Sering kali, kita menyalahkan Tuhan ketika kejadian yang dialami membuat sedih dan kecewa. Belum lagi saat kita menginginkan sesuatu dan belum mendapatkannya, rasanya sesak di dada. Apa yang diinginkan Tuhan? Memperkenalkan kita pada seseorang, membuat kita jatuh cinta kemudian memisahkannya.
TIDAK, Tuhan hanya memberikan kita cobaan supaya Tuhan tahu kalau kita pantas mendapatkannya. Kalian belum lihat bagaimana perjuanganku mendapatkan Rey sebagai kekasihku kembali.
*****
Kaulah yang memiliki kuasa atas dirimu sendiri. Jalan yang kau lihat akan selalu gelap kalau kau memandangnya demikian. Aku percaya di dalam hatimu masih ada matahari kecil yang kau tutupi. Bukalah sejenak, Rey. Aku ingin masuk ke dalamnya dan mengubahmu kembali seperti dulu.
Hari-hari yang kulalui tanpa dirimu sebenarnya terasa hampa, tapi. Sudah tidak ada waktu lagi untuk kita saling bersama dan berbagi canda tawa serta kesedihan. Kau telah memilih dia sebagai pilihan hidupmu dengan cara menelantarkan aku. Aku tahu sebenarnya kau menolak perjodohan itu, tapi sifatmu ini sungguh membuatku kesal. Kau pergi tanpa memberitahukanku sedikit pun.
Tidak Rey! Aku akan membawamu kembali dari kegelapan itu, aku yakin kau masih memiliki sedikit rasa sayang di hatimu terhadapku. Aku akan masuk ke dalamnya dan membuatmu mengingat kembali masa-masa bahagia kita.
Aku berharap ini semua hanya halusinasiku saja.
Rabu, 17 April 2002 Tepatnya di hari ulang tahunku yang ke 20 tahun
"Di mana Rey? Kenapa belum datang?" Aku mulai merasa takut Rey belum datang juga, biasanya dia datang selalu tepat waktu. Tapi, hari ini dia belum datang juga.
Sudah lebih dari satu jam dan Rey belum datang, tidak ada pilihan lain kami harus memulai pesta ini tanpa dirinya. Walaupun rasanya sesak tapi aku harus memulainya, aku berharap Rey akan datang sebelum pesta ini selesai. Namun apa yang terjadi? Dia tetap tidak datang. Pesta ini telah selesai 30 menit yang lalu.
Dia benar-benar melupakannya, atau bisa saja dia memang ada urusan penting dan tidak bisa menghubungiku. Aku terus melihat keluar jendela berharap Rey akan datang walaupun pestanya sudah selesai.
Tringgg....
Suara ponselku berbunyi, aku segera mengambilnya dan mengangkat ponsel tersebut, tanpa melihat siapa yang menelepon?
"Halo," ucap seseorang dari arah ponsel.
"Iyah."
"Apakah Anda saudara dari pemilik telepon ini?"
Aku langsung melirik ponselku dan melihat nomor siapa yang meneleponku? Aku langsung kaget saat melihat yang menelepon adalah Rey. "Iya, di mana Rey sekarang?" Dengan nada panik aku langsung menanyakannya.
"Sekarang dia sudah di rumah sakit, kami menemukannya di jalan. Sepertinya dia korban tabrak lari, bisakah Anda datang kemari? Saya akan mengirim alamatnya."
Mendengar kata-kata tersebut, aku lemas, kepalaku pusing seribu keliling. Dunia terasa seakan berputar dengan kencang. Aliran darahku sepertinya tak melaju dengan baik sehingga tak memompa ke jantung. Darah mengalir ke ubun-ubun dengan deras. Nafasku tersengal. Kakiku tak sanggup lagi untuk berdiri. Kedua telingaku berdenging keras sekali. Pandanganku mulai terlihat kabur. Hitam dan gelap. "BRUG."
Aku membuka mataku perlahan, cahaya lampu yang ada di atasku sungguh menyilaukan dan membuatku menutupnya kembali untuk mengatur cahaya tersebut. Tapi, seketika aku langsung ingat. Rey ada di rumah sakit. Kubuka mataku dan langsung saja pergi begitu saja, menuruni anak tangga. "Nak, kamu mau ke mana?" ucap Ibu.
