Sekejap aku langsung melepaskan tanganku darinya "Akh, Tuan ayo diminum!" tawarku lagi, dia menerima teh tersebut dan meminumnya hingga habis.
"Tidurlah bersamaku," ucapnya setelah meminum teh tersebut.
"Tuan kita belum menikah."
"Dua hari lagi kita akan menikah, jadi lakukan saja." Dia menarikku, mau tidak mau dia juga akan memaksanya, aku mengangguk dan tidur di sampingnya sampai pagi hari. Aku terbangun dari tidurku sambil mengucek mata kemudian melihat ke samping.
Aku tidak melihat keberadaan dia di sana, ke mana dia pergi? Apa dia pergi lagi untuk membunuh orang? Bayang-bayang masa lalu teringat lagi di dalam kepalaku. Aku harus mengubah dia menjadi sosok yang baik dan bukan pembunuh lagi.
Menuruni anak tangga satu per satu dan mencari keberadaan Shui, itulah yang aku lakukan sekarang. Mataku mencari keberadaannya di mana, namun dia tidak ada. Aku sudah mengelilingi rumah ini tapi dia tetap tidak terlihat.
"Nona! Jangan berlari nanti Anda keguguran," ucap salah satu pelayan yang mendekorasi rumah ini, ya rumah ini masih dalam tahap dekorasi untuk acara pernikahan nanti.
"Keguguran? Aku belum hamil!" tegasku padanya yang membuatnya tersenyum sedikit, aku terkekeh dan menggaruk kepala yang tak gatal, dia aneh-aneh saja.
"Baiklah Nona, lebih baik Anda istirahat saja. Besok adalah pernikahan Anda bukan? Tuan sedang pergi menyiapkan pesta ini. Dia berpesan pada saya agar menyampaikannya pada Nona," jelasnya yang membuatku mengerti kenapa Shui pergi pagi ini.
"Baiklah saya akan istirahat," ucapku kemudian pergi meninggalkannya. Shui ada yang aneh, tidak biasanya dia mau mengurus hal ini.
Oh iya, maksud perkataan pelayan tadi apa? Hamil? Aku kan belum hamil, lagian dia tahu dari mana kalau aku dan Shui pernah melakukan hubungan itu. Apa dia yang menyampaikannya? Itu tidak mungkin, setahu aku Shui tidak pernah berbicara kepada orang lain tentang dirinya, apa lagi terhadap pelayan tadi.
Bahkan dia juga tidak pernah mengucapkan bahwa dia pernah melakukan hubungan kepada Shido dan Ayato. Ada yang aneh, aku harus menyelidikinya.
Pertama, Kenapa aku bisa tertidur selama lima jam saat Shido menemukanku.
Kedua, mengapa pelayan di sini bisa mengetahui kalau aku pernah melakukan hubungan dengan Shui padahal mereka masih baru di sini.
Aku berjalan ke arah dapur mencari bukti di situ. Mengapa aku ke dapur?
Karena Shido selalu pergi ke dapur jika dia tidak memiliki pekerjaan. Bisa saja dia menyembunyikan sesuatu di situ.
Aku mencari di berbagai tempat yang ada di dapur ini, namun aku tidak menemukan apa pun yang kutemukan hanyalah bekas cangkir yang berisi kopi, tampaknya tadi dia sempat minum dulu sebelum pergi bersama Shui.
Karena hasilnya nihil, aku kembali ke kamar dengan sedikit murung, sebelum menuju kamar, aku sempat melihat dekorasi yang dibuat oleh beberapa pelayan. Dekorasi yang cukup indah, aku sangat menyukainya. Saat asyik melihat pemandangan dekorasi yang indah ini.
Tiba-tiba saja seorang pelayan berbicara sambil membungkukkan badannya, diikuti oleh pelayan lain saat pelayan yang pertama melakukannya. Aku memandang ke arah mana mereka memberi hormat, saat pandanganku tepat di hadapan orang yang mereka hormati tersebut.
Aku tersenyum, karena aku melihat Shui sudah pulang beserta dengan Shido dan Ayato, tapi bukan hanya mereka bertiga saja, ada seorang pria lagi di belakang mereka. Pria yang sedikit tua dan bersembunyi di belakang tubuh Ayato.
