Hamil Kembar
Aku terbangun dari tidur yang panjang, melihat sekeliling tidak ada Shui di sini. Rasanya sangat sepi, ke mana lelaki itu pergi apa dia tidak bisa memberitahuku terlebih dahulu jika ingin pergi ke suatu tempat.
Cahaya matahari di luar membuat ruangan kamar ini terasa begitu hangat, aku beranjak dari tempat tidur membuka tirai dan melihat taman yang begitu indah semua bunga yang ada di sana dirawat dengan rapi bahkan disirami setiap pagi dan sore.
Aku melihat seorang gadis sedang duduk di taman dengan wajah yang diperban bahkan seluruh tubuhnya penuh dengan luka lembab, sepertinya aku pernah melihat wanita ini, tapi di mana dan kenapa dia bisa ada di tempat ini tanpa pengawasan sama sekali.
Sudah jelas hanya aku saja wanita yang ada di rumah ini, pembantu yang lain mereka akan hanya akan berada di dapur, dan taman belakang mereka tidak akan berani menginjakkan kaki dekat taman depan.
Mungkin istrinya Kak Shido? tidak mungkin jika dia membawa istrinya pasti akan langsung masuk ke rumah dan mengelilingi seluruh rumah ini dan mencariku tentu saja sedangkan wanita itu dia memiliki luka lembab di mana-mana.
Aku akan bertemu dan bertanya padanya langsung. Kuturuni anak tangga satu persatu, di meja makan aku melihat ada Ayato dan Shido sedang makan mereka menyantap sarapan mereka dengan begitu nikmat.
"Mirai, ayo makan sama kami," ajak Shido.
Aku berkata berkata akan pergi keluar sebentar melihat taman mereka hanya mengangguk saja, lalu aku kemudian pergi cari wanita tadi ada di taman. Ketika aku sampai di sana tidak ada sosok yang ingin di cari.
Hanya penjaga kebun saja yang sedang menyiram bunga, "Nyonya kenapa ada di sini?" tanyanya dan aku tersenyum.
"Di mana wanita yang duduk di sini tadi?" tanyaku dan dia meletakkan selang yang digunakan untuk menyiram bunga dan menghampiri diri ini.
"Wanita itu sudah pergi Nyonya, apa ada yang bisa saya bantu lagi?" ucapnya dan aku menggeleng menyuruh dia pergi. Mungkin dia hanya berkeliling saja dan sudah kembali ke dapur, aku pikir bisa mendapatkan teman.
Aku masuk dan mendatangi Ayato dan Shido, dengan cepat pelayan menyiapkan sarapan. Aku menolaknya dan mengatakan hanya akan minum susu saja. "Jika tuan tahu kamu tidak sarapan dia akan memarahimu," ucap Ayato.
"Tidak, jika kalian tidak memberitahukannya dia tidak akan tahu. Lagi pula dia pergi ke mana? Kenapa kalian tidak ikut?" tanyaku dan mereka tersenyum.
"Dia pergi ke kantor untuk apa kami ikut?" ucap Shido, aku paham dan hanya meminum susu yang sudah disediakan. Rasanya sangat amis dan bau, aku meletakkan susu tersebut dan mengelus dada yang ingin muntah.
"Apa susunya sudah basi, terasa aneh," ucapku dan Ayato langsung saja meminumnya.
"Ini enak seperti biasanya."
"Untuk Tuan saja, aku tidak menginginkannya." Ayato mengangguk dan langsung meminumnya.
"Kalau begitu makan roti ini," ucap Shido dan aku menggeleng. "Jika kamu tidak makan maka bayi yang di kandunganmu akan mati," ucapnya dan aku menggeleng.
"Aku tidak hamil."
"Ayo." Ayato langsung menarik tanganku, Shido juga langsung mengikuti dari belakang. Aku sudah berulang kali menanya tapi mereka tetap saja diam dan tidak mau menjawab pertanyaan sama sekali.
Sesampainya di rumah sakit, aku melihat mereka dan seperti biasanya mereka menarikku dan langsung saja membawanya masuk ke ruangan dokter kandungan, mereka cukup hebat tanpa melakukan pendaftaran dan mengantre terlebih dahulu.
