Malam Pertama
Aku tidak dapat mengatakan rasanya yang aneh, langsung saja aku menggerakkannya membuat Tuan sempat berhenti dan melanjutkan permainannya lagi.
Aku mempercepat gerakan ini merasakan dia semakin liar di bawah sana, tanpa sadar atau tidak dia juga menggerakkan pinggulnya membuat mulut ini terdiam kaku.
Aku mengerang dan menekan kepalanya menggunakan kaki saat merasakan sesuatu yang nikmat di bawah sana, langsung saja dia mempercepat gerakan pinggulnya.
Terasa jelas kejantanannya semakin besar dan panas, dia menekan kejantanannya dan mengeluarkan semua cairan yang membuatku ingin muntah menampungnya semua.
Membuat tenggorokan ini menelan rasanya yang kental dan berbau masam. Aku langsung mendorong tubuhnya memuntahkan semua cairan menjijikkan itu dan dia hanya terkekeh mengambil tisu dan membantuku membersihkan mulut ini.
"Aku tidak akan melakukan hal itu lagi," ucapku dan dia hanya tersenyum mencium bibir ini dan menjilat setiap inci wajahku dan menidurkannya dengan sempurna di kasur.
Tangannya perlahan membuka lebar kedua paha ini, sedangkan mulutnya bergerak ke setiap inci mencari kenikmatannya sendiri. Terasa jelas di bawah sana kalau kejantanannya semakin membesar.
Dia melihatku dan aku mengangguk, langsung saja dia mengarahkan kejantanannya ke kewanitaanku, dia menciumku dan memasukkan benda itu perlahan ke dalam.
Aku memeluk punggungnya erat merasakan setiap pergerakan yang dia berikan, benar yang dikatakan dia. Permainan kali ini terasa lebih nikmat membuatku ingin lebih.
Aku menggerakkan pinggul ini menyempurnakan gerakan yang dia berikan, tangannya masih saja meremas dada ini, sesekali dia juga mengulumnya menimbulkan rasa tegang di sana.
Dia memutar tubuhku ke samping dan mulai melanjutkan gerakannya, mengeluarkan desahan nikmat dari sana. Aku masih menahan desahan itu dan hanya meremas seprei ini kuat.
Hingga di mana saat dia mengentakkannya kuat membuat tubuh ini mengelinjat dan desahan berhasil lolos, dia meniup-niup telingaku dan masih saja meremas dada ini dari belakang.
Aku memegang kepalanya dan berusaha mencium dia, membuat pergerakan di bawah sana berhenti dan dia melayani bibir ini. Aku melepaskannya dan dia melanjutkan di bawah sana.
Dia mengangkat tubuh ini, mengangkatnya duduk di pangkuan dan mulai menggerakkannya. Aku memeluk tubuh dia erat merasakan kejantanannya masuk sangat dalam.
"Tuan," desahku menahan sesuatu yang akan keluar dari sana, tapi dia masih saja memperlambat gerakannya mencium leherku. Aku memukul badannya menyuruh dia cepat.
"Baiklah," bisiknya sambil terkekeh dan mempercepat gerakannya membuatku semakin menggila merasakan nikmatnya. Langsung saja dia menidurkanku mempercepat gerakannya.
Membuat cairan itu keluar dengan sempurna dan nikmat di bawah sana. Aku mengambil napas sebanyak mungkin dan dia masih mengulum dadaku dan mulai menggerakkan pinggulnya perlahan.
Aku hanya memeluknya erat merasakan letih atas pengeluaran tadi, dia mempercepat gerakannya lagi sambil mengangkat kaki kanan ke atas dan mendongak ke atas.
Aku hanya menggeleng meremas seprei ini dengan kuat merasakan cairan kenikmatan itu akan segera keluar lagi. Dia mendesah dengan kecepatan yang membuat tubuh ini ikut bergerak sesuai iramanya.
Dia langsung memelukku dan mengentakkan kejantanannya di dalam sana sambil menekan kepalanya ke bahuku, aku memeluk erat pinggulnya dan merasakan cairan itu keluar lagi.
Rasa panas di perutku membuat tangan ini menjatuhkannya ke samping dan mengambil napas sebanyak mungkin sambil mengelus perut ini. Dia bermain terlalu agresif.
"Aku menikmatinya," bisik dia saat tubuh ini masuk ke dekapannya, aku mengangguk dan memeluknya erat. Dia menarik selimut menggunakan kaki dan menutupi tubuh kami.