Aku hanya melihatnya dan langsung pergi tanpa memberi salam, memang benar seperti anak durhaka, tapi aku ingin melihat keadaan Rey sekarang. Aku akan memberitahukan Ibu nanti setelah aku melihat Rey.
Sesampainya di rumah sakit, aku melihat keluarga Rey sedang menunggu di luar pintu ruangan UGD. Aku rasanya seperti tidak bernafas. "Apa benar Rey masuk UGD?" batinku. Aku mendekat ke ruangan tersebut, terlihat sosok laki-laki yang sedang dikerumuni oleh beberapa dokter dan suster. Kepalanya diperban tubuhnya ditempeli oleh beberapa alat medis.
"Pergi dari sini! Kau penyebab anakku dalam bahaya." Tiba-tiba suara seorang wanita berdenging kencang di telingaku, aku melirik wanita tersebut. Matanya dipenuhi oleh air, raut wajahnya yang lesu, dan pancaran aura mematikan yang ditujukan padaku. Aku takut, tapi itu wajar, wanita itu adalah Ibu dari Rey, wanita itu pasti berpikir kalau aku penyebab Rey kecelakaan.
Walau itu semuanya benar, jika Rey tidak datang ke acaraku pasti Rey tidak akan ada di sini sekarang. "Maafkan saya Bu, saya ingin melihat Rey," ucapku. Tapi wanita itu memanggil satpam untuk menyeretku keluar, aku pun terpaksa pergi dengan hati yang berat.
Beberapa bulan kemudian Rey keluar dari rumah sakit, aku menunggunya di depan rumah sakit yang ditempatinya, rasanya kangen dan juga takut. Kangen ingin melihat senyuman Rey yang terukir di wajahnya. Takut karena Ibunya Rey akan mengusir aku lagi.
Tapi aku akan menghadapi itu semua, aku sangat ingin bertemu Rey walau Ibunya akan menghalangiku. Beberapa menit kemudian Rey keluar dengan menggunakan kursi roda, Ibunya mendorong dari belakang. Keluarganya yang lain berjalan di sampingnya.
"Rey!" Aku berlari ke arahnya dan langsung saja memeluknya, Rey tidak membalas pelukanku dan membuatku merasa heran. "Kenapa?" tanyaku, "pergilah Karsya aku ingin pisah darimu."
Seketika mataku langsung mengeluarkan air, jantungku rasanya sesak, ingin rasanya aku memukul Rey. Tapi, kondisinya sekarang sangat tidak memungkinkan. "Apa maksudmu Rey?" tanyaku, "aku akan menikah dengan Jesslyn."
"Apa maksudmu?" Aku pun mengguncang badanya kuat, dia hanya mengalihkan pandangannya. "Dia sudahku jodohkan dengan Jesslyn sejak lama. Pergilah dari kehidupannya sekarang."
"Tidak mungkin! Kenapa kau ... kau jahat Rey." Air mataku turun tak terhingga membasahi pipiku. "Kenapa kau lakukan ini, Rey? kau membuatku mencintaimu dan sekarang kau pergi meninggalkanku dengan alasan kau sudah dijodohkan, itu tidak masuk akal Rey."
"Aku sudah milik orang, sekarang pergilah dari kehidupanku." Rey mengucapkannya dengan begitu santai. "Apa aku punya salah Rey? Kalau iya, aku minta maaf." Aku membersihkan air mataku dan menatap Rey dengan percaya diri.
"Kau tidak pantas untuknya, wanita sederhana sepertimu tidak akan bisa menjadi pasangannya," ucap Ibunya Rey sambil membawa Rey pergi. "Tunggu," panggilku sambil mendekat ke arah mereka, "semua keputusan ada sama Rey, jika Rey mengatakan iya, maka aku akan pergi dari kehidupannya."
"Bagaimana Rey, kau memilih Ibu kan?" Ibu Rey dengan yakin mengatakan perkataan tersebut, aku hanya menatap Rey dengan percaya, "Ok! Kalau Karsya bisa mengumpulkan uang sebanyak 1 miliar dalam waktu setahun, aku akan langsung menikahinya, jika tidak. Karsya harus meninggalkanku," ucap Rey dengan tegas.
"Bagaimana dengan Jesslyn?"