Aku berusaha melihat orang tersebut namun Shui langsung memelukku dan membawa diri ini pergi ke luar, apa yang sebenarnya terjadi? Aku sempat kaget, tapi bagaimana lagi dia sudah membawa dan harus menaati perintahnya.
Pria asing tadi, aku bisa melihatnya nanti setelah pulang rasanya aneh aku seperti sangat mengenalnya. "Ayo cepat jalan!" pekik Shui sambil menarik tanganku. Aku pun menuruti keinginannya dan berjalan cepat kemudian memasuki mobil.
Mobil ini pergi ke arah butik mungkin mau beli baju pernikahanku dia menyuruhku turun dan mengikutinya. Kami memasuki butik yang ada di depan kami, "Di mana penjaganya?" teriak Shui saat melihat butik itu sepi tanpa seorang penjaga.
Setelah dia mengucapkan perkataannya tadi, beberapa orang langsung keluar menghampiri kami dan tunduk, Shui langsung menatap tajam mereka semua. "Apa kalian ingin butik ini tutup?" ucap dia tegas.
"Tidak Tuan maafkan kami atas kelalaian yang kami lakukan." Mereka semua langsung memohon kepada Shui dengan suara yang ketakutan, Shui memang sangat kejam.
"Kau, pilihlah baju yang kau inginkan?" Suruh Tuan, dan seketika itu para penjaga tadi langsung membawaku pergi. Mereka memilih semua baju yang sangat cantik, dan menyuruhku untuk mencoba semuanya.
Aku menolaknya, karena aku tidak suka pakaian yang terbuka walaupun hanya sedikit saja. Mereka terus memaksa sampai akhirnya aku membentak mereka dan mengatakan. "Aku tidak menyukai baju yang terbuka!" Tuan langsung memandang ke arahku dan menyuruh penjaga tersebut untuk membiarkanku memilih pakaian yang kusukai.
"Maafkan aku," ucapku saat melihat mereka ketakutan akibat perkataan yang kulontarkan tadi.
"Tidak apa, Nona," balas mereka serempak.
"Kalau begitu bawakan aku baju biasa saja," ucapku dengan senyum, mereka pun langsung membawa beberapa baju yang bisa dibilang biasa saja.
"Aku akan memilihnya," saranku pada mereka dan mereka hanya mengangguk saja.
"Aku pilih ini." Baju yang berwarna merah, biasa saja, tidak memiliki corak terlalu banyak, tidak terbuka, tidak terlalu kembang, dan sangat manis saat aku melihatnya. Mereka melihat baju yang kukatakan tadi, mata mereka langsung membulat dan tersenyum kecil ke sini.
"Ada yang salah?" tanyaku saat mereka melihatku dengan tatapan yang sangat aneh.
"Ternyata Nona sangat pandai dalam bidang desain baju yang Anda pilih itu adalah baju terbaik yang ada di butik ini, bahkan harganya yang paling mahal di antara yang lain. Kami tidak menunjukkannya kepada Nona karena saya merasa bahwa Nona pasti tidak akan menyukainya, ternyata kami yang salah. Sekarang Anda boleh mencobanya." Mereka membimbingku untuk memasuki ruang ganti.
Aku langsung mengenakan baju yang kupilih tadi, "Sungguh cantik," gumamku saat melihatnya dari kaca yang ada di hadapanku.
Aku bangga dengan pilihanku, tapi baju ini sangat mahal, mereka bilang yang paling mahal dari yang lainnya. Lebih baik aku memilih baju yang lain uang Tuan pasti akan habis kalau aku memilih baju ini apalagi dia juga mendekorasi rumah dengan dekorasi ala kerajaan-kerajaan zaman dulu.
Belum lagi surat undangan yang harus disebarkan, pasti mengeluarkan uang banyak. Aku menghela nafas lalu keluar, dengan pakaian yang sudah terganti yaitu baju lamaku.
"Nona kenapa bajunya tidak dipakai?" tanya mereka heran, Aku juga melihat Tuan melirik ke arahku.
"Ah .. itu ... aku tidak suka," ucapku