Memainkan hidungnya dan dia selalu menghalangnya, aku masih tetap memegang hidungnya yang besar dan terlihat tajam itu lalu menggigitnya membuat dia menatap layas. Aku pikir Tuan akan marah dan memukulku, tapi malam ini seperti Tuan yang berbeda.
"Ayo lakukan lagi?" ucap Tuan dan aku dengan cepat menggeleng, Tuan tersenyum dan langsung menimpa badanku, berusaha memasuki miliknya kembali, itu masih lecet dan sakit.
"Aku tidak menyangka ... kau masih sempit, Sayang." Tuan tersenyum menatapku.
Miliknya yang besar itu semakin lama semakin besar di sana, keluar masuk tanpa henti, dia terus menggenjotku, apa dia belum puas? Tubuhku bergerak sesuai goyangannya, kasur ini bahkan menunjukkan betapa ganasnya dia menunggangiku. Aku berusaha mengerang tapi mulutku ditutup, saat rasa sakit itu sudah tidak terlalu sakit. Dia melepas kan ciumannya, aku hanya bisa menangis menahan rasa sakit itu. Dia menatapku dan melap air mataku.
Aku hanya bisa mengerang merasakan sakitnya, tapi semakin lama rasa sakit ini semakin nikmat. Aku bahkan membantu Tuan melakukan aksinya. Perlahan aku goyang kan bokong Dia tersenyum, dan dia melakukannya dengan sangat cepat. Bibirku semakin nakal mengucapkan kata-kata.
Semakin cepat dia mengentakkannya, semakin cepat aku merasakan orgasmeku akan keluar lagi. Aku hanya bisa menjambak rambutnya kembali merasakan nikmat. Semakin dia memompa dengan cepat, semakin nikmat pula aku rasakan liangku yang sudah basah itu.
"Aku ... akh ... mau keluar," pekikku dan pada akhirnya aku menggelinjang merasakan orgasme sekian kalinya. Rasanya sangat lelah, aku sudah tidak sanggup lagi. Aku mau tidur saja.
Tuan melepaskan miliknya, awalnya aku kira sudah selesai tapi dia malah mengganti gayanya. Diangkatnya tubuhku dan didudukkannya di atasnya. Perlahan miliknya mulai memasukkan tubuhku, dan pada akhirnya lolos. Seluruh miliknya masuk, itu sangat sakit dari pada yang tadi. Tapi, kali ini dia tidak memompa.
"Cepat gerakkan, kau harus membuatku keluar," ucapnya sambil memegang bokongku dan membantuku memompanya. Aku pun perlahan mengiyakan permintaannya karena rasa nikmat yang dia berikan tadi.
"Akh ... milikmu terlalu besar ... sakit," erangku sambil terus memompanya.
"Tapi kau menikmatinya kan?" ucapnya sambil memeras dadaku dan mengulum putingku dengan sangat liar.
"Mm ... Sayang aku mau keluar," pekiknya kemudian mengambil alih memompa, dia semakin cepat memompanya seperti dikejar sesuatu. Bagiku walau terasa sakit, tapi ini semakin nikmat.
Miliknya yang terasa panas, terasa seperti akan menyemburkan sesuatu yang sangat banyak, "Akh, nikmat ... kau sangat nakal," lengahku sambil memegang bahunya dan menatap ke bawah.
Genjotannya semakin cepat bahkan kursi yang kami gunakan ini pun hampir roboh, aku tidak tahu mengapa miliknya ini sangat nikmat. Tidak kusangkal aku akan keluar lagi, kuremas rambutnya kuat.
"Bentar, Sayang, kita keluar bersama." Dicepatkannya menghunjam milikku saat dia merasakan aku akan keluar. Aku tidak bisa menahannya lagi, kali ini aku akan keluar lagi.
"Aku tahan lagi." Kupukuli pundaknya dan dia terus bergoyang secepat mungkin mengejar orgasmeku.
"Bersama," ucapnya. Erangan kami bersama saat mencapai puncaknya, tubuhku terasa lemas bahkan untuk mencakar pundaknya saja tidak sanggup lagi. Perlahan dia memegang kepalaku dan mengangkatku ke kasur. Direbahkannya tubuhku lalu ditutupi dengan selimut, dia memelukku erat dan menenggelamkan wajahku ke dadanya.
"Terima kasih, tidurlah," bisiknya sambil mengelus kepalaku, kupeluki dia dengan erat kemudian aku terlelap dalam pelukannya yang hangat.