"Dia akan menunggu selama setahun."
Satu miliar bukanlah uang yang sedikit, gajiku 6saja satu bulan hanya sepuluh juta, jika dikali kan setahun itu pun masih kurang. Bagaimana caranya aku menemukan uang sebanyak itu? Aku sangat mencintai Rey. Aku tidak ingin kehilangannya.
Uang tabunganku hanya 50 juta, dan itu pun untuk membeli kalung berlian yang kuimpikan saja masih kurang, apakah aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Jika aku meminjam, apa aku bisa membayar utangku?
"Baiklah." Itu adalah keputusanku, aku yakin pasti bisa mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu setahun. "Aku akan menunggumu, Karsya." Rey kemudian pergi meninggalkanku. "Apa aku bisa bertemu denganmu!?" teriakku dan dia pun langsung membalikkan badannya. "Tidak! Sampai kau mengumpulkan uang tersebut, kau tidak boleh berjumpa denganku."
Itu sangat mustahil, aku tidak berjumpa dengannya! Bagaimana nasibku? Tidak ada kata mengeluh, aku harus mencari pekerjaan sekarang juga agar Rey bisa bersamaku, mungkin itu ide yang bagus. Jika aku tidak bertemu dengan Rey maka aku akan fokus untuk mencari uang.
Setiap hari aku hanya bekerja, pagi sampai siang aku bekerja di tempat kerja lamaku, sorenya aku bekerja di perusahaan kakakku dan malam pukul 21.00 aku bekerja di kafe.
Semuanya kujalani dengan hati yang senang dengan berpikir jika aku bisa mengumpulkan uang tersebut aku bisa bersama dengan Rey selamanya, pekerjaan berat semua terasa ringan.
Bulan pertama penerimaan gaji aku merasa senang, pekerjaan lamaku mendapat gaji sepuluh juta perusahaan kakakku 50 juta dan kafe lima juta. Jika ditotalkan semua sudah mencapai 65 juta, 65 juta ×12 bulan = 780 juta.
Berarti uangnya kurang 220 juta, belum lagi uang makanku aku tidak mungkin memintanya kepada orang tuaku, aku harus mencari pekerjaan lain yang gajinya lebih besar dari kafe. Hari Senin hari yang pas untuk mencari pekerjaan, izin satu hari itu tidak akan menjadi masalah, mungkin gaji akan dipotong 1% saja.
Aku bepergian ke semua perusahaan yang aku jumpai, perusahaan pertama. "Apakah masih ada lowongan pekerjaan Bu?" tanyaku pada sekretaris bosnya "Maaf kak, kami tidak punya lowongan lagi," jawabnya.
Aku hanya mengiyakan perkataannya dan pergi mencari perusahaan lagi, ternyata mencari pekerjaan lain itu sangat susah, aku sudah berkeliling dari pagi sampai malam, tapi tidak ada satu pun yang membuka lowongan. Jika adapun aku harus bekerja dari pagi sampai malam dan gaji pun sama saja seperti gaji di tempat kerja lamaku
Aku mulai merasa lelah bagaimana caranya lagi aku harus mencari uang sebanyak itu, sampai akhirnya ada seorang pria yang menawarkan pekerjaan padaku. "Apa kakak ingin bekerja di tempat saya, di sana kakak akan mendapatkan gaji per bulannya 87 juta. Dengan syarat kakak harus bekerja selama 18 jam per hari, jika kakak setuju bisa tanda tangan di bawah sini," ucap pria tersebut sambil menunjuk ke arah kertas.
87 juta per bulan? Itu sangat menguntungkan bagiku, aku tidak perlu bekerja lagi di tempatku bekerja dulu, uang itu cukup untuk memenuhi syarat Rey, dan sisanya bisa kutabungi untuk membeli kalung berlian yang aku inginkan. "Baiklah." Aku mendatangi kertas tersebut. "Besok kakak sudah bisa bekerja," ucapnya kemudian pergi, "baiklah."
Besoknya aku langsung memutuskan kontrak dengan semua pekerjaanku dan mulai bekerja di tempat kerja baruku. Hari pertama biasa-biasa saja semua staf pegawai sangat baik padaku, mungkin karena aku adalah kepala stafnya. Hari kedua pun begitu, dan terus berlanjut sampai aku bekerja di situ selama enam bulan.
