Manis dan Kejam
Wow itu dia cukup bagus, aku akan memiliki seorang teman dan tidak akan bosan melihat para lelaki ini terus di sampingku.
Aku melihat tuan pergi segera menyembunyikan badan agar dia tidak melihatku. Tuan keluar dengan tatapan tajam dan sedikit menyeramkan, dia juga cukup berani mengizinkan wanita itu berada di sampingku.
Sekarang apa yang harus aku lakukan menemuniya atau menjauhinya jika dia membahas tentang kehamilan ini maka semuanya akan menjadi masalah, saat tuan sudah menjauh, aku segera berlari ke kamarku dan berbaring di tempat tidur.
Lebih baik aku pura-pura tidur daripada tuan masuk ke kamar dan melihatku sedang tidak melakukan apa-apa. Rasanya juga memang sangat lelah, tidak tahu kenapa aku selalu ingin tertidur saja. Aku membuka mata perlahan, tatapan saat bangun tang aku lihat adalah sosok badan besar yang terletak terbaring di sampingku.
Kenapa tuan bisa tidur di sampingku, apa yang harus aku lakukan. "Kamu sudah bangun?" tanyanya dan aku mengangguk, tuan mencoba memutar badannya menghadap ke arahku.
"Tuan, ada apa?" tanya aku.
"Kamu tidak ingin mengatakan kepadaku? Apa aku harus menanyakan kepadamu?" Aku diam, aku mengerti apa maksud tuan dia ingin aku mengatakan jika aku sedang hamil, tapi aku masih ragu jika dia akan membunuhku nanti.
"Tuan, maaf aku merashasiakan hal ini darimu. Aku sedang hamil. Tuan mengangguk lalu dia mulai mencekam pipiku.
"Apa kamu sudah mengetahui jenis kelaminnya?" tanyanya, aku menggeleng rasanya sangat sakit sulit bernafas, air mataku perlahan mengalir, rasa panas di pipi membuatku tidak bisa menahan isak tangisan. "Kenapa kamu menangis, aku hanya menanyakan apakah kamu sudah mengetahui jenis kelaminnya atau belum?"
"Tidak Tuan, kami belum mengetahuinya dokter itu mengatakan satu bulan lagi kami akan mengetahui hal itu.
"Kami? Siapa orang yang pergi bersamamu?"
"Tuan Ayato dan Tuan Shidi, Tuan," jawabku titik.
"Oh, begitu. Aku paham, sekarang apa rencanamu? Membiarkan dia lahir atau langsung gugurkan saja jika dia perempuan?" Aku diam, sekang cengkeraman tangan tuan semakin kuat dan sakit, aku memohon agar dia melepaskannya.
Tuan hanya tersenyum dan kini tangan satunya menjambak rambutku. "Tuan, aku sulit bernapas," ucapku membuka mulut semakin lebar agar udara masuk banyak.
Tuan akhirnya melepas cengkaramannya, dia menjatuhkanku ke kasur secara kasar. "Langsung gugurkan saja dan aku akan membuatmu hamil anak laki-laki, mengerti? Aku akan menunggu kabar darimu satu bulan lagi."
Aku hanya mengangguk, tuan tersenyum miring dan langsung mengulum bibirku kasar, dia menggigitnya lalu memaksa masuk lidahnya berulang kali ke dalam. Aku hanya bisa menerimanya, jika sampai menolak maka tuan akan semakin marah dan membuatku keguguran sekarang.
Aku mengecup bibirnya dan dia membuka mata membalas kecupan tadi, aku mengecupnya lagi dan dia langsung menempelkan bibirnya aku menggigitnya dan memasukkan lidah ini ke dalam.
Mengisap lidahnya lalu mengajaknya perang dan mengabsen setiap giginya, dia menarik tengkukku memperdalam ciuman kami. Melumat bibirku lalu membuka mulut besar menarik-narik lidah ini.
Aku merasakan hawa panas, dia tersenyum dan langsung menimpaku dengan sempurna. Membuka pakaian ini perlahan dan menyelusupkan tangannya ke bawah sana. Mengelus-ngelus kewanitaanku sambil mencium bibir ini hangat.
Aku memegang kejantanannya, mengelusnya lalu membuka celananya dengan kedua kaki. Dia meremas dadaku dengan sempurna saat semua penghalang berhasil dilepas.
