

Mereka pun melepaskan pelukannya lalu saling memandang dan tertawa tanpa sebab. Keluarga yang sudah lama tidak pernah bercanda ria, dan kali ini melakukannya tanpa sebab sungguh perih saat melihatnya. Mungkin bisa dibilang cuman aku saja yang mengerti penderitaan mereka, karena cuman aku yang berada di sisi mereka sampai sekarang.

Andai aku juga bisa ikut berpelukan pasti seru, tapi tidak perlu. "Mirai, kamu di sini," ucap Shido dan aku mengangguk. "Tidak biasanya kamu diperbolehkan ikut," lanjutnya lagi.

"Tadi Tuan tidak menutup pintu mobilnya ketika aku menanyakan ke mana dia pergi, aku berpikir diperbolehkan ikut, jadi aku masuk." Shui mengangkat alisnya.

"Aku menyuruhmu untuk menutup pintunya bukan ikut masuk ke dalam," jawabnya, sialan aku pasti bakal dihukum olehnya setelah ini. Kenapa aku bisa salah menebak. Mereka bertiga tersenyum seperti tidak memiliki masalah sama sekali, seperti dunia milik mereka semua, kenapa rasanya jadi aneh.

"Apa kalian saudara pasien?" tanya seorang pria dengan jubah warna putih dan masker di wajahnya. Itu membuat senyum yang terukir di wajah mereka langsung menghilang dan memandang pria yang bertanya tadi.

"Kami saudaranya Dokter," jawab Ayato dengan wajah yang penuh kebencian, dan ketegasan. Wajah yang dulu kembali menghiasi tubuh Ayato.

"Kemarilah ikuti saya." Dokter itu berjalan meninggalkan ruangan tadi, dan pergi ke arah di mana mereka akan berhenti nanti. Mereka bertiga terus mengikuti dokter itu aku hanya bisa ikut di belakang, sampai pada akhirnya dokter itu berhenti di sebuah ruangan.

"Masuklah," ucap dokter itu sambil membuka pintu ruangan tersebut. Mereka bertiga langsung masuk setelah dokter itu menyuruhnya. Aku menyusul setelahnya, dokter tersebut menyuruh untuk duduk, agar perbincangan kami lebih nyaman.

"Begini, pasien kekurangan darah. Dia membutuhkan darah secepatnya." jelas dokter itu, Shui seketika langsung tampak berpikir.

"Apakah Tadao berhak disembuhkan atau bukan?" gumamnya, siapa Tadao?

"Golongan darahnya B, tapi kami kehabisan stok, pihak rumah sakit tidak memiliki cadangan lagi. Apa kalian tidak mau mendonorkan darah kalian?" tanya dokter itu serius sambil memandang mereka bertiga.

Shui dan Ayato saling menatap, sedangkan Shido tampak tidak peduli tentang apa yang terjadi. "Aku akan mendonorkannya," ucap Shui yang membuat Shido kaget, sedangkan Ayato menepuk jidatnya atas pernyataan Shui, dia melakukannya? Itu sangat mustahil.

"Baiklah kita harus melakukan secepatnya, karena luka di tubuhnya itu sepertinya akan segera terkena infeksi. Penanganan selanjutnya akan dilakukan jika pasien sudah mendapatkan darah." Dokter itu langsung saja beranjak dari tempat duduknya dan menyuruh suster untuk mempersiapkan keperluan yang dibutuhkan Tuan saat mendonorkan darah nanti.

Selama Shui mendonorkan darah, Shido menemaninya dan Ayato pulang bersamaku Pukul delapan malam akhirnya Shui pulang, walau dia pulang dengan wajah kurang ceria tapi aku senang dia pulang.

Shui langsung memasuki kamar sesudah sampai, lalu tidur tanpa membuka jas dan sepatunya. Aku menghampirinya dan membuka sepatunya, seketika dia langsung memandangku. Aku hanya tersenyum dan membuka sepatu serta kaos kakinya, kemudian meletakkannya di rak sepatu.

Aku melihat dia tampaknya sangat kelelahan, aku pergi ke dapur berniat membuatkan teh untuknya. Setelah selesai aku langsung memberikannya pada dirinya dan menyuruh minum agar rasa lelahnya bisa langsung hilang.

"Shui ayo minum teh ini," tawarku, dia hanya melihatku dan kembali menutup matanya. Aku memegang pundaknya dan menyuruhnya untuk bangun supaya meminum teh yang aku buatkan.

Apa dia tidak bisa menghargai sedikit saja, "Tuan bangun." Aku menggoyangkan tubuhnya agar segera bangun. Shui membuka mata dan langsung menatapkan dengan tatapan tajam.