Lima bulan lagi aku akan berjumpa dengan Rey membawa hasil yang kutempuh selama satu tahun, tapi. Semuanya sirna saat salah satu pegawai perusahaan tersebut memfitnahku dengan tuduhan yang sangat kotor. Dia mengatakan bahwa aku dan direktur melakukan hubungan di kamar.
Bosku kemudian marah dan memecatku segera, Rey yang mendengarnya langsung saja membatalkan semua perjanjian denganku. Padahal tinggal lima bulan lagi aku akan bersama dengan Rey. Usaha yang kulakukan selama tujuh bulan ini sia-sia.
Tidak ada gunanya lagi aku harus mempertahankan hubunganku dengan Rey, dia sudah membatalkan semuanya, sekarang aku hanya meratapi kesedihanku. Aku tidak tahu harus melakukan apa lagi?
Sampai ibuku datang dan mengatakan. "Tenanglah nak, usaha tidak akan menghianati hasil, sekarang pergilah jumpai Rey dan bawa semua uang yang telah kau kumpulkan dan katakan padanya bahwa kau tidak memiliki waktu untuk bermain dengan pria lain, karena kau hanya fokus untuk mencari uang yang telah kalian janjikan."
Aku langsung memeluk ibuku. "Tapi Bu, Ibu yakin kan aku tidak melakukan hal itu." "Tentu saja nak, setiap hari kau selalu pulang tengah malam dan berangkat kerja jam enam pagi. Ibu yakin kau pasti tidak punya waktu bermain dengan pria itu."
"Tapi aku bisa saja melakukannya dikantor," jawabku. "Jika kau melakukannya kau pasti akan dikatai para staf dan dipecat." Ibu langsung tersenyum memandangku. Aku langsung saja bergegas pergi mengambil semua uangku yang ada di bank, dan pergi ke rumah Rey segera dengan harapan Rey akan memaafkanku.
Sesampainya di rumah Rey, aku langsung saja mengetok pintu rumah milik Rey. "Siapa?" sahut seseorang dari dalam rumahnya saat mendengar ketokanku. "Karsya!" seruku. Entah apa yang terjadi? Setelah aku menyebutkan namaku rumah ini langsung saja ribut.
Aku hanya menunggu sampai rumah ini terbuka, beberapa menit kemudian seseorang membukakannya. "Rey!" seruku saat dia membukakan pintu. "Iya." Dia menjawab pertanyaanku dengan sedikit canggung, kenapa dia tidak marah ya? Padahal dia sendiri sudah tahu rumor aneh tentangku dan dia juga memutuskan langsung perjanjian kami.
"Rey, aku tidak melakukan hubungan keji itu," pekikku yang membuatnya langsung membulatkan matanya "Lihat! Ini semua hasil jerih payahku selama tujuh bulan untuk mendapatkanmu kembali Rey. Aku tidak melakukan hubungan itu," ucapku sambil menunjukkan koper yang berisi uang hasil tabunganku selama bekerja.
Aku membuka koper tersebut dan menunjukkan semua uang yang kukumpulkan, dia hanya melihatnya sebentar. "Berapa totalnya?" tanyanya. "587 juta," jawabku. Dia langsung tersenyum melihatku aku merasa aneh dengan sikapnya. "Wah, dalam tujuh bulan kau bisa mengumpulkan uang sebanyak itu," sahut Ibunya Rey dari dalam rumah, dan semua keluarga Rey keluar.
"Apa maksudnya ini?" tanyaku merasa aneh, mereka semua tersenyum padaku tidak ada rasa benci di hati mereka. "Katakan padaku apa yang terjadi?" tanyaku lagi dan semuanya hanya diam dan tersenyum.
"Selamat Kak, Kakak berhasil," ucap seorang wanita yang lebih muda dariku sambil memegang tanganku lalu tersenyum ceria kembali. "Maksudnya?" Aku terus bertanya-tanya sampai mereka menjawabnya.
"Begini, saat rumor kau berselingkuh terdengar oleh Rey, Rey memang langsung memutuskan perjanjian kalian tapi tidak dengan hatinya. Rey langsung mencari tahu bahwa rumor itu benar atau tidak," jelas Ibunya Rey. Aku hanya melihat mereka dan menunggu jawaban dari Ibunya.