Tak lupa dia untuk mengisapnya dan memainkan ujungnya, membuatku tak karuan dan mendesah nikmat. Aku mengelus-ngelus kejantanannya merasakan benda itu semakin besar dan keras.
Dia melihatku lalu ke bawah, mencium perut ini lalu tangannya dengan sigap menelusuri bagian dalam kewanitaanku, memasukkan jarinya dan itu membuatku merasakan ingin yang lebih.
Mulutnya masih tetap setia mengulum dadaku sedangkan tangannya terlihat jelas di bawah sana membimbing kejantanannya masuk ke dalam sangkar. Aku mengerang saat kejantanannya masuk sempurna.
Terasa jelas punyanya berkedut dan memenuhi kewanitaanku, dia mulai mendorongnya keluar masuk perlahan. Aku memeluk tengkuknya dan dia masih setia mengulum dada ini.
Gerakannya semakin lama semakin cepat membuat tubuh ini bergerak sesuai iramanya, dia menciumku dan mengentak pelan kejantanannya membuatku tidak tahan lagi ingin lebih.
Aku melihatnya dan menggoyangkan pinggul ini, langsung saja dia mengangguk dan mengatur posisinya, mempercepat gerakannya membuatku merasakan nikmat.
Dia memeluk tubuh ini lagi dengan kecepatan yang ditambah membuat kaki ini memeluk pinggulnya agar dia semakin leluasa melakukan pergerakan. Aku menciumnya dan setiap sentakan yang dia berikan membuatku ingin keluar.
"Tuan," ucapku langsung keluar dan dia mempercepat gerakannya membuat tubuh ini bergerak hebat sesuai iramanya, aku meremas seprei merasakan panas di dalam sana.
Dia mengatur napas lalu memompanya lagi dengan cepat membuat tubuh ini ingin keluar lagi, dia menghela napas menatapku lalu mencium bibir ini mempercepat gerakannya.
Membuatku keluar lagi dan dia dengan sempurna menyemburkan cairan hangatnya di dalam sana. Aku merasakan panas yang tidak biasa, membuat tubuh ini terasa mual akibat tekanan tadi.
Dia langsung jatuh ke samping memeluk tubuh ini dengan erat dan mengambil napas sebanyak mungkin lalu mengaturnya. Aku melihat dia dan dia hanya tersenyum membelai rambut ini.
Aku masih merasakan kewanitaanku yang berkedut dan dalam perut yang masih panas. Dia hanya mengelusnya lalu menyuruhku menutup mata, mengecup kening ini.
Aku mengangguk berusaha melakukannya, tapi tetap tidak bisa dan dia setengah duduk menidurkanku di perutnya lalu mengelus kepala ini dan menciumnya sesekali.
Aku mengangguk mendongakkan kepala melihatnya menutup mata dan memeluk pinggangnya erat dan berusaha menutup mata tetap saja tidak bisa, ada sesuatu yang mengganggu.
"Kenapa?" tanyanya masih menutup mata dan aku menggeleng. Langsung saja dia duduk dan mendudukkanku ke dalam pangkuannya lalu menepuk pundak ini. "Tidur," ucapnya dan aku mengangguk.
Memeluknya erat lalu menutup mata ini, merasakan lembap di kening aku tersenyum dan kembali terhanyut ke dalam pelukan hangatnya, sekarang dia sudah menjadi milikku.
"Mirai." Aku membuka mata dan melihat dia tersenyum lalu mata itu terbuka. Aku menatapnya dalam dan dia mengalihkan pandanganku dan mengecup pipi kanan, ada apa dengannya.
"Jaga dirimu," ucapnya langsung menutup mata dan aku mencubit pipinya lalu mengecup bibir merah mungil milik dia.
"Baik," ucapku menutup mata.
"Baik," ucapku, aku tidak menyangka tuan selalu saja berubah menjadi manis dan kadang jahat. Setiap perlakukannya selalu membuatku terbuai, dia menjagaku seperti anaknya dan memukulku sebagai penjahat.
Meski begitu karena dirinyalah aku masih bisa hidup, dia melakukan kewajibannya sebagai seorang kakak, walau kadang dia lupa jati dirinya. Aku memegang perut yang sedikit sakit, mungkin karena keram.
Tuan melakukannya dengan semangat berlebih kali ini, mungkin saja dia sudah lama menahannya dan ketika melepasnya dia kehilangan kendali.