Pengawal Mirai
"Baiklah, kita pulang terlebih dahulu dan akan membahas masalah ini di rumah jika sampai tuan tahu kita tidak di rumah dia mungkin akan menanyakan masalah ini dan akan menjadi sesuatu yang semakin sulit."
"Mirai kamu tidak perlu khawatir kami berdua ada di sini untuk membantumu." Aku mengangguk berharap kedua orang yang ada di depanku ini dapat membantuku dan jauh dari hatiku terdalam tuan tidak akan perlakukanku dengan buruk ketika bayi ini dinyatakan sebagai perempuan.
Sesampainya di rumah, aku melihat wanita itu lagi, wanita yang berada di taman itu. Dia sedang berdiri di depan pintu dan menatap kami bertiga aku menatap Ayati dan Ayato atau mengangguk.
"Dia adalah salah satu musuh tuan aku akan membereskan dia dan kalian berdua masuklah, kamu Mirai jangan lupa untuk makan kasihan kedua bayimu."
Aku mengangguk lalu Ayati pergi menarik wanita itu dengan kasar, aku tidak pernah melihat lelaki di rumah ini memperlakukan seorang wanita dengan begitu baik. Mungkin bagiku hanya berlaku sedikit saja. Shido memanggil pelayan lalu menyuruhku untuk duduk di meja makan pelayan itu menyediakan semua makanan yang ada di meja.
"Kenapa kamu tidak pergi aku akan makan sendiri?" tanya aku, Shido hanya menggeleng makanlah aku akan menunggumu sampai kamu memakan beberapa suap."
"Aku bukan anak kecil, pergilah aku takut jika Ayato akan melukai wanita itu."
"Kenapa kamu takut jika wanita itu mati tidak masalah juga karena tujuannya berada di rumah ini hanya menunggu kematiannya saja."
"Berhenti mengatakan itu di depank, kamu tahu bukan aku sudah mendengar kamu selalu mengatakan perkataan yang buruk di depanku aku membencinya."
"Baiklah, makan dan aku akan segera pergi." Aku mengangguk memasukkan beberapa suap nasi rasanya ingin muntah tapi aku harus menahannya agar dia segera pergi dari hadapanku.
Shido mengangguk lalu kemudian pergi akhirnya aku bisa membuang semua makanan dengan mudah, rasanya sangat muak dan tidak ada aroma.
"Apa kamu baru selesai makan di jam segini?" Tiba-tiba suara seseorang datang membuatku sedikit terkejut, aku melihat ke belakang tuan datang dengan beberapa pengawalnya lalu duduk di sebelah aku dan menatap piringku.
Astaga, kenapa dia datang di saat aku belum membuang semua makanan yang ada di depan ini. "Tuan."
"Habiskan semua makananmu baru kamu boleh pergi dari sini." Aku mengangguk, tatapannya begitu tajam dia tidak pernah berubah sama sekali bahkan walaupun aku sudah menjadi istrinya dia tetap tegas dan tidak memiliki rasa kasihan sama sekali.
"Baik, Tuan, aku akan memakannya." Aku mencoba memasukkan beberapa suap lagi ke dalam mulut, rasanya begitu mual membuatku ingin muntah, tuan menatapku lalu bertanya kenapa, aku segera menggeleng, jika sampai tuan curiga maka semuanya akan hancur.
"Tidak apa-apa, aku sudah merasa kenyang jadi ketika memasukkan beberapa suap lagi itu membuatku sedikit mual, naafkan aku tuan, tapi aku sudah tidak sanggup lagi untuk memakannya."
"Baiklah kalau begitu aku akan mengumpulkan dokter untukmu dan membeli beberapa resep obat agar kau tidak sakit, mengerti?"
Tidak jika sampai tuan memanggil seorang dokter maka dokter itu akan memberitahu bahwa aku sedang hamil dan semua rencana aku akan hancur.
"Tidak tuan, tidak perlu aku akan makan veberapa jam lagi Anda tidak perlu khawatir saya baik-baik saja."
"Terserah kamu di mana Ayato dan Shido?"