"Akhirnya Rey menemukan bukti bahwa kau tidak melakukannya, wanita yang menuduhmu sudah masuk penjara. Dan sekarang kau bisa bersama dengan Rey kembali," jawab Ibunya Rey. "Bentar, uangnya belum terkumpul," jawabku. "Sudahlah uang itu tidak masalah," sela Jesslyn di tengah percakapan kami. "Maksudnya?" Lagi-lagi aku pusing melihat kejadian aneh yang ada di sini.
"Sebenarnya itu hanya alasan kami saja," jawab Rey, aku hanya melihatnya dan memberikan tatapan heran. "Begini, kau ingin membeli kalung berlian itu kan?" tanyanya dengan tegas. "Iya," jawabku santai.
"Nah uang yang kau kumpulkan itu untuk membeli kalung yang kau inginkan." "Hah?" Aku heran dengan perkataannya. "Sembilan bulan yang lalu kau mengatakan padaku ingin membeli kalung tersebut kan? Nah, aku bilang padamu boleh saja asal kau bisa menabung."
"Setelah itu. "Aku masih bingung. "Kau memang menabung, tapi uang yang kau tabung kau ambil lagi, padahal harga kalung itu akan naik menjadi 500 juta dalam waktu satu tahun," jelasnya dan aku sedikit mengerti.
"Karena aku yakin kau tidak bisa mengumpulkan uang 300 juta dalam beberapa bulan, itu sebanyak aku menyuruhmu untuk mencari uang sebanyak satu miliar dalam waktu setahun," jelasnya. "Kau menyuruhku mengumpulkan uang sebanyak satu miliar hanya untuk itu saja?"
"Tidak, setelah kecelakaan aku harus melakukan pengobatan selama satu tahun dan itu sebabnya aku menyuruhmu untuk mengumpulkan uang satu miliar dalam waktu satu tahun, aku tidak ingin kau melihat keadaanku."
"Harga kalungnya akan naik menjadi 500 juta dalam waktu setahun, kenapa kau menyuruhku mengumpulkan uang satu miliar?"
"500 juta, sangat mudah bagimu untuk mengumpulkannya, kau bisa meminjamnya tapi tidak dengan satu miliar."
"Jadi intinya?" tanyaku yang masih tidak mengerti. "Lima bulan lagi aku akan menikahimu." Mendengar itu aku merasa senang, ingin rasanya aku menangis dan mengeluarkan semua teriakan yang inginku keluarkan. Aku memang tidak mengerti maksudnya, tapi hasil jerih payah yang kulakukan selama tujuh bulan ini tidak sia-sia.
Rey menghampiriku dan memelukku, aku tak kuasa menahan tangisanku lagi air mataku turun, tapi seketika aku ingat sesuatu dan melepaskan pelukan Rey. "Jesslyn bagaimana?" tanyaku sambil melihat ke arah Jesslyn. "Oh, Rey cuma meminjam namaku, aku tidak memiliki hubungan dengannya. Hanya sekedar membantu saja kok.
Aku melihat Rey dan Rey pun tersenyum. "Sekarang kau bisa membeli kalung impianmu," tawarnya. "Bentar, uangnya bukan untukmu?" tanyaku.
"Astaga ternyata kau tidak mengerti, aku tidak butuh uang itu, itu uang hasil jerih payahmu dan hanya kaulah yang pantas menggunakannya." Seketika aku langsung merasa senang.
Hasil jerih payahku selama ini tidak sia-sia, uang yang kukumpulkan itu untukku sendiri dan aku juga mendapatkan Rey. Rasanya sangat senang dan aku berpikir akulah perempuan paling beruntung.
Hari-hariku sangat indah setelah kejadian tersebut, walau aku masih tidak mengerti yang penting aku bisa bersama dengan Rey. Lima bulan sudah berlalu dan kami pun akhirnya menikah dan hidup bahagia.
Hanya ada satu yang kupikirkan, dan itu ternyata memang benar. Usaha tidak akan menghianati hasil. Kerja keras yang kulakukan memiliki banyak rintangan kecil dan bahkan sangat besar, aku tetap menghadapinya dan sekarang aku mendapatkan hak yang aku inginkan.
TAMAT.