Saat pintu terbuka dokter sedang memeriksa pasien lain, saat dia melihat Ayato dan Shido lalu melirik ke arahku dia langsung menyuruh pasiennya ke luar dan membantuku untuk tidur di ranjang.
"Aku akan memeriksa kandungannya," ucap dokter tersebut membuka bajuku. Jika aku melawan juga akan sia-sia lebih baik diam saja dan mereka akan percaya kalau aku tidak hamil.
"Kamu akan menyesal menyangkalnya tadi," ucap Shido.
"Kondisi bayinya baik-baik saja, hanya sang ibu harus lebih banyak makan, bayinya terlalu kecil untuk seumuran dia. Ditambah juga, bayinya kembar jadi asupan makanan yang masuk ke tubuh harus lebih banyak."
Aku diam itu tidak mungkin terjadi bukan? Aku melihat Ayato dan Shido mereka hanya diam, jika Tuan sampai tahu maka dia akan membunuh bayiku. Aku menggelengkan kepala menatap mereka.
"Kamu sudah puas?" tanya Ayato, aku meneteskan air mata, rasanya begitu sakit.
"A-apa jenis kelaminnya?" tanyaku.
"Belum terlihat, datanglah kembali untuk pemeriksaan rutin sekali seminggu. Jenis kelamin bayinya akan tampak satu bulan lagi." Aku melihat Ayato dan Shido mengangguk lalu menarik tanganku untuk segera pergi
"Kamu dengar bukan? Ada dua nyawa yang menopang hidup denganmu. Aku tidak menyangka jika itu sampai dua, jadi perbanyak makanmu dan aku akan menyuruh tuan untuk mencari pengawal khususmu," ucap Ayato dan Shido juga menatap tajam.
"Tidak." Aku menangis dan mereka tampak heran.
"Kenapa kamu menangis?" tanya Shido dan aku tidak dapat melanjutkan perkataan ini. "Kenapa, kamu bisa menjelaskannya kepadaku Mirai?" lanjut Shido.
"Kalian tidak tahu, dan tidak akan tahu apa yang dikatakan tuan kepadaku, kemarin bukan maksudku waktu itu tuan pernah mengatakan kepadaku jika sampai aku hamil dia akan bertanggung jawab dan menikahiku, ya dia sudah menikahiku sekarang."
"Lalu apa yang kamu khawatirkan itu wajar jika kamu hamil bukan?"
"Tidak sama, kalian tidak paham, tuan mengatakan kepadaku jika anak yang aku kandung adalah perempuan maka tuan akan membunuhnya, tidak aku tidak ingin anakku mati, apakah kalian mengerti? Tolong jangan beritahu tuan jika aku sedang hami, jika tuan sampai tahu anak pertama dua adalah perempuan maka semuanya akan terjadi, aku tidak ingin anakku mati."
"Aku tidak menyangka jika tuan mengatakan hal itu kepadamu, mungkin dia hanya sedikit lelah sehingga dia mengatakan hal itu, tuan tidak pernah membedakan anak perempuan dan laki-laki jadi-"
"Aku tidak salah mendengar aku sudah mendengarnya berulang kali jadi aku akan mengatakan hal yang sama."
"Namun, kita belum mengetahui jenis kelamin anak itu, bukan?"
"Ya, aku paham., coba kalian bayangkan kedua anak itu adalah perempuan atau salah satu dari itu adalah perempuan? Mereka akan mati.
"Percayalah kita sudah bersama seperti keluarga sejak kecil dia tidak mungkin melakukan hal itu bukan?"
"Biar aku mengetahui hal itu, tapi tidak pernah melihat perlakuannya, dia memperkosa aku bahkan aku sendiri sudah menganggap sebagai kakakku. Bukankah itu kesalahpahaman, kata kalian berdua dia menginginkannya, kalian pikir aku ingin melakukannya tidak? Kpa sudah menganggap tuan sebagai kakakku aku tidak berharap, bahkan jika harus menjadi istrinya, sekarang lihat aku harus mengandung anaknya dia berhati-hati sifatnya bahkan tidak ada yang tahu, kamu ngerti?"