"Mereka pergi bersama dengan seorang wanita yang cukup kacau."
"Jadi kamu lihat wanita itu?" Aku mengangguk ketika tuan menanyakannya. "Jangan pernah dekat dengan wanita itu ataupun berbicara kepadanya jika sampai aku mengetahui hal itu maka aku akan membunuhmu segera."
Aku menelan salivaku perkataannya cukup kejam maka dia tidak menyadari sedikitpun sama sekali, "Baik Tuan, aku tidak akan melakukannya, tapi bisakah kamu memberitahuku jenapa dia ada di sini?"
"Diam, Ini bukan urusanmu." Tuan kemudian pergi rasanya sangat sepi dia baru saja kembali dan sekarang pergi lagi.
"Tuan visakah kita bermain? Aku sangat bosan di rumah," ucapku sedikit pelan. Tuan kemudian berbalik. Astaga dia pasti akan memarahiku sekarang apa yang harus aku lakukan.
"Besok, aku memiliki jadwal kosong besok jadi lakukan saja besok jika kamu ingin pergi keluar."
Oh, astaga apa aku salah mendengarnya tuan mengatakan jika dia akan pergi bersamaku. Ini adalah hal yang membuatku cukup bahagia rasanya seperti berada di atas langit yang indah.
Saat tuan pergi aku memanggil pelayan lalu menyuruhnya untuk membuang semua makanan yang ada di atas jmeja, aku tidak mau jika sampai tuan datang kembali dia akan menyuruhku dan memaksaku untuk memakan semua makanan yang ada di sini.
Aku penasaran ke mana tuan pergi begitu juga dengan Ayato dan Shido, langkah kaki ini mengikuti tuan dari belakang secara perlahan beberapa pengawal melihatku mereka menyuruhku untuk segera kembali ke kamar.
Aku menolak, sekarang aku sudah menjadi istri ruan mereka tidak akan berani melawanku kembali seperti dulu. Aku bisa bebas mengikuti tuan ke mana pun dia pergi, perlahan aku mengikuti arah jalan yang ditempuh tuan, jalan tersebut menuju kandang buaya.
Apa wanita itu akan mati lagi seperti beberapa pemberontak kemarin, tidak mungkin, wanita itu tidak melawan seperti pertama kali aku melihatnya. Dia berbeda, dia tidak seperti tahanan tuan yang lainnya dia cukup tenang tidak memberontak dan bahkan berani berjalan sendiri tanpa pengawal sedikit pun.
sSesampainya di kandang buaya, aku melihat Ayato dan Shido sedang menatap gadis itu sedangkan tuan dia mengambil sebuah cambuk, aku sudah tahu tuan selalu maniak terhadap cambuk, dia pasti akan senang jika mendengar wanita itu berteriak lalu pergi ketika wanita itu sudah sekarat.
"Tuan, ada yang ingin aku katakan kepadamu," ucap Ayato.
"Katakan apa."
"Begini kamu tadi pergi ke rumah sakit dan dokter mengatakan jika Mirai sudah hamil." Aku tidak percaya, tidak menyangka Ayato akan mengatakan hal seperti itu, dia sudah berjanji kepadaku akan merahasiakan hal ini dari tuan, tapi kenapa dia berbohong seperti itu. Tampak jelas jika tuan menatap Ayari dengan tatapan tajam kemudian Shido menunduk kan kepalanya.
"Dia hamil bayi kembar,' ucapnya. Tidak tuan pasti akan membunuhku setelah ini, ya pasti akan menemuiku segera.
"Oh begitukah? Kenapa dia tidak memberitahu aku terlebih dahulu?" Sekarang apa yang harus aku lakukan, tuan pasti tidak akan menunggu dan mencari tahu jenis kelaminnya dan pasti dia akan membunuh bayi ini.
"Begini tuan wanita yang ada di depan kita ini apakah tuan ingin dia mati dengan sia-sia? Dia sudah menyiksa paman tuan, lalu kita akan membunuhnya begitu saja tanpa memberikan dia pelajaran yang lebih jelas?"
"Apa yang kamu katakan."